Kebanyakan dari kita tahunya rohingya
itu adalah etnis muslim yang ada di Myanmar yang di tahun 2017 itu diserang
sama pemerintahnya sendiri. Jarang ada yang tahu sejarahnya bahkan mungkin
jarang juga nih yang tahu sebenarnya rohingya ini ada di Myanmar sebelah
mananya. Oleh karena itu, kali ini kita akan membahasnya.
Jadi, etnis rohingya ini
tinggalnya di negara bagian rakhine yang ada di sebelah barat, berbatasan
dengan Teluk Benggala danBangladesh.
Negara Myanmar terdiri dari beberapa
suku. Yang paling mayoritas itu suku birma.
Sekitar 85% penduduknya Myanmar itu berasal dari suku birma, makanya dulu nama negaranya Burma. Terus sisa 15% dibagi-bagi, ada dari suku
Syan, Chin, Kachin, Kayah, Magh, dan pastinya umat muslim dari suku rohingya.
Sejak kapan umat muslim Rohingya ada di sana?
Beberapa sejarawan bilang kalau
etnis ini udah ada di sana sejak ratusan tahun yang lalu tapi beberapa sejarawan
juga bilang kalau mereka ada di daerah ini enggak lebih dari 100 tahun yang
lalu. Ada juga yang bilang kalau orang Rohingya ini berasal dari kerajaan Islam
Arahkan yang dulu berdiri di sana antara tahun 1430 sampai tahun 1784 yang
dibuktikan dengan ditemukannya mesjid Badr yang diperkirakannya dibangun
sekitar tahun 1430
Menurut Catatan sejarah, tahun 1784 Raja Burma waktu itu, Bodawpaya
waktu itu nyerang Arakan sampai habis. Penyerangan inilah yang katanya
memusnahkan banyak peninggalan-peninggalan Islam di sana. Belum lagi katanya
ulama dan da’I pada waktu itu dibunuh. Bahkan orang-orang suku Magh yang ada di
wilayah rakhin juga katanya diprovokasi, dipanas-panasin untuk melakukan hal
yang sama.
Diskriminatif ini berlangsung
terus sampai Inggris datang di tahun 1824.
Oh ya, info dikit Raja Bodawpaya ini di tahun 1785 sempet nyoba nyerang Siam
atau Thailand, tapi kalah.
Tahun 1942, etnis rohingya ini
juga sempat diserang lagi sama orang-orang suku magh, orang-orang yang dulu
dipanas-panasin itu. Hasilnya lebih dari 100.000 etnis rohingya meninggalpada
waktu itu. Terus 1947 waktu Burma lagi
persiapan untuk mendeklarasikan kemerdekaannya semua suku tuh diundang kecuali
suku rohingya. Ini kelakuannya kayak anak sekarang kalau Bikin grup Whatsapp ya,
ada temennya yang dia nggak suka, terus nggakdiinvite.
Nah Berdasarkan sejarah sejarah tadi
dan situasi terkini, maka PBB mendefinisikan rohingya ini sebagai etnis minoritas
yang paling dipersekusi atau paling mendapat perlakuan buruk di dunia.
Tapi pemerintah Myanmar nggak
setuju, pemerintah Myanmar nganggap kalau etnis rohingya ini adalah pendatang
baru dari subcontinent india sehingga negara tidak memasukkan rohingya dalam
kelompok masyarakat adat yang berhak mendapatkan kewarganegaraan.
Terus yang bikin lebih pelik nih,
orang-orang rohingya ini merasa kalau mereka bagian dari Myanmar dan mereka merasa
kalau mereka dipersekusi oleh Negara. Susah ya,
yang satu enggak mau ngakuin yang satu merasa bagian dari mereka.
Saya sengaja ceritain beberapa sejarahnya
dulu biar kita tahu kalau konflik ini bukan konflik yang tau-tau muncul kemarin.
Konflik panjang ini bahkan sebelum Myanmar merdeka dan akhirnya benar-benar
meledak di penyerangan tahun 2017 kemarin. Walaupun pemerintah Myanmar nyoba nutup
nutupin tapi tetep akhirnya kebuka juga.
Jadi, menurut pemerintah Myanmar
tuh mereka enggak melakukan pembantaian.
Mereka Cuma melakukan serangan balasan karena sebelumnya di Oktober 2016
ada milisi rohingya yang melakukan penyerangan ke pos polisi. Pemerintahnya
berdalih, cuma serangan balasan. Tapi
kok yang meninggal sebulan sampai 6700.
Tapi segala macam pembelaan itu
akhirnya basi sendiri, setelah sekitar di tahun 2020 kemarin itu ada beberapa Anggota
militer Myanmar yang membelot dan cerita apa yang mereka lakukan ke etnis
rohingya. Mereka cerita kalau mereka disuruh nembak apapun yang mereka lihat di
sana, nggak peduli orang tua, cewek anak-anak pokoknya abisin semuanya.
Pertanyaan yang paling sering muncul adalah jadi konflik rohingya ini
apakah konflik agama atau ada faktor faktor lainnya?
Ya, faktor agamanya memang ada
tapi faktor-faktor lain, kayak ketegangan antar etnis dan ekonomi itu juga ada. kokekonomi? Jadi gini, menurut jurnal yang
dirilis oleh amnesti internasional, negara bagian rakhine ini memang Negara bagian
yang miskin banget di Myanmar. Etnis-etnis yang ada di Rakhin merasa
terdiskriminasi dan terpinggirkan oleh pemerintah pusat yang didominasi oleh
etnis Burma. Dalam situasi sulit gini akhirnya etnis rohingya ini dianggap sama
etnis-etnis lain yang ada di Rakhin sebagai pesaing dalam perebutan sumberdaya
atau kasarnya rebutan makanan. Terus ya lama-lama jadi konflik.
Keadaan makin parah karena
Myanmar ini punya sejarah panjang dalam membiarkan ketidakpercayaan antar
etnis. Ya mending lah kalau cuman dibiarin, ini malah kadang sama militer yaitu
dieksploitasi jadi, bukannya diajarin toleransi tapi malah dibensinin terus
demi kepentingan militernya. Panasin terus biarin aja mereka ributyang penting
kita naik.
Kalau dari sisi agama masih
menurut jurnal amnesty International ini karena pembatasan gerak yang diberikan
pemerintah Myanmar ke etnis rohingya. Ya balik lagi, udah kan wilayahnya Miskin
terus geraknya malah dibatasin, makin susah mau cari nafkah, makin miskin
akhirnya hidupnya ngarep dari bantuan.
Tapi pemerintah Myanmar malah ngeluarin aturan yang membatasi akses
bantuan internasional. Maunya pemerintah apa ya ngebantu enggak, mau ada bantuan dari luar dibatasin.
Selain itu komunitas muslim di
rakhine ini juga kayak enggak dibolehin buat melakukan ibadah agamanya dengan
bebas. Jadi warga rohingya di bagian utara Rakhine ini dilarang buat ngumpul-ngumpul
lebih dari empat orang. Ya terus gimana mau jumatan. Akhirnya mereka mengumpul
buat ibadah secara sembunyi-sembunyi dengan resiko penahanan atau pemerasan
kalau ketahuan
Ada satu cerita terbaru juga nih
dari Abdul Rashid. Jadi dia ini pengusaha calon politisi dari etnis rohingya
yang beruntung bisa dapet kewarganegaraan Myanmar. Nah, di November 2020 kemarin kan ada Pemilu tuh.
Pemilu yang jadi alasan kudeta di Myanmar. Abdul Rashid ini mau daftarin diri
jadi anggota dewan tapi akhirnya enggak bisa karena menurut pejabat-pejabat
sana dia berasal dari luar negeri. Salah satu syarat buat jadi anggota dewan di
Myanmar adalah bisa ngebuktiin kalo orang tuanya adalah warga negara Myanmar. Ngebuktiinnya
pakai apa kalau bukan pakai dokumen. Masalahnya
zaman pemerintahan militer dulu mereka nih dengan paksa ngambil ngambilin
dokumen identitas orang-orang rohingya. Akhirnya mereka enggak punya dokumen,
enggak punya identitas, asal-usulnya jadi gak jelas. Terus sekarang ketika ada
orang dari etnis rohingya mau mendaftar jadi anggota dewan dimintain dokumen
orangtuanya.
Sejak tahun 2017 itu udah ada sekitar
730.000 orang etnis rohingya yang kabur nyari pertolongan ke negara-negara lain,
yang mayoritaskaburnya ke Bangladesh.
Karena memang Bangladesh yang paling dekat. Yang untungnya, Bangladesh ini mau ngasih tempat penampungan
buat etnis rohingya dan akhirnya sekarang tempat itu jadi camp pengungsian
terbesar di dunia.
Tapi tetapkan namanya hidup di
pengungsian ya pasti hidupnya jauh dari kata Sejahtera. Akhirnya orang-orang yang
gak kuat hidup di pengungsian ini pergi lagi keluar nyari kerja. Nyari kerja ke negara lain. Kebanyakan
nyebrang laut pakai kapal kecil tapi isinya bisa ratusan orang tuh. Terus
mereka terombang-ambing di laut bisa sampai berbulan-bulan. Ada juga yang
numpang ke kapal penyelundup gitu.
Dijanjiin mereka bakal dibawa ke negara tujuan. Tapi pas udah di atas
kapalnya mereka sering disiksa, sampai
disuruh minum air kencingnya sendiri buat bertahan hidup. Kalau meninggal Ya
udah langsung buang Ke laut.
Kebanyakan yang pakai kapal ini
katanya pengen ke Malaysia tapi cuma beberapa yang sampai di sana. Kayak di 2020 kemarin nih ada 99 orang yang
niatnya pengen ke Malaysia, tapi ditengah jalan kapal mereka keburu rusak
akhirnya ditolong sama nelayan-nelayan di Aceh. Sekarang mereka ya ada di Aceh.
Mau lanjut jalan ke Malaysia udah susah karena Malaysianya sendiri ngomong kalo
mereka udah nggak bisa nampung pengungsi rohingya karena Malaysia sendiri nih lagi
kesulitan ekonomi gara-gara virus korona.
Tapi kalau ngomongin sikap
negara-negara ke pengungsi rohingya ini saya paling inget tuh perkataannya
Presiden Filipina Rodrigo duterte di tahun 2018. Di saat negara-negara lain
pada hati-hati dalam mengambil sikap, presiden duterte ini malah ngomong terang-terangan
kalau dia siap menampung pengungsi rohingya
No comments:
Post a Comment