Husni Mubarook
Siapkan mental kita untuk menjadi pribadi unggul yang
mumpuni di segala bidang. Tapi, benarkah anda sudah siap? Jangan-jangan hanya
semangat doing, sementara bekal tidak pernah kepikiran. Hayoo, ngaku! Nah, biar
sobat2 muda nggak pada bingung, cekidot deh, apa saja bekal menuju sukses itu.
·
Rajin muhasabah dan mengoreksi segala kekurangan
diri kita
Sobat muda sekalian kudu banget muhasabah.
Intinya, dengan muhasabah ini kita bisa melihat kekurangan dan kelafaan kita.
Apa yang belum kita kerjakan? Apa yang selama ini kita tidak pernah terpikirkan
untuk dikerjakan? Apa yang sias-sia kita kerjakan? Dengan muhasabah, kita bisa
mengukur sejauh mana keberhasilan kita, sejauh mana kegagalan yang kita
dapatkan, eh, yang terakhir mudah-mudahan tidak ya.
Selain itu, kita juga kudu banget muhasabah
amaliah jama’I kita. Sudahkan pagi ini shalat dhuha? Sudahkah malam tadi kita
qiyamulail lengkap dengan witirnya? Sudahkan kita membaca qur’an hari ini?
Syukur-syukur dengan terjemahnya. Jadi, muhasabah segala aktifitas harian kita.
·
Lingkungan dan system yang kondusif
Lingkungan juga perpengaruh terhadap
kesuksesan kita. kita hidup di lingkunangan yang baik akan membuat kita baik.
Begitu juga dengan sebaliknya. Kenapa bisa begitu? Karena lingkungan secara
tidak langsung akan mempengaruhi kita . cerminan kepribadian kita tergantung
dengan dimana kita tinggal dan dengan siapa kita bergaul. Budaya dan tradisi
lingkungan sekitar mempunyai andil dalam mengkader dan mencetak seperti apa
kepribadian kita yang sebenarnya. Jadi, pandai-pandailah memilih teman bergaul
ya. Sebagaimana yang disabdakan oleh nabi kita, teman yang baik diumpamakan
dengan penjual minyak wangi. Dengan berteman dengan penjual minyak wangi kita
bisa kecipratan wanginya. Lalu, dalam hadits yang sama, nabi kita
menganalogikan teman yang buruk seperti pandai bessi. Jika kita berteman dengan
pandai besi, bisa jadi kita kecipratan bau busuk darinya, atau bisa jadi baju
kita ikut terbakar oleh percikan api.
Sebenarnya sah-sah saja sih kita hidup di
lingkungan yang tidak kondusif. Dalam
artian, lingkungan yang tidak mendukung terhadap apa yang kita pegang sebagai
prinsip hidup kita. Itu dengan syarat, kamu bisa menjaga diri atau lebih okenya
lagi, kamu bisa ikut mewarnai lingkunganmu dengan hal-hal yang positif dan apa
yang selama ini kita jadikan sebagai prinsip kebenaran. Berani nggak guys?
·
Silaturahim
Yang terakhir ini adalah hal yang wajib
kita perhatikan secara baik-baik. Tidak sedikit diantara kita yang ogah
silaturahim. Padahal banyak manfaat yang didapat dengan silaturahim, ana disini
nggak mau bertele-tele membahas tentang dalil-dalil keutamaan silaturahim
menurut al-qur’an dan as-sunnah. Secara antum-antum sekalian udah pada hapal
dalilnya. (kalo nggak hapal, bisa searching di google ya).
Banyak sebenarnya manfaat silaturahim.
Diantaranya, akan menambah rasa empati diantara sesame, tidak ada batas dan
kasta social, tidak merasa canggung ketika menghadapi banyak orang, member
peluang untuk tahu segala hal, dengan silaturahim kita bisa belajar dari
pengalaman dan kehidupan orang lain.
Selain dengan tiga bekal di atas, kita juga
kudu ngeh dengan tiga hal pendukung di bawah ini
ü
Jernih dalam berpikir dzikir
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat allahlah hati menjadi tentram
(QS. Ar-ra’d : 28)
ü
Keunggulan dalam berfikir
Dengan berfikir unggul kita bisa merencanakan apa yang mesti kita lakukan
dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu, tidak ada
kata menyerah dan gampang putus asa dalam menghadapi segala problem yang
menghadang.
ü
Keunggulan dalam karya
ü
Nah, setelah kita bisa memetakan apa yang ada
dalam pikiran kita, saatnya kita melakukan aksi nyata. Aksi kita akan
menentukan sebesar apa kegigihan kita dal;am berpikir. Dan, hasil akhir
tergantung pada sejauh mana kita dalam menggapainya. Tapi ingat, jangan lupakan
doa, ikhtiar dan tawakal. Semuanya harus seiring sejalan.
No comments:
Post a Comment