10 Mar 2017

Majalah Tarbawi dalam Kenangan

Sejak kelas 5 SD saya sudah mengenal majalah yang satu ini. Awalnya saya tidak sengaja membaca buku koleksi kakak ipar saya yang beragam, salah satu yang saya ingat adalah majalah tarbawi dengan sampulnya yang sudah hilang entah kemana, edisinya pun saya lupa.

Pertama kali baca tarbawi saya sangat terkesan. Saya ketagihan membacanya. Entah kenapa, sensasi yang ditinggalkan dari majalah ini sangat berbeda dengan majalah islam kebanyakan. Tampaknya tarbawi memang khusus didedikasikan untuk bacaan islami “bergenre” tazkiyatun nafs”. Ya, artikel-artikelnya sarat dengan perenungan yang mendalam. Banyak artikel yang mengandung hikmah dan pelajaran yang patut direnungkan.

Selain itu, sisi lain dari tarbawi yang tidak pernah saya lupakan adalah gaya bahasanya yang mengalir ringan dan tiada beban. Selain itu, pemilihan kata dan diksi yang sastrawi membuat saya tidak bosan untuk terus menyimaknya.

Adapun rubrikasinya saya tidak bisa mendetail dalam menyebutkannya. Ingat-ngat lupa. Yang saya tahu, semua rubriknya memakai bahasa arab. Seperti rubrik dirosat yang intinya semacam kajian utama, kemudian ada juga rubrik kisah atau pengalaman hidup yang dikirim pembaca, saya lupa nama rubriknya. Ada juga rubrik ruhani yaitu berupa perenungan mendalam tentang berbagai hal. Kemudian juga ada sisipan di halaman-halaman tertentu berupa kata-kata mutiara dari para salaf.

Sayangnya, kejayaan majalah tarbawi tidak bisa bertahan lama, semakin hari tampaknya majalah tarbawi semakin “meredup.” Kenapa saya katakan begitu? Karena saya lihat, konten isi tarbawi tidak seberagam yang dahulu. Satu demi satu rubriknya semakin berkurang. Selain itu jumlah iklan yang tayang pun sama berkurang. Hingga akhirnya, pada tahun 2014 saya tidak menemukan lagi majalah tarbawi. Tarbawi sudah tidak terbit lagi.



Saya mencoba searching di google tentang kenapa tarbawi tidak terbit lagi. Usut punya usut ternyata beberapa awak redaksinya yang anggota dewan tidak mempunyai waktu lagi untuk mengurus majalah tersebut. Katanya sih.

Saya juga pernah nanya ke salah satu stafnya di islamic book fair 2014- yang saya tahu itu adalah tahun terakhir saya mengunjungi stand tarbawi- karena memang di tahun itulah tarbawi sudah tidak terbit. “mas, majalah tarbawi sudah tidak terbit lagi ya.”

Si mas tersenyum kecil dan bilang,”belum. Belum terbit lagi mas”

Belum di sini berarti majalah tarbawi tidak benar-benar mati. Ada kemungkikan bisa terbit lagi. Ya, semoga aja memang begitu. 
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment