4 Jun 2017

3 Fitnah Dalam Berjamaah

Berjamaah itu adalah sebuah proses untuk saling mengenal, melengkapi, memahami dan menyadari akan peran, kekurangan, kelebihan dan hak kewajiban masing-masing.
Berjamaah menuntut kita untuk dewasa, bijaksana, dan mengasah kepekaan dan kesadaran akan ketergantungan sosial.

Berjamaah memberi kita pelajaran untuk memahami apa dari arti cinta dan kasih sayang yang harus dipertahankan.

Namun sayangnya, banyak sekali cobaan yang mesti kita hadapi ketika kita terjun dalam jamaah. Ya, jamaah dakwah. Setidaknya, ada 3 fitnah yang bisa menjebak kita untuk terperosok pada kesalahan dan kekhilafan. Yang kadang kala hal itu menjadi batu sandungan untuk mempererat ukhuwah dan rasa cinta, menjadi hal yang mesti kita ketahui supaya kita bisa menghindari.

Yang pertama, salah seorang yang berada dalam medan dakwah rentan menyalahkan orang lain atau pihak lain ketika terjadi kekalahan, atau kegagalan dalam satu visi bersama. Ketika terjadi hal yang tidak diinginkan, kadang ada orang yang menyalahkan sesama ikhwan,”ini semua gara-gara antum. Seharusnya tidak melakukan ini, itu, begini dan begitu.”

Bagaimana pun juga, kita berjamaah. Maka tidak seharusnya kita menyalahkan pihak lain. Biarlah itu menjadi pelajaran untuk yang bersangkutan, dan kita dituntut untuk sabar dan berlapang dada. Pahit manis kita kecap bersama.

Tidak perlu memasang muka kecut ketika menyadari adanya kesalahan dari ikhwah sesama jamaah. Peluk dia dengan penuh rasa cinta, ungkapkan rasa sayang kita kepadanya, dan kemudian nasihati dia. Dan kepahitan tanggunglah bersama, tanpa harus menyalahkannya terus menerus. Disinilah manisnya berjamaah.

Inilah fitnah kekalahan yang akan menyebabkan bangunan jamaah kita retak atau bahkan hancur.
Yang kedua, adanya rasa berjasa dan peran yang dominan dalam kemenangan dan kejayaan jamaah. Ketika jamaah mencapai misi dan visi yang diharapkan, maka timbulah rasa bangga pada personal-personal yang merasa dialah yang menyebabkan kejayaan itu datang. Ini adalah penyakit yang bisa menimbulkan kesombongan dan meremahkan pihak lain. Bahkan bisa jadi yang ini lebih berbahaya dari yang pertama.

Yang ketiga, adanya ashobiyah yang menjangkiti hati para anggota sebuah perkumpulan jamaah. Ingatlah, bahwa kita berjuang untuk menegakan kalimatullah. Kita berjuang bukan untuk partai, bendera, ormas, atau nama dari atribut yang kita pakai. Tapi kita berjuang untuk kejayaan islam. Dimana pun kita tinggal, di kelompok manapun kita bernaung, kita adalah saudara yang sama-sama berjuang, kita semua, darimana pun kita, dimana pun kita bernaung, tidak akan pernah sempurna dan lepas dari kekhilafan dan kesalahan.

Sudah saatnya kita untuk saling ‘bertoleransi terhadap jamaah-jamaah dakwah lain. Tidak meremehkan mereka karena satu kekurangan, tidak mencibir mereka karena berbeda dalam pandangan dan menyikapi medan dakwah. Biarlah mereka bekerja dan kita pun bekerja.

Untuk apa kita menyibukan diri kita dengan melabeli mereka orang yang keluar dari manhaj, padahal boleh jadi di sisi Allah mereka lebih tinggi derajatnya. Bisa saja mereka salah karena mereka tidak tahu atau bahkan kita yang salah karena kita belumpun berjuang sudah mencak-mencak mencap sesat.

Dakwah itu perlu dada yang luas untuk menerima perbedaan cara pandang. Sungguh sayang, ketika kita berkoar-koar,”tinggalkan ashobiyah dan bangga golongan, tapi dia sendiri merasa bangga dengan kelompoknya dengan alasan sudah paling nyunnah, sudah paling benar dalam mengikuti para salaf, sudah paling benar dalam masalah menegakan arti dari khilafah, sudah paling islam dengan mengatakan yang berdakwah di parlemen adalah antek toghut.

Semoga Allah memberi petunjuk. Wallahu a’lam.
Unknown
Unknown

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment