14 Sept 2016

Dari Mereka Saya Belajar

Dari ikhwan salafi saya belajar; arti penting dari menjaga kemurnian aqidah dari kesyirikan, menjaga ibadah dari noda-noda bid’ah, menjaga kisah-kisah sahih dari kisah-kisah khurafat yang menyesatkan, selektif terhadap hadits-hadits yang dhoif, apatah lagi yang maudhu. Dari ikhwan salafi saya menyadari arti pentingnya kembali kepada alquran dan sunnah.
Dari ihwan  tarbiyah saya belajar arti penting militansi perjuangan. Bagaimana perjalanan dakwah yang penuh dengan onak dan duri patut kita jalani dengan hati yang tabah dan jiwa yang penuh rasa sabar. Dari ikhwan tarbiyah pula saya belajar arti bagaimana membina kader yang mumpuni dan pentingnya murabbi sebagai motor penggerak rohani dalam berjamaah. Dan liqo’ adalah “suplemen” yang mesti dilaksaanakan untuk mencharge iman yang kadang naik dan kadang turun.
Dari ikhwan hizbut tahrir saya belajar arti penting sistem islam internasional. Sistem khilafah islamiyah.  Dari ikhwan hizzbut tahrir juga saya menyadari bahwa umat islam tidak akan pernah jaya tampa adanya sistem  khilafah. Kapitalisme dan liberalisme adalah musuh bersama saat ini untuk kita hadapi dengan militansi yang tinggi. Dari ikhwan hibut tahrir saya belajar, betapa kita saat ini terpecah belah dalam nasionalisme murahan yang mencabik-cabik ukhuwah islamiyah kita.
Dari ikhwan salafi-haraki saya belajar makna jihad yang sesungguhnya.  Dari sini saya belajar arti penting membentuk masyarakat islami dengan dakwah yang tiada henti. Dari ikhwan salafi-haraki saya juga menyadari bahwa tampa jihad umat islam akan lemah dan mudah dicekoki. Dari ikhwan salafi haraki juga saya menyadari  bahwa pemurnian ajaran islam harus dibarengi dengan militansi yang tinggi. Kita harus berjamaah dalam satu organisasi, tapi organisasi bukan tujuan final dari dakwah itu sendiri. Dari sini saya belajar suatu ungkapan,”kita berjuang bukan untuk bendera, tapi kita berjuang untuk agama.”
Dari ikhwan  nadhiyin saya belajar arti penting ketawadhuan dan rasa hormat kepada guru, kyai dan syaikh sebagai sumber ilmu diantara mata air ilmu.
Akhir kalam, betapa banyak mata air hikmah saya temukan dari semua kelompok ahlu sunnah yang ada. Betapa piciknya pikiran kita jika hanya berkutat dengan apa yang kita pahami dari kelompok kita. Betapa kita tak jauh dari istilah katak dalam tempurung jika seandainya kita hanya mencukupkan diri  dengan ilmu yang kita miliki. Tak pernah mau hadir di sebuah kajian hanya karena ustadznya bukan dari kelompok kita, kitabnya bukan yang biasa kita kaji di kelompok kita, jamaah pengajiannya bukan jamaah pengajian kita. Aih, betapa piciknya diri kita.
Duhai,  pan islamisme memang ada benarnya. Jangan kita tersekat-sekat oleh ogesentris yang memenjara. Sudah cukup umat ini terpecah belah oleh aliran-aliran sesat. Tak perlu ditambah dengan perpecahan sesama ahlu sunnah.
Selama mereka memperjuangkan islam. Selama mereka konsisten dengan quran dan sunnah, itulah saudara kita.  Betapa simple-nya.



Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment