Saat itu saya tengah mendaki bukit kecil di belakang rumah
ketika menemukan serumpun bungga liar yang sedang mekar. Saya terpikat oleh
pesona warnanya sehingga memutuskan untuk mengambil kamera dan mengabadikan si
bunga liar dalam beberapa jepretan.
Tiba-tiba saya ingin berfilosofi tentang bunga liar.
Dari bunga liar itu saya belajar tentang konsistensi dalam
kebaikan dan tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Betapa pun buruknya
lingkunganmu, hal itu bukan menjadi alasan dirimu ikut-ikutan buruk.
Bunga tetaplah bunga. Tidak peduli dia tumbuh di tebing yang
curam, di semak berduri, di rawa-rawa busuk, di belantara hutan, hingga di
taman-taman kota.Bunga selalu menawarkan keindahan yang menawan. dalam kondisi
dan situasi apa pun, dia akan tetap disebut bunga.
Begitulah kita hendaknya belajar dari konsistensi bunga.
Kita memiliki prinsip, ideologi, tata nilai kehidupan yang tidak akan pernah
berubah. dimana pun kita, dalam situasi apa pun kita, kita adalah muslim yang
tahu aturan dan tahu diri. Seperti bunga yang selalu menyadari bahwa dia harus
selalu menjadi bunga.
Pepatah sunda bilang,' tong kabawa ku sakaba-kaba.' Jangan
terbawa oleh keadaan dan situasi. Maka
bunga mengajari kita untuk tidak terbawa oleh keadaan dan tempat. karena kita
tetap sama. tak ada yang bisa merubahnya dari sifat aslinya yang indah, menawan
dan menawarkan keharuman semerbak di sekitar.
Dari bunga liar juga saya belajar arti jati diri.
Bunga mawar itu indah dengan warna merahnya yang merekah. Bunga
melati juga indah dengan putihnya yang menawan. Bunga anggrek juga anggun
dengan bentuknya yang unik. Bunga apa pun itu, dia pasti akan menawarkan
keindahan, selama namanya bunga. Kecuali bunga bangkai :D
Intinya, setiap kita memiliki keindahan masing-masing yang
tidak dimiliki oleh yang lainnya. Jangan pernah minder dan tengok kanan kiri,
kemudian berkata, "Kok aku nggak seperti dia."
Kamu tidak akan pernah sama dengan si fulan, tapi kamu
memiliki keindahan dan keunikan yang tidak dimiliki si fulan. Sebagaimana mawar
yang tidak memiliki putihnya melati, pun melati yang tidak akan pernah bisa
menggapai merahnya mawar.
No comments:
Post a Comment