19 Nov 2015

AKU BAHAGIA MENJADI "MADU" SUAMIKU

Aku bahagia menjadi “madu”
Kadang aku tak habis piker, kenapa ada perempuan muslimah yang membenci atau bahkan menggugat poligami. Padahal taka da yang salah dengan poligami. Yang salah adalah ketika para pria tidak bertanggung jawab dengan penuh dan tidak bias adil terhadap para istrinya, itu bukan salah poligaminya, tapi salah orangnya.
Oke, aku bias berkata begitu karena aku bias merasakan bahagianya menjadi madu alias istri ke dua terhadap suami yang saya cintai sepenuh hati. Dan ajaibnya, ia melamarku karna dorongan istrinya untuk mencari istri kedua. Asal tahu saja, istri pertamanya mandul sehingga ia merasa gelisah karna sudah beberapa tahun tak diberi momongan.
Awalnya ibuku tidak bias menerima aku dinikahi seorang pria yang sudah beristri. Mengenai ayah, dia bias menerimanya. Apalagi ayahku tahu bahwa calon suamiku adalah seorang lelaki berakhlak baik.
Dan setelah pernikahan itu, aku merasakan bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga dan dinamikanya. Aku tak pernah malu menjadi istri kedua dari seorang pria yang saleh dan penuh tanggung jawab. Mengapa aku harus malu? Toh suamiku sangat mencintaiku dan menyayangiku sebagaimana ia mencintai istri petamanya. Ia selalu menjaga hubunganku dengan istri pertamanya baik. Atau bias dibilang indah. Sering ia mengajak kami –istrinya- untuk sekedar jalan pagi atau belanja bersama di akhir pecan.
Bukan hanya relasi yang baik antara suami dan istri pertamanya yang biasa aku panggil teteh. Tapi bagaimana aku bias merasakan rasa yang sebelumnya tak pernah aku duga. Bayangkan, istri pertama suamiku menganggapku layaknya adiknya. Ketika anak pertamaku lahir, ia turut bahagia dan bahkan sering mengasuh bayiku ketika aku sibuk. Tak segan ia membantu pekerjaan rumah tanggaku paska melahirkan. Kebetulan rumah kami berdampingan.
Setelah anakku besar ditambah dengan lahirnya adik-adik anak pertamaku, teteh tak pernah menjauh dari kehidupanku. Ia menganggap anakku adalah anaknya sendiri. Sikapnya tak jauh dari sikap seorag ibu terhadap anak kandungnya sendiri.
Satu hal yang patut kau ketahui, aku dan istri pertama suamiku tak pernah menggunjingkan kekurangan suami kami. Apa yang harus kami gunjingkan? Sementara sedikit yang kami ketahui dari kekurangan suami kami atau bahkan mungkin suami kami terlalu sempurna di hadapan kami. Sungguh, aku berbagi cerita ini tak lain supaya bias menjadi pelajaran bagi para perempuan untuk tidak nyinyir dengan poligami. Jika kau merasa suamimu tidak adil, maka jangan salahkan poligami, tapi salahkan suamimu sendiri. Atau mungkin engkau sendiri yang terlalu menuntut dan terlalu lebay di hadapan suamimu>?
Wallahu alam

Terimakasihku untuk emak dan emak teteh yang selalu memberiku dukungan terhadap studyku. Aku merasa kaya dengan memiliki cinta dan kasih saying kalian berdua
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment