Siapa pun kita berhak untuk mempunyai cita-cita dan harapan.
Tak peduli apakah harapan kita terlihat realistis atau masuk akal dengan
keadaan yang ada pada diri kita. Tak peduli bagaimana yang akan terjadi, kita
hanya bercita-cita dan berusaha.
Kita bisa mencontoh dari semangat dan harapan Rasulullah. Merintis dakwah untuk
menunjuki manusia kepada jalan yang lurus tidaklah gampang. Mungkin kita akan
berdecak kagum, hanya dalam belasan tahun beliau memiliki pengikut yang banyak. Hanya dalam sepuluh
tahun bisa menjadi sebuah ummat yang besar dan mampu menaklukan tanah
kelahirannya dari para kaum musyrikin yang dahulu mengusir beliau dan menganiayanya.
Bahkan ummat islam berwibawa
dan diperhitungkan oleh kekuasaan lain yang saat itu ada. Imperium
Romawi dan Persia. Bahkan hanya menunggu beberapa tahun saja, kedua imperium
besar itu jatuh dibawah bendera islam. Bayangkan, hanya sepuluh tahun.
Mungkin kita beralasan, ah itu kan Rasulullah. Siapa yang
bisa menyamai Rasulullah .
Sahabat, kemenangan dan kesuksesan itu milik siapa saja yang
punya kemauan. Justru Rasulullah
adalah teladan yang sudah sepantasnya kita
tiru.
Selama kita ada keinginan pasti ada jalan. Tidak peduli berapa lama kita berusaha dan berjuang, Alloh akan memberi jalan selama kit ada kemauan.

Selama kita ada keinginan pasti ada jalan. Tidak peduli berapa lama kita berusaha dan berjuang, Alloh akan memberi jalan selama kit ada kemauan.
Bahkan semangat dan harapan yang besar itu bisa kita temui
di orang-orang sekitar kita. Banyak diantara mereka yang kekurangan dari segi
harta, tapi justru berjiwa besar dan suka membantu orang-orang lain. Jangankan mengeluh
dengan kondisi, mereka justru berkontribusi meringankan beban orang-orang yang
mereka anggap membutuhkan. Disinilah pentingnya berjiwa besar. Bahkan lebih
penting kaya hati dari kaya harta.
Marilah kita menyimak kisah salah seorang diantara mereka. Namanya
Pak Dimas. Setidaknya nama inilah yang tertera di kardus bekas yang dikalungkan
di lehernya.
Di kardus itu pula tertera logo berbagai macam operator
telekomunikasi disertai tulisan yang cukup besar “JUAL PULSA.” Ya, bapak Dimas
merupakan seorang penjual pulsa keliling di Yogya. Ia biasa berkeliling di
sekitar daerah Baciro, lempuyangan.
Ia berjalan tertatih sambil memperhatikan orang-orang yang
lalu lalang. Tapi sayang, tidak ada orang yang mau menghampirinya untuk membeli
pulsa.
“Ya, kadang memang tidak ada yang beli.”ucapnya.
Kondisi pak Dimas tidak hanya sulit berjalan. Terdapat selaput
berwarna putih di bagian bola mata sebelah kanannya. Ini juga yang membuat
beliau kesulitan ketika harus mengetikan angka di ponsel GSM berukuran kecil
ketika ada pembeli yang memesan pulsa. Cara bicaranya juga terganggu. Terkadang
cukup jelas dan bisa dimengerti, namun kadang sama sekali sulit dimengerti.
Kondisinya memang tak seperti orang dengan fisik normal lainnya. Namun, semangat mencari rezeki patut diacungi jempol. Ia tak ingin berpangku tangan. Menyerah pada nasib.
Kondisinya memang tak seperti orang dengan fisik normal lainnya. Namun, semangat mencari rezeki patut diacungi jempol. Ia tak ingin berpangku tangan. Menyerah pada nasib.
Pak Dimas mengaku sudah menjajakan pulsa keliling selama 10
tahun. Semua uang hasil penjualan yang
rata-rata sebesar 5000 perhari ia tabung.
Saat ditanya akan digunakan untuk apa uang tabungan itu, Pak
Dimas dengan mantap menjawab,”Saya ingin naik haji,”tandasnya.
Pelajaran yang dapat kita ambil, sebelum mengeluh, sudahkah
kita berusaha maksimal dalam usaha kita? Banyak orang yang dianggap sepele dan
kekurangan dalam segala hal. Kekurangan fisik dan kekurangan harta. Tapi tekad
mereka besar, jiwa mereka kaya dan cita-cita mereka mengangkasa.
Semoga bermanfaat.
Sumber Kisah: Tribunjogja.com/ Baper (Bahan Perenungan) Wattpad
No comments:
Post a Comment