“Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di
bumi.” (QS. Yunus: 101)
Dalam ayat tersebut allah azza wa jalla memerintahkan kita
untuk memperhatikan “apa” yang ada di langit dan di bumi. Bukan hanya sebatas
memperhatikan kemudian mengagumi. Bahagia dan senang dengan segala ciptaanya.
Tapi dalam ayat tersebut, kita juga dituntut untuk bisa memikirkan atau
mentafakuri, apa sebenarnya maksud dari penciptaan itu sendiri. Apa makna yang
terkandung dalam penciptaan agung itu. Sayangnya, banyak dari kita yang hanya
sebatas mengagumi dan merasa bahagia dengan apa yang bisa kita lihat. Pandangan
kita, pendengaran kita tidak sampai pada maksud Dari apa yang kita lihat dan
yang kita dengar. Hambar. Absurd. Tanpa makna sama sekali.
Lalu harus bagaimana? Jawabannya, kita bisa merenungkan ayat
allah swt dalam surah ali imran ayat 191.
“orang-orang yang mengingat allah ketika mereka berdiri,
duduk dan berbaring di atas punggung mereka, dan mereka selalu berpikir tentang
penciptaan langit dan bumi. (mereka mengatakan ) duhai rabb kami, sungguh tidak
engkau ciptakan ini semua sia-sia. Maha suci engkau, maka hindarkanlah kami
dari siksa api neraka.”
Orang-orang yang seperti inilah yang selalu dinaungi rahmat
dan hidayah dari rabb-nya. Mereka bukan sebatas mengagumi dan bahagia dengan
apa yang mereka lihat. Tapi hati mereka turut bergetar karena ketakjuban itu.
Bukan hanya sekedar hati belaka. Lisan, dan anggota badannya membenarkan dengan
bertasbih dan menyempurnakan ibadah dengan sepenuh rasa cinta dan rindu kepada
sang maha pencipta.
Mereka melihat gugusan bintang, bulan dan lautan dengan hati
yang bertasbih akan kekuasaan tuhannya. Beda halnya dengan orang rata-rata,
yang sebatas berdecak kagum dengan semua itu, tapi justru hatinya semakin jauh
dari allah. Ia terlena dengan apa yang ia lihat. Ia tidak menyadari bahwa apa
yang ia lihat adalah secuil dari semua apa yang ia ketahui tentang penciptaan
tuhannya. Jika seandainya hati dan anggota badannya ikut serta dalam rasa
takjub itu, ia niscaya tak akan pernah berhenti memuji dan bertasbih kepada
tuhan seru sekalian alam.
Hal di atas kita bisa analogikan sepeti seseorang yang
kedatangan tukang pos. pertama kali ia tahu deru motor tukang pos. dan
penglihatannya menguatkan apa yang ia tahu dari motor dan seragam yang dipakai
oleh tukang pos. selain itu, ia juga melihat sampul surat yang begitu indah dan
ia tahu bahwa surat itu adalah surat penting dan khusus untuk dirinya. Ia
menerima surat itu. Tapi ia tidak membuka dan membacanya. Ia hanya mengagumi
sampul surat yang indah dan harum. Ia hanya terpaku melihat sampul surat,
padahal, subtansi surat itu ada pada lembar surat di dalamnya. Untuk ia baca
dan ia pahami, apa gerangan maksud dari surat tersebut.
Jadi, mari kita benahi hati dan jiwa kita untuk selalu
mengingat segala ciptaan-Nya yang telah Ia hamparkan untuk kita. Segala
ciptaannya yang menakjukan adalah ‘surat cinta’ yang agung dan indah untuk kita
‘baca’ dan hayati. Ciptaaan-Nya itu tak lain supaya rasa cinta dan kerinduan
kita semakin menancap kuat hanya kepada-Nya.
Mari kita renungkan…..
(100 tafakur keimanan , husni mubarok)
No comments:
Post a Comment