22 Apr 2015

MENEBAR CINTA DENGAN SALAM

“Diantara tanda kerendahan hati, engkau mengucap salam kepada orang yang engkau jumpai”
(Abdullah bin mas’ud radiyallahu anhu)
Salam itu bukan sekedar ucapan biasa. Ia adalah doa yang dating dari allah swt kepada kita untuk menjadi symbol kemusliman kita. Ia adalah ucapan yang mengandung cinta dan selaksa rindu. Salam juga wujud dari mata rantai rasa mencintai antara hamba dan sang pencipta.
Salam akan mempererat tali ukhuwah dan ketersambungan hati satu sama lain. Dengannya kita akan memperbaharui cinta kita terhadap sesame. Baik yang masih hidup atau pun yang telah tiada. Bukankah rasulullah menganjurkan salam untuk para ahli kubur? Bukankah kita juga disyariatkan untuk mengucap salam kepada rasulullah di setiap tasyahud kita? Karenaya,  salam akan kekal dan allah akan mencatat kebaikan demi kebaikan di setiap salam yang kita sampaikan terhadap sesame kita.
Salam adalah keutamaan yang penuh dengan keberkahan. Cobalah kita rasakan, bagaimana perasaan kita ketika kita menyampaikan salam atau kita menerima salam dari orang lain. Akan timbul di hati kita perasaan damai dan tenang karenanya. Itulah kekuatan salam yang tidak akan pernah kita temukan dalam kalimat perjumpaan dan perpisahan selainnya.
Maka, sudah sewajarnya kita membalas salam orang yang member salam kepada kita. Karena begitulah syariat mengharuskan. Lagi pula, sudah selayaknya kita membalas kebaikan dengan kebaikan pula. Membalas ucapan yang berkah dengan ucapan berkah pula.
“apa bila kau diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaskah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya atau balaslah penghormatan itu (minimal dengan yang serupa)….” (QS. Annisa: 86)
Imam al-qurthubi rahimahullah bertutur,” ulama sepakat bahwa memulai mengucap salam adalah sunnah yang sangat dianjurkan, sedangkan menjawab salam hukumnya dalah wajib.”
Member salam itu haruslah ikhlas dari hati yang terdalam. Diucapkan dengan sepenuh jiwa. Tidak karena mengharap sesuatu, tidak karena memandang jabatan dan kedudukan. Apalagi kalau hanya sekedar basa-basi.
Ketulusan dalam member salam adalah cerminan dari kebeningan hati dan kedalaman ilmu. Tidak akan pernah seorang hamba  yang baik akan menyepelekan setiap perintah rabb-nya. Sekecil apa pun perkara yang dating dari rabbnya pada hakikatnya tak ada yang tak pantas untuk di tinggalkan. Atau, kadang kita menganggap sesuatu hal itu sepele padahal sangat besar perkaranya di hadapan allah. Diantara perkara itu adalah salam. Maka, perbaharui salam kita dan niat kita dalam mengucap salam. Bukan sekedar basa-basi dalam kehidupan social, tapi juga cerminan dari masyarakat yang menjunjung nilai-nilai ajaran islam yang universal.
Oleh karena itu, allah menjadikan ucapan salam itu kekal. Bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat kelak. Karena penduduk surge pun akan menghiasi mulut mereka dengan salam di samping kalimat-kalimat tayyibah lainnya.

“disana mereka tidak mengucapkan ucapan yang sia-sia maupun yang menimbulkan dosa, tetapi mendengarkan ucapan salam.” ( QS. Al-Waqiah: 25-26)
(renungan keimanan, husni mubarok)
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment