Siang itu Husni dan Hasan pulang sekolah
bersama-sama. Saat melewati rumah tante Fatma, mereka melihat pohon jambu yang
ranum buahnya, berwarna merah dan menerbitkan selera.
“San, kita coba mencicipi buahnya yuk.” Bisik
Husni. Matanya masih menatap buah jambu air yang ranum di atas pohon.
“Jangan Ah, mencuri itu kan nggak boleh. Nanti
kita dosa lho.”jawab Hasan tidak setuju.
“Sekali ini saja San.”Rajuk Husni.”Biar aku
yang memanjat, kamu tunggu di bawah.”
Hasan berpikir sejenak, sebelum akhirnya
mengangguk setuju.
Husni tersenyum senang.”Pegang tasku. Nanti
kamu tampung jambu airnnya di dalam tas ya.”
Hasan mengangguk. Dia membuka tasnya dan
bersiap-siap menadah di bawah. Sementara Husni mulai memanjat dengan hati-hati.
Tanpa menunggu lama lagi, Husni mulai memetik
buah-buah yang merah dan ranum, kemudian menjatuhkannya. Hasan menadahnya
dengan semangat. Buah-buah jambu yang berjatuhan tidak meleset masuk ke dalam
tas karena memang pohon jambu air itu tidak terlalu tinggi.
Disela-sela lemparan tangannya, Husni masih
sempat mencicipi beberapa buah jambu air tersebut. Manis dan segar rasanya.
Apalagi dimakan di kala hari yang panas dan terik seperti ini.
“Husni! Segera Turun! Tante Fatma membuka
Pintu!” seru Hasan dan tanpa menunggu lama dia langsung berlari tunggang
langgang meninggalkan Husni yang masih di atas pohon.
Husni melongok. Dia baru sadar tante Fatma
sudah diluar. Husni mengigil ketakutan. Dia hanya diam di atas pohon dan
berharap Tante Fatma masuk kembali ke dalam rumah.
Tapi rupanya Tante Fatma tidak masuk lagi ke
dalam rumahnya. Di tanganya ada majalah dan cemilan ringan. Tante Fatma
selonjoran di teras untuk membaca majalah sembari makan cemilan yang dia bawa.
Husni jadi khawatir. bagaimana jika ibunya
marah karena dia pulang telat. Bagaimana jika Tante Fatma mengetahui
keberadaannya di atas pohon. Memikirkan hal itu, Husni tidak berani bergerak
sedikit pun.
Kira-kira sepuluh menit kemudian, tiba-tiba
datang Hasan bersama ibu Husni. Tante Fatma tersenyum kepada mereka.”Eh, ibu
Aam, bagaimana kabarnya?”
“Baik. Kamu sendiri gimana?”
“Baik.” Jawab tante Fatma.”Silakan masuk
bu.”tante Fatma mempersilakan masuk ke dalam rumah.
“Ibu mau menjemput Husni Fat. Dia ada di atas
pohon jambu air.”ujar ibu sembari mendongak ke atas pohon.
Tante Fatma mengerutkan keningnya dan ikut
mendongak ke atas. Kemudian tersenyum lebar.”Husni mau jambu air ya.”
Hasan mengedipkan matanya ke atas. Husni serba
salah dan gemetaran karena takut emak dan Tante Fatma marah.
“Husni! Turun!”perintah emak sambil berkacak
pinggang.
Dengan rasa malu bercampur takut, Husni turun.
Wajahnya menunduk.
“Kalau kalian mau jambu air, tinggal bilang ke
tante Fatma. Pasti Tante Fatma kasih buat kalian.” Jelas Tante Fatma.
Husni dan Hasan mengangguk pelan.
“Tuh, dengar. Jadi tidak usah mencuri kalau
memang ingin. Itu tidak baik.”timpal emak.
“Tante tadi pagi juga memetiknya satu
keranjang. Kalau kalian mau, bisa bawa ke rumah. Tunggu ya.”ujar Tante Fatma.
Ia masuk ke dalam rumah. Tak berapa lama kemudian kembali dengan menjinjing
kresek hitam berisi buah jambu air yang besar-besar dan merah.
“Ini buat kalian. Kalau mau lagi, tinggal main
ke sini ya.”
Husni dan Hasan saling bertukar senyum.
“Ayo ambil dan bilang terimakasih.” Emak
menepuk pundak Husni.
Dengan malu-malu Husni menerima kresek yang
disodorkan tante Fatma.”Terimakasih tante, saya dan Hasan berjanji tidak akan
mencuri lagi.
Tante Fatma tertawa.
Akhirnya Hasan dan Husni pulang dengan
gembira. Mereka berencana untuk membuat rujak jambu air di rumah. Sementara ibu
meneruskan mengobrol dengan tante Fatma.
No comments:
Post a Comment