22 Jul 2020

KETIKA MAUT HAMPIR MENJEMPUT

Pernahkah kamu mengalami satu kejadian yang kamu pikir bisa menjadi sebab akhir dari episode kehidupanmu di dunia ini? Dimana ketika kamu lolos darinya, seakan-akan itu adalah anugerah terbesar yang membuatmu sadar bahwa maut itu sangat dekat dalam kehidupanmu. Aku pernah mengalaminya. Ada dua peristiwa dimana maut hampir menjemput saya. Hanya saja, Allah belum menakdirkanku untuk berpisah dari alam dunia.

Pertama, di medio tahun 2020, aku hampir tenggelam di pantai Pangandaran ketika berenang. Saat itu, saya dan teman saya Tyo terlalu asyik berenang hingga tanpa terasa arus ombak bawah membawa kami mendekati pusaran air yang deras mengalir ke batas pantai karang yang dipisahkan oleh kawat berduri. Aku dan Tyo baru menyadari hal itu ketika dua tapak kaki kami tak lagi menapak pasir. Saat itu aku panik dan berteriak-teriak. Sementara arus air semakin kuat dan tubuhku tersedot pusarannya. Saat itu aku berpikir bahwa bisa saja aku tenggelam dan mati.

Teman-teman pondok berteriak di pinggir pantai memanggil nama kami. Para penjaga pantai datang. Tapi terlambat. Tapi Allah menyelamatkanku. Andai tangan kananku tidak meraih kawat berduri, mungkin aku sudah tenggelam. Orang-orang masih berteriak, sementara aku perlahan meniti kawat berduri itu hingga pada akhirnya bisa sampai di bibir pantai dengan wajah yang pucat pasi dan jantung yang berdebar. sementara Tyo meraih pelampung yang dilemparkan oleh petugas kepadanya.

 Sesampai di atas pasir, baru aku sadari lutut, betis dan pergelangan tanganku penuh dengan luka gores dari kawat berduri yang kupegang erat-erat. Seorang penjaga pantai mengangsurkan obat merah kepadaku. Disini aku berpikir, andai aku tidak sigap meraih kawat berduri itu, mungkin nasibku akan lain.

Kejadian kedua adalah kejadian ketika dibonceng Wail, keponakanku ke kota kecamatan. Saat mengemudi itulah Si Wail menggesek kelopak matanya yang kelilipan, dan tiba-tiba dari arah depan Bus Budiman jurusan Tasik meluncur ke arah kami, sementara Wail belum menepi. alih-alih menepi, dia mengemudikan motor kami lurus. Beruntung, di detik-detik terakhir, Wail mampu menghindar dan kami selamat. Jarak kami mungkin hanya 5 centi dari body bus budiman tersebut. Andai terlambat mengelit, bisa saja tubuhku sudah menggelosor ke bawah bus dan terlindas. Naudzubillah.

Mengingat dua moment mendebarkan itu, saya berpikir bahwa maut itu bisa mendatangi kita kapan pun, dimana pun dan dalam kondisi apa pun tanpa pernah kita duga sebelumnya. Jika maut itu belum ditakdirkan menjemput kita, maka kejadian apa pun tidak akan mengantarkan kita kepadanya. Tapi jika maut itu sudah ditakdirkan menjemput kita, bahkan walau kita diam di tempat tidur pun, dia akan datang saat itu juga.

Sekarang, ceritakan kepadaku, pernahkah kamu mengalami hal yang sama. Dimana kau mengalami kejadian yang kau kira itu adalah detik-detik terakhir hidupmu.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment