31 Aug 2016

Tidak Seperti Persangkaanmu

Dikisahkan suatu hari ada seorang ibu muda yang membawa anaknya ke puskesmas . Anaknya menderita suatu penyakit yang harus segera ditangani dengan cepat. Tubuh anaknya mengalami kejang-kejang dan muntah darah. Entah apa sebabnya. Sementara seorang perawat yang menangani untuk sementara berusaha memberikan pelayanan yang terbaik.
Si ibu muda merasa kurang puas jika bukan dokter yang mengurus anaknya. Ia segera bertanya kepada perawat yang sedang tugas.”dokternya kemana?”
Si perawat menjawab,”ia sedang ada urusan keluarga bu. Jadi mungkin datang agak telat.”
Si ibu muda menggerutu.”urusan keluarga kok mengalahkan urusan kerja. Mana sih profesinalitasnya.”
Tak berapa lama dokter datang tergopoh-gopoh dan meminta maaf karena keterlambatannya. Tapi si ibu muda hanya terdiam dan masih menyimpan kekesalan yang amat sangat kepada pak dokter.
Tanpa menunggu waktu lama lagi, pak dokter segera memberi penanganan yang terbaik kepada anak ibu tersebut.
Hingga pengobatan dan diagnosa selesai, sebelum si ibu muda itu pergi perawat jaga menghampirinya dan berbisik.”bu, tahukah ibu, apa yang terjadi dengan pak dokter hingga ia datang terlambat?”
Si ibu muda menatap si perawat dengan tatapan penuh arti.”ya?”
“Dia baru saja menghadiri pemakaman istri tercinta dan anak semata wayangnya karena kecelakaan pagi tadi.”
Si ibu muda itu tertegun. Betapa ia malu karena telah berburuk sangka. Betapa ia malu karena telah egois dengan apa yang menjadi urusannya sendiri.
Ada lagi kisah yang lain.
Suatu ketika di dalam kereta jurusan surabaya, terdapat seorang bapak dengan dua anak kecil. Semenjak naik kereta hingga perjalanan yang cukup panjang, dua anak itu bermain dan berlari-lari di koridor kereta. Bahkan mereka berdua tertawa terbahak-bahak sehingga membuat gaduh suasana. Banyak penumpang yang merasa terganggu dan risih. Tapi mereka segan untuk menegurnya. Hingga seorang ibu paruh baya menghampiri bapak anak itu dengan mimik kesal.
“pa, dua bocah itu anak bapak kan?”
Si bapak mendongak.”memangnya ada apa bu.”
“lihat pak. Anak bapak mengganggu penumpang lain. Mereka berdua membuat kegaduhan. Ccobalah tegur dan diamkan mereka.”
“saya tidak bisa.”jawab si bapak itu pendek.
“lho, kenapa tidak bisa. Mereka kan anak bapak. Harusnya bapak tegas dong”
“silakan kalau ibu berani menegur mereka. Saya tetap tidak ingin menegur mereka. Saya tidak tega. Tiga hari yang lalu mama dan papa mereka meninggal karena kecelakaan. Dua hari mereka tidak berhenti menangis. Dan saya tidak bisa meredam kesedihan mereka. Baru hari ini saya bisa melihat senyum dan mendengar tawa mereka. Baru kali ini mereka berhenti meratap memanggil kedua orang tuanya. Silakan kalau ibu tega untuk menegur mereka.”
Tiba-tiba saja si ibu paruh baya itu terdiam. Ia mengusap air mata yang tanpa terasa mengalir di kedua pelupuk matanya. Rasa kesal yang tadi memenuhi rongga dadanya berubah menjadi rasa sayang. Rasa kasihan dan rasa iba melihat dua anak itu.
Sahabat, dari dua kisah diatas kita bisa mengambil pelajaran yang begitu besar. Betapa sering kita berburuk sangka dengan keadaan di sekitar kita, dengan orang-orang di sekitar kita. Pikiran kita yang sempit kadang tarlalu mudah untuk menghakimi dan mengumpat tanpa pernah berpikir lagi.
Kadang kala, kita merasa kitaorang yang paling menderita, padahal ada orang yang lebih mederita lagi dari kita. Yang lebih parah lagi, ketika kita merasakan suatu derita, kita cepat menghakimi seseorang yang kita anggap tidak peduli dengan derita yang kita rasakan. Paadahal bisa jadi yang kita hakimi itu mempunyai rasa pedih dan derita yang berlipat-lipat besarnya dari derita yang kita rasakan.
Sso, berhentikah berpikiran negatif. Berhentilah berburuk sangka. Berhentilah menghakimi sebelum kita merasa jelas dengan apa yang kita hakimi. Karena Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan prasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” (QS. Al-hujurat ayat 12)
Begitu juga dalam haditsnya, rasulullah saw telah bersabda,”berhati-hatilah kalian dari tindakan prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba allah yang bersaudara. (hr. Bukhari dan muslim)
Surakarta, 31 agustus 2016


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment