Masa pandemic covid-19 adalah masa tersulit yang kita alami. Dimana pandemi ini memiliki efek yang luar biasa dalam segala aspek kehidupan kita. Pertumbuhan ekonomi meluncur tajam, pendidikan terhambat, pun dengan pekerjaan. Semua mengalami perubahan. Mau tak mau kita harus menyesuaikan diri dengan ritme baru yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.
Tapi setidaknya kita bisa saling menguatkan dan bahu membahu mengatasi semua ini dengan alur informasi yang ada dalam genggaman kita. Lewat internet dan gadget yang bisa kita akses kapan pun dan dimana pun, kita bisa menggunakan alur informasi untuk berbagi kesadaran sekaligus empati kepada mereka yang terdampak pandemi di sekitar kita.
Setidaknya, ada 4 hal yang saya lakukan untuk tetap survive dan optimis di masa pandemi.
Pertama, tentunya masa pandemi ini berdampak pada orang-orang sekitar kita. Banyak yang hidup susah karena dagangannya sepi, orderan tak lagi ada, atau karena banyak hal. Biasanya ada teman-teman dari LSM yang menggalang dana untuk dhuafa di masa pandemi. Saya pun ikut berkontribusi dengan tidak hanya menyumbang, tapi juga menyebarkan link-link donasi itu ke teman-teman, grup WA, hingga media sosial. Sehingga semakin banyak yang peduli.
Kedua, di kota saya, Bogor, sering kali ada penyekatan genap-ganjil, terutama di jalan-jalan utama. Dimana, kendaraan dengan plat ganjil tidak bisa melintas di tanggal genap, begitu juga sebaliknya. Saya tentu saja menemukan info-info penting itu dari laman berita lokal. Saya tahu, tidak semua teman saya mengetahui informasi ini. Maka saya mencoba membagikan informasi itu lewat story, status WA atau facebook, sehingga orang-orang bisa tahu. Teman-teman saya tentu saja senang karena bisa mengetahui informasi tersebut.
Ketiga, pandemi tidak akan pernah hilang tanpa adanya kesadaran. Sejak awal saya ingin turut serta mengkampanyekan kepatuhan pada protokol kesehatan dengan memakai masker, selalu mencuci tangan dan tidak bepergian tanpa keperluan yang jelas. Tentu saja ini bukan hanya imbauan pemerintah, tapi imbauan dari masing-masing kita kepada sesama. Saya selalu mengingatkan teman-teman saya yang bepergian tanpa menggunakan masker.
“Jangan lupa pake masker. Lebih baik mencegah sebelum segalanya terlambat,” begitu peringatanku kepada teman atau kerabat ketika mereka hendak bepergian.
Saya juga seringkali mencoba meyakinkan anggota keluarga saya yang masih ngeyel bahwa pandemi tidak semembahayakan seperti yang diberitakan. Saya share kepada mereka link-link berita valid, plus penjelasan dan imbauan dari para ulama terkait hal ini.
Karena jujur saja, ada teman dan keluarga yang menganggap enteng urusan covid. Mereka bilang, covid ini hanya penyakit biasa seperti flu pada umumnya, sehingga abai dengan protocol kesehatan. Tapi Alhamdulillah, setelah diskusi panjang, dan tentu saja saya juga menunjukan kepada mereka fakta-fakta dari informasi yang saya ketahui lewat internet tentang covid-19. Pada akhirnya, mereka menyadarinya dan tidak lagi abai dengan protokol kesehatan.
Keempat, ada teman saya yang merasa pesimis semua akan kembali seperti semula. Ada yang merasa pesimis bahwa keadaan akan terus semakin memburuk. Saya katakana tidak! Cobalah lihat Wuhan. Dahulu kota tersebut menjadi episentrum pandemi covid-19. Tapi lihatlah sekarang, kehidupan normal di wuhan kembali berdenyut. Begitu juga dengan Italia. Betapa saya dulu ngeri mendengar informasi tentang ganasnya covid di negeri tersebut. Tapi karena kesadaran masyarakatnya, serta kepatuhan pada protokol, pada akhirnya bisa kembali bangkit dan melawan gelombang covid-19.
Intinya, apa pun bisa kita lakukan untuk tetap menjaga kewarasan di tengah pandemi covid-19 yang semakin menggila seperti sekarang ini. Jangan pernah berputus ada dan menyerah dengan keadaan. Kita harus sama-sama menghadapinya.
No comments:
Post a Comment