Hati
yang Hidup
Ada satu ungkapan yang sangat indah yang
pernah saya dengar. Bunyinya seperti ini; jadilah engkau seperti ikan laut,
walaupun dia hidup di air yang asin, tapi tidak serta merta membuat tubuhnya
asin. Tapi ketika ikan itu mati, maka otomatis, tubuh si ikan menjadi asin,
terkontaminasi oleh kadar garam air laut di sekelilingnya.
Ini bisa menjadi analogi yang bagus buat jiwa
kita. Selama hati kita masih hidup dengan keimanan, maka hati kita tidak akan
terkontaminasi dengan berbagai maksiat yang ada di sekeliling kita. Kita akan
tergoda oleh berbagai rayuan setan yang menunggangi nafsu dan syahwat kita
setiap saat. Tapi ketika hati kita mati, tertutup dari keimananan dan cahaya
hidayah. Maka yang terjadi, hati kita akan mudah terpengaruh oleh berbagai godaan yang menyanangkan syahwat.
Hati
yang Lapang
Sahabat, jika ada kalajengking, ular, kadal
dan kodok di tanah lapang yang luas, maka tentunya itu bukan menjadi masalah
bagi kita, jika kita jijik, kita bisa menyingkir dan menjauh dari sana, jika
kita takut kita bisa lari.
Tapi jika kita sedang di kamar mandi, kemudian
muncul seekor tikus saja, pasti akan menjadi masalah. Kita tidak akan nyaman, jijik atau malah ketakutan.
Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari
ilustrasi di atas?
Artinya, bagi orang yang berhati sempit,
perkara yang kecil saja bisa menjadi perkara yang besar, apalagi perkara yang
benar-benar besar. Dan seseorang yang memiliki hati yang lapang, maka perkara
kecil tidak akan menggoyahkannya, begitu pun dengan perkara besar. Akan ada
banyak jalan yang bisa dia pilih untuk menyelesaikannya atau menghindarinya.
No comments:
Post a Comment