Di era globalisasi saat ini kita tahu bahwa persaingan hidup
semakin ketat. Persaingan ada dalam segala bidang. Persaingan ekonomi,
persaingan militer, persaingan posisi dan jabatan bahkan persaingan antar
saudara untuk mendapatkan harta dan kekayaan.
Tentunya dengan adanya persaingan-persaingan seperti itu,
timbul berbagai akibat yang negatif dan merusak. Lalu apakah islam melarang
adanya persaingan? Tidak, sama sekali tidak. Islam hanya membatasi persaingan dalam
kemaslahatan terutama persaingan dalam menggapai predikat takwa. Hanya persaingan
tersebut yang diperbolehkan.
Lalu bagaimana dengan persaingan demi menggapai satu
prestasi, seperti persaingan dalam perlombaan dan permainan.Persaingan dalam
mendapatkan nilai yang bagus di sekolah. Nah, hal itu justru diperbolehkan
bahkan bisa jadi harus. Yang tidak boleh adanya timbul sikap curang karena
ingin jadi pemenang.
Kenapa bisa timbul adanya kecurangan dari sebuah persaingan?
Seperti kita lihat, kecurangan saat ujian, untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan, kecurangan ketika pilkada untuk menjadi bupati atau gubernur
misalnya, kecurangan dalam pemilihan PNS dengan suap dan masih banyak lagi.
Sebelum menjawabnya, mari kita simak satu kisah menarik
berkenaan dengan hal itu.
Dikisahkan, Seorang Guru membuat garis sepanjang 10 centi
meter di atas papan tulis.
Kemudian ia berkata kepada murid-muridnya yang sedari tadi
memperhatikan,”Anak-anak, coba perpendek garis ini”
Anak pertama pun maju kedepan dan mengambil kapur tulis yang
disodorkan gurunya, kemudian ia menghapus 2 centi meter dari garis itu, sehingga
menjadi menjadi 8 centi meter.
Lalu guru tersebut memanggil anak kedua untuk memperpendek
garis tersebut, anak kedua pun melakukan hal yang sama sehingga garis tinggal 6
centi meter. Anak ketiga dan keempat pun maju ke depan sehingga garis hanya
tinggal 2 centi meter.
Dan terakhir pendengar, anak yang bijak maju ke depan. Apa
yang ia lakukan? apakah ia menghapus garis-garis tadi seperti teman-temannya?
berarti kalau begitu ia menghapus garis terakhir sehingga tidak tersisa?
Tapi ternyata tidak. Ia membuat garis yang lebih panjang
sejajar dengan garis pertama yang tinggal 2 centi meter itu.
Sang guru pun menepuk bahunya dan berkata”Kau memang bijak,
untuk membuat garis itu menjadi pendek, tak perlu menghapusnya. Cukup membuat
garis yang lebih panjang, garis pertama akan menjadi lebih pendek dengan
sendirinya.
Nah sahabat, jika kita ingin menjadi juara satu di kelas,
umpamanya, jangan meraihnya dengan jalan
mencontek, tapi belajar yang keras. Jika ingin berhasil dalam bisnis, jangan
menjegal bisnis orang lain, tapi berpikirlah untuk meluaskan bisnis dan bekerja
lebih keras lebih dari bisnis orang lain, walau bisa saja resikonya semakin
besar.
Untuk menjadi pemenang, tak perlu mengecilkan yang lain. Tak
usah menjelekkan yang lain, karena secara tidak langsung membicarakan
kejelekannya adalah cara tak jujur untuk memuji diri sendiri. Cukup lakukan
kebaikan yang terbaik yang dapat kita lakukan untuk semuanya. Biarkan waktu
akan membuktikan kebaikan tersebut.
Semoga menginspirasi.
No comments:
Post a Comment