4 Jan 2015

Sejarah dalam Susastra Modern Indonesia


Kaitan antara sastra dan sejarah bukanlah gejala baru dalam karya sastra dan kajian atau pun study sejarah. Namun tanpaknya masih perlu diperjelas perbedaan dan kedudukan masing-masing serta pertautan antar keduanya.

Perlu diperjelas apa yang dimaksud dengan novel sejarah atau pun roman sejarah atau juga sastra sejarah sebagai isatilah yang lebih umum.

Tidak mudah untuk mendefinisikan istilah-istilah tersebit karena penafsiran terhadapnya pun tanpaknya sangat terbuka dari berbagai sudut pandang. Pada dasarnya novel seajarah dalam pembicaraan ini diartikan secara sempit, yakni bentuk roman atau prosa yang mencoba untuk memberikan gambaran tentang suatu peristiwa atau kejadian pada masa yang lalu yang telah lampau dengan media fiksi. Di dalamnya menampilkan tingkah laku dan mentalitas yang mungkin berasal dari sumber masa lalu tersebut. atau terdapat tokoh-tokoh sejarah yang sesungguhnya dalam alur prosa itu sendiri.

Pengertian novel sejarah tersebut menghindari cakupan yang longgar yang biasanya diartikan sebagai karya fiksi yang sebagian isisnya dipinjam dari sejarah. Pengertian yang longgar ini mempunyai implikasi bahwa karya sastra yang mengandung unsure supranatural-misalnya- bias dianggap sebagai roman sejarah. Begitu pula historiografi tradisional yang cenderung menggabungkan  karya sastra sekaligus tulisan sejarah. 

Histroriografi tradisional semacam babad, hikayat, dan lontara memiliki nilai sejarah yang berbeda karena tercampur unsure mite dan mengandung anakronisme, sehingga tidak termasuk dalam pengertian novel sejarah yang dimaksud dalam tulisan ini.
Hubungan yang relative berdekatan antara sejarah dan sastra setidaknya dapat dilihat bahwa keduanya berada dalam skala subjective emotional dari bentuk-bentuk penemuan manusia, yang sangat jauh dari skala objective variable semacam kimia, boikimia, biologi dan kedokteran.

Meskipun demikian, pertanggungjawaban sejarah berbeda dari sastra. Sejarah bermaksud menceritakan hal yang sebenarnya terjadi. Sejarah mengemukakan gambaran tentang hal-hal sebagaimana adanya dan kejadian-kejadian yang sesungguhnya terjadi. Selain itu, sejarah harus mengikuti prosedur tertentu, seperti harus tertib dalam penempatan ruang dan waktu, taat dengan unsure-unsur lain seperti topografi dan kronologi, dan tentunya harus berdasar bukti-bukti. Sementara itu pada karya sastra cukup kiranya bila tulisan itu berhasil mengungkapkan hal-hal yang koheren yang dapat dipahami oleh para pembacanya. Karya sastra tidak tuntuk terhadap metode-metode tertentu. Demikian juga dalam hal penggunaan bahasa. Bahasa yang dimuat dalam karya sastra lebih cenderung dan lazim memuat pesan-pesan subyektif pengarangnya. Adapun sejarah lebih cenderung menggunakan simbolisme referensial dengan menunjuk secara lugas kepada objek, pikiran, kejadian dan hubungan-hubungannya.

Dalam kaitan sejarah dan sastra, peristiwa sejarah bias dijadikan bahan penulisan sastra dengan cara pengolahan yang berbeda. Dalam penulisan sejarah, bahan baku peristiwa sejarah diproses melalui prosedur tertentu, seperti kritik, interpretasi, dan sintesa sehingga tercapai rekonstruksi sejarah. Bagi sejarawan, fakta merupakan hal yang “keras” dan tidak dapat dikurangi. Ia harus bertolak dan kembali kepada fakta dalam usahanya untuk merangkai peristiwa sejarah menjadi kesatuan yang utuh dan apa danya. Sementara itu dalam karya sastra, peristiwa sejarah, situasi, kejadian, dan perbuatan cukup diambil dari khazanah sejarah yang telah terjadi. Bagi sastrawan, kritik, interpretasi, dan sintesa atas fakta sejarah tidak diperlukan sebagaimana yang diperbuat oleh sejarawan.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment