10 Mar 2017

Majalah Masa Kecil

Apa yang kamu ingat dari masa kecil kamu? Main kelereng, lompat tali, petak umpet, gobak sodor, dan seabrek permainan anak kampung lainnya. Ya, itu salah satunya yang saya ingat. Tapi ada satu lagi yang juga menjadi kenangan saya semasa anak-anak. Yup, majalah anak-anak. Secara saya termasuk anak yang baik dan rajin membaca. Hehe.

Awal rasa suka saya dengan buku adalah ketika kelas 3 SD. Waktu itu kepala sekolah saya yang merangkap sebagai wali kelas saya selalu mendorong untuk rajin membaca. Pak sahmad namanya. Ia selalu membawa buku-buku bacaan ke dalam kelas dan membagikannya untuk kami. Maksud saya meminjamkannya dari perpustakaan sekolah. Tahu kan, perpustakaan sekolah di kampung isinya adalah buku-buku bacaan impress dari pemerintah. Nggak kayak sekarang, yang mana buku bacaan anak-anak membludak. Tapi menurut saya, dari segi kualitas, banyak buku-buku zaman dulu yang sangat berkualitas di banding buku anak sekarang.

Selain buku, pak wali kelas yang baik hati dan tidak sombong (mulai deh ngawur :0) juga sering membawa majalah anak-anak. Nah, yang satu ini yang akan saya obrolin di sini. Setidaknya ada 3 majalah anak-anak yang sangat berkesan untuk saya.

Majalah Si Kuncung

Majalah kuncung adalah majalah jadul dan tua banget. Entah kenapa dinamai dengan si kuncung. Mungkin penamaan ini dari gambar segerombolan anak yang memakai topi kuncung sembari membawa spanduk bertuliskan “Si Kuncung.” Majalah dengan cover kertas HVS ini termasuk malajah anak yang sangat saya gandrungi. Di halaman depan diiasi oleh gambar tangan _waktu itu belum ada teknik gambar visual yang canggih seperti saat ini_yang menceritakan kisah yang dimuat di dalam majalah. Kemudian halaman kedua, ada rubrik aneh tapi nyata, seputar berita yang unik dan nyata. Kemudian di halaman ketiga ada rubrik “kota jakarta, dikenal untuk di sayang.” Rubrik ini kental jakarta banget. Berisi informasi yang fenomenal seputar jakarta dengan obrolan dua bocah bernama si dul dan... satunya saya lupa. Di halaman selanjutnya ada rubrik nenek limbak. Nenek yang misterius ini sebagai tempat curhat para pembaca. Dan usut-punya usut, karakter si nenek limbak ini ternyata tidak ada di dunia nyata. Ternyata yang selalu menjawab pertanyaan para pembaca adalah dewan redaksinya, bukan nenek-nenek. Haha, bertahun-tahun si kuncung sudah menipu pembacanya. Kemudian ada juga rubrik cerpen anak-anak yang mendominasi. Ada juga rubrik pramuka yang memuat cerita terjemahan tentang petualangan. Kadang tidak cukup satu edisi, dimuat dalam dua atau tiga seri. Ada juga rubrik cerita bersambung, yang saya ingat adalah rubrik cerbung dengan format teks sandiwara radio, ada juga rubrik cuplikan sejarah perjuangan bangsa yang memuat cerita-cerita epik.

Rubrik yang paling saya suka adalah rubrik kotak wasiat yang memuat kiriman cerita humor dan kocak dari para pembaca. Ada juga cerita fabel dan tentunya rubrik soal-soal pelajaran sekolah. Biasanya rubrik yang satu ini tidak pernah saya tengok satu halaman pun. Haha, secara udah cape jawab soal di sekolah plus PR, moso’ harus mantengin soal pelajaran di si kuncung juga. Haha.

Kemudian di halaman terakhir ada rubrik korcil, alias koran kecil, memuat berita-berita yang berupa cuplikan. Dan di cover belakang ada rubrik “tahukah kawan” yang memuat fakta-fakta unik.

Awalnya si kuncung terbit dalam 32 halaman dan terbit seminggu sekali. Tapi sejak tahun 2000 si kuncung terbit 16 halaman. Makin tipis. Dan sekarang, si kuncung hanya tinggal kenangan, alias tidak terbit lagi.

Andaka

Majalah ini juga majalah yang sangat berkesan untuk saya pribadi. Majalah ini tak jauh beda dengan majalah si kuncung. Sarat dengan konten yang mendidik dan menghibur. Hanya saja beda tampilan. Andaka beberapa kali berubah tampilan sejalan dengan perkembangannya. Di awal-awal terbitnya, majalah andaka bercover kartun. Selain itu juga lumayan tebal dengan rubrikasi yang beragam, diantaranya rubrik pramuka yang memuat artikel-artikel kepramukaan. Kemudian di awal tahun 2002 andaka berubah tampilan dengan “mejengnya” anak-anak manis layaknya majalah remaja pemilihan cover girl. Yup, di setiap edisinya dihiasi dengan senyuman para modelnya yang ternyata juga menjadi figur di rubrik profil di halaman depan.

 Kemudian juga ada rubrik cerpen, fabel, dongeng, cerita rakyat dan lain sebagainya.
Yang saya suka adalah rubrik humoria yang memuat humor-humor segar. Selain itu ada juga rubrik IPTEK, asal tahu, komik, dan lain-lain.

Di tahun 2008 andaka pernah memberi sisipan majalah “Anak Bintaro.”

Dan terakhir kali saya melihat majalah andaka adalah pada tahun 2010. Waktu itu saya tidak sengaja melihatnya di rak majalah toko buku gunung agung pondok indah mall. Dikarenakan saya sudah gede dan nggak doyan majalah anak-anak lagi, saya tidak membelinya.

Bobo

Nah, kalo yang satu ini majalah legendaris anak-anak indonesia. Eksis sejak tahun 73-an bro. Kebayang, zaman orang tua kita masih pada unyu-unyu juga udah ada. Tapi berhubung orang tua saya orang kampung, mustahil mereka mengenal bobo. Hehe. Lha wong saya juga kenal bobo telat pisan. Waktu itu hanya si kuncung dan andaka yang saya kenal, mengingat memang si kuncung dan andaka adalah majalah P dan K yang didistribusikan departemen pendidikan hingga ke sekolah-sekolah pelosok. Adapun bobo bukan milik departemen pendidikan. Tapi penyebarannya termasuk besar. Mungkin anak-anak kota sudah tidak asing dengan majalah yang satu ini.

Awal perkenalan saya dengan majalah bobo adalah adanya cerita anak yang dimuat di buku pelajaran bahasa indonesia. Dan cerita tersebut ditulis disadur dari majalah bobo edisi sekian tahun sekian. Di buku pelajaran bahasa indonesia juga saya menemukan puisi yang disadur dari majalah bobo edisi sekian tahun sekian. Nah, karena saya orangnya suka penasaran, maka selalu saya pikirkan, bobo tuh seperti apa?

Dan rasa penasaran saya menjadi-jadi ketika setiap hari minggu lewat televisi nenek saya, saya menonton acara anak-anak di TV7_ sekarang trans 7_ada acara bona dan rong-rong yang ternyata ceritanya dari majalah bobo. Kemudian ada juga cerita dari negeri dongeng dengan karakter tokoh oki dan nirmala, yang juga bersumber dari majalah bobo. Kelak di bobo edisi mendatang ada rubrik dear nirmala. Si nirmala selalu menjadi tempat curhat penggemar bobo. Yah, kasusnya sama seperti si nenek limbak. Pembaca bobo di tipu oleh si nirmala. Eh, bukan hanya ditipu dengan nirmala, tapi juga dengan karakter bobo, si anak lelaki “kelinci,” coba aja kita baca surat pembaca bobo yang rata-rata berbunyi,” apa kabar bo, bo, gimana kabarmu? Bo, kamu umurnya berapa sih,” eh BTW, sejak tahun 73-an nyampe sekarang si bobo nggak pernah tua-tua ya. Hehe.

Oke, kembali ke laptop, ketika saya masuk SMP kelas satu, kebetulan ada teman dari jakarta yang tentunya kenal majalah bobo. Aku ngerayu dia buat bawa majalah bobo. Akhirnya dia bawa buat saya. Baik ya. Kagak! Dia ngejualnya kepada saya, bukan ngasih percuma. Ya, wajar sih, karena ada istilah nggak ada makan siang gratis. Apalagi dia anak kota yang nggak selugu anak kampung yang udik.

Saat itu yang dibawa majalah bobo edisi tahun 2000, sementara saya membacanya tahun 2006. Hihi.
Semenjak saya ikut paman ke jakarta, saya jadi sering beli majalah bobo hingga bosan dibuatnya. Gimana nggak bosan, orang umur sudah tua masih baca majalah anak-anak.

Tapi jika dibandingkan dengan majalah si kuncung dan andaka, bobo termasuk majalah anak yang always bertahan dan menyesuaikan zaman. Nah ini nih yang menurut saya nggak baik. Menyesuaikan zaman, sampai-sampai bonus-bonusnya adalah poster artis dewasa. Juga sering memuat profil dari film-film remaja dan dewasa. Ya wajar lah, kan zaman sekarang nggak ada artis cilik layaknya tahun 2000-an.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

2 comments: