27 Dec 2016

Ali bin Husain dan Amal pada Malam Hari

Ali bin Husain dan Amal pada Malam Hari

sudah menjadi fitrah manusia , bahwa ia ingin selalu dihargai dan diakui eksistensinya. Dan sudah menjadi hal yang lumrah bahwa seseorang tidak mau jatuh martabat dan nama baiknya di hadapan orang lain.

Namun, yang jadi masalah adalah kadang rasa ingin dihargai itu berubah menjadi ajang pamer. Keinginan untuk diakui eksistensinya berubah menjadi ajang unjuk gigi yang berujung pada membanggakan kelebihannya di hadapan orang lain. Ia merasa haus terhadap pujian dan decak kagum orang-orang di sekitarnya.

Waspadalah, karena rasa bangga atau ujub terhadap diri sendiri bisa menjerumuskan kita pada kerugian. Ingin dilihat orang lain atau riya bisa menghapuskan pahala amal-amal yang kita kerjakan. Kenapa bisa begitu? Karena ia beramal bukan mengharap pahala Allah l , tapi mengejar pujian dan decak kagum orang lain.

----
Dikisahkan, orang-orang miskin di madinah selalu mendapat kejutan di pagi hari? Apa kejutannya? Mereka selalu menemukan setumpuk  roti atau tepung di depan pintu rumah mereka. Siapakah gerangan yang berbaik hati membagikan  roti itu di rumah-rumah mereka? Tak ada yang mengetahuinya seorang pun. Hingga hal itu terjadi bertahun-tahun.

Suatu hari, Ali bin Husain, cucu dari menantu rasulullah n  Ali bin Abi thalib, meninggal dunia. Orang-orang menangisi kepergiannya. Mereka merasa kehilangan seorang tokoh tabi’in yang wara’ dan terkenal ahli ibadah tersebut.

Namun barulah orang-orang madinah, khususnya orang-orang miskin sadar, bahwa yang selalu mengantarkan roti dan tepung kepada mereka di setiap malam adalah Ali bin Husain. Kenapa mereka bisa tahu? Setelah wafatnya beliau, orang-orang miskin madinah tidak lagi menemukan setumpuk roti atau tepung di ambang pintu mereka.

Kemudian ada satu hal yang mengungkap hal itu, orang-orang yang memandikan jenazah ali bin Husain menemukan goresan-goresan di punggungnya dan bekas hitam di pundaknya.  Setiap malam ali bin Husain memanggul karung roti dan itu meninggalkan bekas di pundak dan punggungnya.
Masya allah, Ali bin Husain mampu menyembunyikan amalnya selama bertahun-tahun. Padahal amal yang ia lakukan rutin ia kerjakan di setiap malam. Dan amal unggulannya itu baru terungkap ketika ia meninggal.

Begitulah kisah Ali bin Husain yang berusaha menyembunyikan amalannya. Ia hanya ingin Allah l saja yang tahu, karena toh amalnya pun bukan untuk siapa-siapa. Hanya untuk Allah semata.
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ali bin Husain di atas adalah, sudah sepantasnya kita selalu berusaha memurnikan niat kita ketika beramal. Adakah diantara amal-amal yang kita lakukan karena mengharap pujian, sanjungan dan balasan dari orang lain? Pernahkah ada orang yang mengecewakan kita, padahal sebelumnya kita telah berbuat baik kepadanya, lalu kita merasa rugi? Tiba-tiba kita merasa menyesal telah menolongnya.?

Memang, timbal balik itu suatu hal yang niscaya. Tapi ketika timbal balik itu hanya mengharap dari manusia, bukan dari Allah, kekecewaan yang selalu akan kita tuai. Karena tak ada balasan yang lebih baik selain balasan dari Allah l 

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment