22 Aug 2016

Jawaban Diskusi “Dari Tasawuf hingga Jamaah”: Inilah Manhaj Saya.(Bagian 1)


Jawaban Diskusi “Dari Tasawuf hingga Jamaah”: Inilah Manhaj Saya.
Beberapa hari yang lalu saya terlibat diskusi dengan salah seorang ustadz yang mana  beliau pernah menjadi mentor saya dulu. Yang saya sayangkan dari beliau adalah pemikiran beliau yang mengatakan bahwa bermanhaj yang benar itu harus berjamaah dan punya pemimpin/imam. Selain itu beliau juga menyebutkan bahwa tarekat yang tersebar dengan berbagai variasinya tidaklah menyimpang dan bukan termasuk bid’ah.
Oleh karena itu, dengan adanya tulisan yang terbatas ini, saya ingin menjawabnya dengan sedikit ilmu yang saya ketahui dari pernyataan-pernyaan diskusi  tersebut. Tentunya tampa mengurangi validitas dan sisi keilmiyahannya. Disamping itu, bukan berarti dengan adanya tulisan ini, saya adalah mutlak yang paling benar. Tapi saya meyakini apa yang saya sampaikan tidak jauh dari alquran dan assunnah. Insya allah.
1.       Penanya; kenapa husni berani bilang bahwa taasawuf/sufi adalah sesat? Padahal tasawuf termasuk ajaran islam. Bahkan para ulama mengakui sendiri bahwa tasawuf adalah ajaran islam (penanya melampirkan sumber screenshoot  qoul ulama [imam syafi’i dalam diwan as-syafi’i]
Jawaban: tidak ada masalah dengan istila sufi dan tasawuf jika yang dimaksud adalah orang-orang ahli zuhud. Karena nabi saw dan para sahabat sendiri menganjurkan hidup zuhud. Yang saya maksud dengan tasawuf/sufi dari diskusi saya adalah ritual-ritual sufi  dan ajarannya yang menyimpang. Jadi disini saya berbicara aliran sufi itu sendiri.
Perlu diketahui, banyak paham menyimpang yang datang dari orang-orang sufi seperti; aqidah wihdatul wujud atau manunggaling kawula gusti. Mengatakan bahwa allah menyatu dengan apa yang dia ciptakan. Pencetus paham ini adalah ibnu arabi. Seorang sufi dari irak yang berpaham liberalism. Ada lagi paham menyimpang sufi yang menyebutkan bahwa kita boleh beribadah dengan tuntunan ilham mimpi. Bayangkan, sufi berani membuat sebuah ibadah hanya berbekal bekal mimpi. Layaknya seorang rasul yang mendapat perintah syariat dari allah.
Selain itu banyak juga ritual-ritual menyimpang lainnya diantaranya; tarian dzikir diiringi musik dengan gerakan memutar yang semakin cepat. Ritual ini disebut sema. Konon katanya semakin cepat gerak putarannya bisa sampai pada tingkatan fana (melebur bersama Allah), berddzikir dengan perlahan hingga kecepatan yang semakin bertambah sembari memutar-mutar kepala. Saya ingin bertanya; adakah dalil hadits yang menyebutkan bahwa rasulullah pernah melakukan ritual-ritual yang tidak masuk akal itu??
2.       Bagaimana dengan pernyataan imam syafi’i dalam kitab ad-diwan?
Bisa jadi yang dimaksud imam syafi’i dalam kitab tersebut adalah ulama-ulama zuhud yang tidak diragukan lagi kewara’an dan kezuhudannya terhadap dunia. Lagi pula pada zaman imam syafi’i belum berkembang paham-paham sufi seperti yang saya sebutkan diatas (sema, wihdatul wujud, ilham mimpi dll) saya sudah pernah mengatakan; jika YANG DIMAKSUD TASAWUF/SUFI ADALAH ORANG-ORANG/ULAMA YANG ZUHUD SAYA SANGAT SETUJU. Tapi subtansi yang saya maksud mengenai sufi bukan itu.
3.       Penanya berdalil tentang bolehnya kita berdiam di jamaah tarekat dengan dalil quran surah aljin(72) ayat 16. Dan penanya juga menyertakan screen shoot tafsir at-thabari.
Jawaban: baiklah, disini saya sertakan tafsir para mufasirin berkenaan dengan ayat 16 surah al-Jin tersebut :
a.       Mujahid rahimahullah berkata,”berkenaan dengan ayat tersebut adalah bahwa yang dimaksud “berjalan lurus di atas jalan itu” adalah jalan agama islam. (dia tidak menyebutkan bahwa makna toriqoh dalam ayat itu adalalah jalan manhaj tarekat)
b.      Qotadah rahimahullah berkata,”yakni, seandainya mereka semua beriman (jalan yang lurus adalah ketetapan dan keistiqomahan dalam iman)
(sumber rujukan: tafsir ibnu katsier jilid 9)
Dan secara umum  para mufasssirin klasik seperti baik itu ibnu katsier, at-thabari, alqurtubi, as-sa’di mengatakan bahwa jalan (toriqot) yang dimaksud adalah agama islam. Tentunya agama islam yang benar-benar murni dari penyimpangan. Baik penyimpangan aqidah, manhaj, pemikiran, ataupun ritual/ibadah yang tidak ittiba’ kepada apa yang dituntunkan oleh rasulullah saw. Begitu juga pendapat mufassirin kontemporer semisal Buya hamka, sayyid qutb.
(bersambung)


Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment