Husni Mubarok
Sukses adalah ketika seseorang telah mendapatkan apa yang ia
cita-citakan, begitu mungkin anggapan kebanyakan orang. Benarkah demikian?
Apakah kesuksesan sejati hanya dengan
parameter keberhasilan seseorang mencapai apa yang ia harapkan?
Sebelum menjawab hal itu, mari kita renungkan fenomena yang
kadung terjadi di sekitar kita. Tidak sedikit
fenomena-fenomena tersebut yang
terjadi di masyarakat kita. lulusan PTN terkenal dan berprestasi secara
akademik, tapi ternyata masuk penjara karena pesta sabu-sabu. Seorang siswa
yang berprestasi dan pernah menjadi juara dalam olimpiade tingkat nasional
kedapatan melakukan asusila setelah video mesumnya menyebar kemana-mana.
Pemimpin dengan jabatan yang mentereng ternyata dibenci oleh bawahannya karena
sikapnya yang arogan dan tidak pernah menghargai bawahannya. Selain fenomena
itu, kita juga bisa menengok sejarah untuk membut kesimpulan bahwa ternyata
kesuksesan tidak bisa diukur dengan berbagai atribut dan materi duniawi. Tidak
juga dengan kecerdasan dan IQ yang tinggi. Lihatlah bagaimana kesudahan raja
Ramses II atau yang lebih kita kenal dengan sebutan firaun –sebagaimana yang
disebutkan dalam al-qur’an-. Walaupun dia memiliki kekuasaan yang sangat besar
dan masyarakat yang patuh, tapi ia terhinakan karena menolak kebenaran. Contoh
lainnya adalah qarun, seorang yang asalnya saleh dan hamba allah yang tawadhu
menjadi takabur setelah dianugerahi harta yang melimpah.
Lalu dalam pentas sejarah dunia, kita bisa mencontoh
bagaimana seorang karl marx. Konon katanya dia adalah pemikir yang jenius
dengan konsep-konsep yang ia sodorkan. Banyak orang yang menuhankan ajarannya.
Das capital-nya booming di kalangan orang-orang atheis. Tapi rupanya disamping
orang-orang yang mengaguminya –tentnya yang sepaham dengan ideologinya- lebih
banyak orang yang membenci dan mencaci makinya. Lalu ada sosok hitler yang
piawai dalam memimpin dan mempengaruhi masa. Ia pernah mendirikan imperium
komunis besar bermana uni soviet. Tapi dibalik semua itu, tak sedikit orang
yang merasa tertekan di bawah kekuasaannya. Setelah tumbangnya unisoviet seiring dengan tumbangnya kekuasaannya,
hitler telah menorehkan sejarah kelam. Alih-alih orang mengenang kejayaannya,
melainkan hanya mengenang kekejamannya dalam memaksakan ideologi yang ia yakini
kebenarannya.
Jadi, kesuksesan itu adalah, ketika kita bisa mendapatkan
apa yang kita inginkan tapi tidak keluar dari koridor kebenaran. Ketika kita
memperoleh apa yang kita harapkan tapi tidak merugikan pihak lain, dan tidak
memaksakan kehendak kita sendiri.
No comments:
Post a Comment