27 Mar 2017

Bermodal Keyakinan

Siapa pun kita berhak untuk mempunyai cita-cita dan harapan. Tak peduli apakah harapan kita terlihat realistis atau masuk akal dengan keadaan yang ada pada diri kita. Tak peduli bagaimana yang akan terjadi, kita hanya bercita-cita dan berusaha.

Kita bisa mencontoh dari semangat dan harapan Rasulullah. Merintis dakwah untuk menunjuki manusia kepada jalan yang lurus tidaklah gampang. Mungkin kita akan berdecak kagum, hanya dalam belasan tahun beliau memiliki pengikut yang banyak. Hanya dalam sepuluh tahun bisa menjadi sebuah ummat yang besar dan mampu menaklukan tanah kelahirannya dari para kaum musyrikin yang dahulu mengusir  beliau dan menganiayanya.

Bahkan ummat islam berwibawa  dan diperhitungkan oleh kekuasaan lain yang saat itu ada. Imperium Romawi dan Persia. Bahkan hanya menunggu beberapa tahun saja, kedua imperium besar itu jatuh dibawah bendera islam. Bayangkan, hanya sepuluh tahun.

Mungkin kita beralasan, ah itu kan Rasulullah. Siapa yang bisa menyamai Rasulullah .

Sahabat, kemenangan dan kesuksesan itu milik siapa saja yang punya kemauan. Justru Rasulullah n adalah teladan yang sudah sepantasnya kita tiru.

Selama kita ada keinginan pasti ada jalan. Tidak peduli berapa lama kita berusaha dan berjuang, Alloh akan memberi jalan selama kit ada kemauan.

Bahkan semangat dan harapan yang besar itu bisa kita temui di orang-orang sekitar kita. Banyak diantara mereka yang kekurangan dari segi harta, tapi justru berjiwa besar dan suka membantu orang-orang lain. Jangankan mengeluh dengan kondisi, mereka justru berkontribusi meringankan beban orang-orang yang mereka anggap membutuhkan. Disinilah pentingnya berjiwa besar. Bahkan lebih penting kaya hati dari kaya harta.

Marilah kita menyimak kisah salah seorang diantara mereka. Namanya Pak Dimas. Setidaknya nama inilah yang tertera di kardus bekas yang dikalungkan di lehernya.

Di kardus itu pula tertera logo berbagai macam operator telekomunikasi disertai tulisan yang cukup besar “JUAL PULSA.” Ya, bapak Dimas merupakan seorang penjual pulsa keliling di Yogya. Ia biasa berkeliling di sekitar daerah Baciro, lempuyangan.

Ia berjalan tertatih sambil memperhatikan orang-orang yang lalu lalang. Tapi sayang, tidak ada orang yang mau menghampirinya untuk membeli pulsa.
“Ya, kadang memang tidak ada yang beli.”ucapnya.

Kondisi pak Dimas tidak hanya sulit berjalan. Terdapat selaput berwarna putih di bagian bola mata sebelah kanannya. Ini juga yang membuat beliau kesulitan ketika harus mengetikan angka di ponsel GSM berukuran kecil ketika ada pembeli yang memesan pulsa. Cara bicaranya juga terganggu. Terkadang cukup jelas dan bisa dimengerti, namun kadang sama sekali sulit dimengerti. 

Kondisinya memang tak seperti orang dengan fisik normal lainnya. Namun, semangat mencari rezeki patut diacungi jempol. Ia tak ingin berpangku tangan. Menyerah pada nasib.

Pak Dimas mengaku sudah menjajakan pulsa keliling selama 10 tahun. Semua  uang hasil penjualan yang rata-rata sebesar 5000 perhari ia tabung.

Saat ditanya akan digunakan untuk apa uang tabungan itu, Pak Dimas dengan mantap menjawab,”Saya ingin naik haji,”tandasnya.

Pelajaran yang dapat kita ambil, sebelum mengeluh, sudahkah kita berusaha maksimal dalam usaha kita? Banyak orang yang dianggap sepele dan kekurangan dalam segala hal. Kekurangan fisik dan kekurangan harta. Tapi tekad mereka besar, jiwa mereka kaya dan cita-cita mereka mengangkasa.

Semoga bermanfaat.


Sumber Kisah: Tribunjogja.com/ Baper (Bahan Perenungan) Wattpad
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment