5 Sept 2021

Menyikapi Hater

 


Palingkan pandanganmu pada orang-orang yang menyukaimu, bukan orang-orang yang membencimu. Abaikan mereka dan nikmati hidup ini.

 

Kita tidak bisa memaksakan orang-orang untuk menyukai dan menerima diri kita. Karena sebaik apa pun diri kita, setulus apa pun pemberian yang kita berikan, pasti akan ada saja orang yang menyalahartikan kebaikan kita tersebut.

Terkadang, ada orang yang secara terang-terangan menunjukan ketidaksukaan dia kepada kita. Terkadang ada pula yang bermain cantik dalam membenci. Dia lebih memilih menyembunyikan kebenciannya di balik topeng keramahan yang dia pakai. Nah, kalau sudah tersembunyi sangat sulit untuk bisa mendeteksinya.

Lebih enteng urusannya kalau seseorang itu menunjukan rasa bencinya kepada kita secara langsung daripada mereka yang pura-pura jadi teman, tapi menusuk dari belakang. Ketika ada orang yang menunjukan kebenciannya secara langsung, kita bisa lebih waspada mengambil tindakan. Tapi kita tidak pernah tahu siapa orang yang benar-benar tulus memberikan wajah manisnya.

Memang, kebanyakan para pembenci itu tidak akan menampakan perasaannya secara langsung. Bahkan mungkin diri kita sendiri merasakannya. Ketika kita tidak menyukai seseorang, apakah kita akan dengan terus terang mengatakannya? Apakah kita akan dengan terus terang bilang, ‘Aku benci kamu!’ Tidak, kan? Mungkin ada diantara mereka akan melampiaskannya dalam status atau berghibah. (Naudzubillah)

Terkadang ada juga musuh di dalam selimut. Kita terkejut mengetahui fakta bahwa orang yang selama ini kita percayai ternyata mengkhianati kita. Orang yang selama ini kita anggap sebagai pribadi yang ramah, tapi nyatanya menyembunyikan kebencian di dalam hatinya yang paling dalam.

Yah, memang begitulah kehidupan di dunia ini. Terkadang tidak sesuai dengan ekspektasi yang kita inginkan. Terkadang fakta yang ada tidak sesuai dengan harapan. Terkadang penuh dengan kejutan.

Perlu kita sadari bahwa orang yang tidak suka itu selalu ada. Jangankan diri kita yang hina dina oleh kubangan dosa. Sekelas para nabi yang mulia sekali pun pasti memiliki musuh. Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam  juga memiliki musuh dari kalangan orang kafir Quraisy dan Yahudi Madinah.

Jadi, salah besar jika ada ungkapan ‘orang baik itu tidak memiliki musuh.’ Itu salah. Orang baik juga punya musuh. Musuhnya adalah mereka yang tidak suka dengan prinsip kebaikan yang kita tebarkan. Mereka tidak suka diganggu dan dikritik dengan segala keburukannya.

Terlepas dari semua itu, kita harus bijak dalam menyikapi para pembenci. Jangan marah dan terbawa emosi ketika menemukan mereka yang bersikap kurang menyenangkan. Karena dengan emosi yang memuncak, itu adalah hal yang mereka inginkan. Kebencian itu ingin direspon dan tepat sasaran. Mereka ingin kita lepas control. Tentunya ini membuat mereka senang. Kita harus bermain cantik dan membiarkan mereka jengkel dengan sikap kalem kita.

Tahu nggak sih, dengan adanya para hater itu, kita harusnya bersyukur. Lho, kok bersyukur? Bagaimana ceritanya?

Karena Kita berkualitas

Orang benci kita sebab iri dan dengki. Kenapa iri/dengki? Karena mereka tidak bisa seperti kita. Sebab kualitas kita sudah naik kelas dibandingkan dengan kualitas yang ada pada diri mereka. Kalau kualitas kita dibawah, mereka tidak perlu repot-repot iri terhadap pencapaian kita. Kalau kita lebih buruk dari mereka, mereka tidak perlu mengurusi hidup kita. Maka, bersyukurlah ketika punya hater, itu artinya kita berkualitas.

Karena kita Berpengaruh

Bila kita memiliki hater, itu artinya kita memiliki penggemar rahasia. Orang itu selalu ingat kita. Mereka menghabiskan waktu mengurusi hidup kita dan berusaha mencari-cari kesalahan yang kita perbuat. Dia akan merasa sulit untuk melupakan hal apa pun tentang kita, terutama segala kekurangan kita. Nah, dengan begitu kita bisa memperbaiki diri terus menerus tanpa perlu pusing dengan kebencian mereka.

Terkadang, kita membutuhkan para hater untuk bisa mengupgrade kualitas diri. Tanpa mereka, barangkali kita akan leha-leha. Tanpa monitoring mereka, kita tidak pernah waspada.

Orang yang menjelekkan adalah penggemar setia sekaligus penasihat kita, sebab dia selalu sibuk menghabiskan setiap waktunya untuk memikirkan kesalahan dan kelemahan kita.

Ladang Pahala

Para hater itu sebenarnya orang baik lho. Sebab, tanpa mereka sadari, mereka sedang mentransfer pahala kebaikan mereka kepada kita. Ketika mereka menghibahi kita, pahala kebaikan itu menjadi milik kita. Tentunya selama kita sabar menghadapinya dan tidak meladeni semua kata-katanya. Jadi, bersyukurlah. Kita bisa memanen pahala. Mereka ladang pahala kita.

Saya jadi teringat kisah Hasan al-Basri Rahimahullah. Dikisahkan bahwa ada seseorang yang menghibahi beliau. Kemudian orang-orang memberitahukan hal itu kepada Hasan al-Basri. Selang beberapa hari, Hasan al-Basri pun mengunjungi kediaman si penghibah sembari membawa hadiah.

Kemudian dia berkata, “Aku sudah mendengar apa-apa yang kamu katakan kepada orang tentangku. Terimakasih banyak, ya. kamu telah memberikan banyak kebaikan kepada saya. Hadiah ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan pahala yang kamu berikan.”

Nah, barangkali kamu mau mencoba metode hasan al-Basri? J

Kita Hebat

Mereka menjelekkan sebab mereka itu tak mampu menjadi seperti kita. Jadi umpamanya secara tak langsung mereka mengakui kehebatan kita, Alhamdulillah dong!

Demikian diantara alasan mengapa kita wajib bersyukur ketika ada orang yang membenci kita. Jangan sampai kita malah marah-marah dan membalas semua perlakukan buruk mereka kepada kita. Jika kita membalas keburukan mereka dengan perilaku buruk yang sama, lalu apa bedanya kita dengan mereka? Terserah mereka mau melakukan apa pun, itu urusan mereka dengan Allah, bukan urusan kita.

Jangan pernah menghabiskan waktu untuk para pembenci. Lebih baik gunakan waktu untuk memperbaiki diri supaya mereka makin kepanasan melihat kemajuan kita. 

 

MUNGKIN KITA SEBURUK ITU

 

Berbicara tentang hater, kita memang tidak perlu memusingkan apa yang mereka katakan terhadap kita. Tapi kita juga sesekali harus introspeksi diri; Apakah saya benar-benar seburuk itu?

Jika memang apa yang mereka katakan itu benar adanya, maka kebencian mereka itu beralasan. Mungkin mereka benci dengan sifat-sifat buruk kita. Atau mereka benci karena kita tidak berubah dari sifat kita yang tak tahu diuntung. Atau mereka menampakan kebencian supaya kita berubah sehingga mereka bisa menjadi teman kita. Atau…masih banyak kemungkinan lainnya.

Jadi, sebelum benar-benar bersikap EGP (Emang gue pikirin), kita harus melihat kepada diri kita. Mulai bercermin dan cobalah untuk menemukan segala kekurangan diri yang selama ini selalu dihembuskan oleh para hater.

Jadi, tidak selamanya komentar atau tuduhan itu keliru. Terkadang haters itu muncul karena sikap kita sendiri yang layak untuk dibenci oleh orang-orang sekitar. Mungkin kita pernah berbuat salah, entah kita sadari atau tidak.

Atau barangkali haters tersebut bukan berniat menghina kita, tapi justru ingin menasihati kita. Tapi kita salah menangkap maksudnya sehingga kita anggap itu sebagai penghinaan dan kebencian.

Lalu bagaimana dong cara menyikapi haters? Kita tidak tahu apakah itu benar atau salah.

Kamu tahu kok mana yang benar dan mana yang salah dari dirimu. Kamu hanya perlu menyaring semua perkataan hater tersebut. Mana yang benar, mana yang buruk. Apabila memang ucapannya bukan berniat menjatuhkan, tapi mengingatkan, maka tak ada salahnya kita renungkan ucapan tersebut sebagai motivasi untuk memperbaiki diri.

 

BUKTIKAN BAHWA TUDUHAN MEREKA KELIRU

 

Cara terbaik membalas tuduhan haters bukan dengan membuat pernyataan ini-itu. Tapi lewat tindakan. Buktikan bahwa apa yang dikatakan haters salah. Misalnya saja, kita dituduh sebagai orang jahat, sombong atau apa pun itu. Maka sebaiknya kita bersikap sebaliknya.

Tunjukkan pada masyarakat bahwa kita adalah orang yang ramah dan sopan. Tidak perlu pencitraan. Cukup bersikap apa adanya dan menjadi diri sendiri. Dengan begitu, nantinya masyarakat bisa menilai ucapan haters, apakah benar ataukah salah.

Kalau kita-nya baik, pastinya masyarakat juga bakal lebih percaya dengan kita, bukan haters.

JIKA SUDAH KETERLALUAN, BERTINDAKLAH

 

Selanjutnya, cara menghadapi orang yang membenci kita apabila sudah keterlaluan, maka diperlukan tindakan tegas. Misalnya, kita difitnah melakukan sesuatu yang tidak benar, dan fitnah itu terus dilontarkan berulang-ulang. Bahkan sampai menganggu kehidupan pribadi kita.

Wah, jika sudah begitu, tentunya kita harus berani bertindak. Caranya bisa dengan meminta bantuan orang lain, yang sekiranya bisa menolong kita.

Terkadang haters memang perlu digertak agar tidak terus-menerus menginjak diri kita. Setidaknya  dengan begitu, dia bakal lebih waspada, bahkan takut untuk menganggu kita lagi.

MASIH BANYAK YANG MENCINTAI KITA

Cara menghadapi orang yang membenci kita berikutnya adalah dengan menjauh. Ingat ya, menjauh bukan berarti menghindar. Tetapi memilih tidak terlibat hubungan dengan haters.

Kita tidak perlu takut. Kalaupun di suatu acara kita bertemu dengan haters, ya enjoy aja. Namun untuk tinggal berdekatan, sebaiknya jangan!

Karena hidup diantara orang-orang yang membenci kita itu tidak ada manfaatnya. Sebaliknya, justru bikin sakit hati dan ngenes. Hidup cuma sekali. Nikmati dengan berkumpul orang-orang yang baik. Mereka yang sayang kita masih banyak kok!

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment