Dari ikhwan
salafi saya belajar; arti penting dari menjaga kemurnian aqidah dari
kesyirikan, menjaga ibadah dari noda-noda bid’ah, menjaga kisah-kisah sahih
dari kisah-kisah khurafat yang menyesatkan, selektif terhadap hadits-hadits
yang dhoif, apatah lagi yang maudhu. Dari ikhwan salafi saya menyadari arti
pentingnya kembali kepada alquran dan sunnah.
Dari ihwan tarbiyah saya belajar arti penting militansi
perjuangan. Bagaimana perjalanan dakwah yang penuh dengan onak dan duri patut
kita jalani dengan hati yang tabah dan jiwa yang penuh rasa sabar. Dari ikhwan
tarbiyah pula saya belajar arti bagaimana membina kader yang mumpuni dan
pentingnya murabbi sebagai motor penggerak rohani dalam berjamaah. Dan liqo’
adalah “suplemen” yang mesti dilaksaanakan untuk mencharge iman yang kadang
naik dan kadang turun.
Dari ikhwan
hizbut tahrir saya belajar arti penting sistem islam internasional. Sistem
khilafah islamiyah. Dari ikhwan hizzbut
tahrir juga saya menyadari bahwa umat islam tidak akan pernah jaya tampa adanya
sistem khilafah. Kapitalisme dan
liberalisme adalah musuh bersama saat ini untuk kita hadapi dengan militansi
yang tinggi. Dari ikhwan hibut tahrir saya belajar, betapa kita saat ini
terpecah belah dalam nasionalisme murahan yang mencabik-cabik ukhuwah islamiyah
kita.
Dari ikhwan
salafi-haraki saya belajar makna jihad yang sesungguhnya. Dari sini saya belajar arti penting membentuk
masyarakat islami dengan dakwah yang tiada henti. Dari ikhwan salafi-haraki
saya juga menyadari bahwa tampa jihad umat islam akan lemah dan mudah dicekoki.
Dari ikhwan salafi haraki juga saya menyadari
bahwa pemurnian ajaran islam harus dibarengi dengan militansi yang
tinggi. Kita harus berjamaah dalam satu organisasi, tapi organisasi bukan
tujuan final dari dakwah itu sendiri. Dari sini saya belajar suatu
ungkapan,”kita berjuang bukan untuk bendera, tapi kita berjuang untuk agama.”
Dari ikhwan nadhiyin saya belajar arti penting
ketawadhuan dan rasa hormat kepada guru, kyai dan syaikh sebagai sumber ilmu
diantara mata air ilmu.
Akhir kalam,
betapa banyak mata air hikmah saya temukan dari semua kelompok ahlu sunnah yang
ada. Betapa piciknya pikiran kita jika hanya berkutat dengan apa yang kita
pahami dari kelompok kita. Betapa kita tak jauh dari istilah katak dalam
tempurung jika seandainya kita hanya mencukupkan diri dengan ilmu yang kita miliki. Tak pernah mau
hadir di sebuah kajian hanya karena ustadznya bukan dari kelompok kita,
kitabnya bukan yang biasa kita kaji di kelompok kita, jamaah pengajiannya bukan
jamaah pengajian kita. Aih, betapa piciknya diri kita.
Duhai, pan islamisme memang ada benarnya. Jangan
kita tersekat-sekat oleh ogesentris yang memenjara. Sudah cukup umat ini
terpecah belah oleh aliran-aliran sesat. Tak perlu ditambah dengan perpecahan
sesama ahlu sunnah.
Selama mereka
memperjuangkan islam. Selama mereka konsisten dengan quran dan sunnah, itulah
saudara kita. Betapa simple-nya.
No comments:
Post a Comment