Firasat saya ternyata tidak melesat. Setelah sang adik,
majalah Annida berhenti terbit sejak tahun 2010 silam, kini majalah Ummi juga
menyusul berhenti terbit. saya tidak tahu persis alasan dibalik berhenti
terbitnya majalah Ummi. Yang jelas, semua ini saya pikir tak jauh dari ‘senjakala
media’. Dimana media-media cetak satu persatu mulai berguguran karena
perkembangan informasi yang sangat pesat ditengah perkembangan teknologi gadget
yang tak bisa dipungkiri.
Pertama kali saya merasa heran karena sudah lama tidak
melihat majalah ummi versi cetak di lapak-lapak majalah pinggir jalan dan toko
buku. (bahkan lapak majalah pinggir jalan pun sekarang sudah jarang karena
semakin sedikit peminat media massa versi cetak). Keheranan saya bertambah
ketika saya tidak menemukan stand majalah Ummi di Islamic book fair di JCC senayan.
Kemudian saya bertanya kepada mbak Titis as-Sausan, salah
seorang staff majalah Ummi. Dan ternyata dugaan saya benar. Majalah Ummi telah
pensiun dari dunia penerbitan. Duh, jujur. Saya sedih mendengarnya mengingat
saya sangat suka majalah yang satu ini meski tidak pernah berlangganan. Hehe
Awal perkenalan saya dengan Ummi adalah ketika kakak
perempuan saya, Ceu Muslihah pulang dengan membawa sebuah majalah perempuan
yang dia beli dari bus kota. Eh, ternyata itu majalah Ummi. Saya tahu edisinya,
yang jelas itu adalah Ummi yang terbit di tahun 2002.
Hanya sebagai nostalgia belaka, saya ingin mengulas tentang
majalah Ummi.
Ummi adalah nama majalah muslimah yang terbit sejak tahun
1989. Diterbitkan oleh PT Insan Media Pratama. Penerbit yang juga menerbitkan
majalah remaja literasi, Annida. Selain versi cetak, Majalah Ummi juga
meluncurkan versi online.
Di tengah kehadiran beragam media wanita di tanah air,
majalah muslimah, Ummi mampu bertahan selama 28 tahun. Majalah dengan moto
‘Identitas Wanita Islami’ menghadirkan
banyak rubric menarik untuk para pembacanya.
Jumlah cetak Ummi stabil di angka 35-50 ribu eksemplar
perbulan hingga pada akhirnya memilih berhenti terbit. masa keemasan majalah Ummi berada di tahun
2001-2002 dengan oplah sebanyak 115 ribu eksemplar/ bulan. Tentunya jumlah yang
sangat fantastis di masanya. Yang jelas, tren media digital dan kehadiran
gadget diangkui sangat mempengaruhi penurunan tiras majalah Ummi.
Majalah Ummi menjadi majalah andalan muslimah karena berada
di tengah-tengah. Majalah ummi memiliki pandangan tentang keluasan wanita
berkiprah dengan batasan yang tetap membolehkan para isteri berkiprah di ruang
publik, tapi tetap mengacu pada kodrat dan kewajibannya sebagai ibu pendidik
anak-anak. Majalah Ummi tidak berada di wilayah ekstrim kanan yang menolak
segala bentuk partisipasi perempuan di publik dan hanya di rumah saja. Atau
juga tidak juga berada di ekstrim kiri,
keluar rumah sebebas-bebasnya. Hal ini yang diungkapkan Septa, pemred Ummi
sebagaimana dikutip Hidayatullah.com
No comments:
Post a Comment