5 Mar 2021

TENTANG SUDUT PANDANG


We see people and things not as they are, but as we are. (De Melo)


Suatu hari, Emak membelikanku satu setel baju kemeja dan celana panjang. Emak sudah menyisihkan uang belanjanya demi membeli baju untukku.  Sementara aku melihat baju itu dengan memicingkan mata. “Warnanya orange, norak banget,” protesku kala itu. 


“Sudah, pakai saja dulu. Jangan berkomentar sebelum mencobanya,” gerutu emak.


Aku pun memakainya, dan aku melihat baju yang dibelikan emak sangat tidak matching dengan postur tubuhku yang tirus dan lurus. Kemejanya menggembung, melebar ke samping. Padahal aku pikir, aku hanya cocok memakai kemeja slim fit. Tapi mana paham emak perbedaan antara kemeja slim fit dengan kemeja ‘salancar’. 


“Tidak cocok, Mak. Kemeja ini harusnya buat orang yang gemuk.”


“Cocok kok,” protes Emakku sembari menelengkan kelapanya. 


“Tidak cocok!” seruku keras kepala. Aku tidak mau kalah dan tidak akan sudi memakai kemeja itu. Aku bisa membayangkan teman-temanku akan menertawakanku karena mirip ‘tangtawing sawah’. Jika kemeja itu dimasukan ke dalam celana, maka akan menggembung terisi angin. “Pasti teman-temanku akan menertawakanku.”


“Pantes mah ceuk urang, lain ceuk batur.” (Pantas itu menurut pendapat kita, bukan menurut pendapat orang lain.”


Aku tidak akan berbicara tentang pendapat siapa yang benar atau salah. Aku juga tidak akan berpendapat bahwa pendapat emak benar. Karena senyatanya emak tidak tahu tentang mode anak muda. Emak tidak tahu tentang seleraku. 


Hanya saja, kita akan mencoba menyelami apa yang dikatakan emak kepadaku. Pantas itu menurut pendapat kita, bukan pendapat orang lain.)


Mungkin pepatah ini cocok kita aplikasikan ketika kita memiliki satu prinsip yang kita anggap benar. Satu hal yang kita anggap layak, sementara orang-orang berbeda pandangan dengan kita. Maka disini kita harus menerapkan pepatah ini.


Tapi tidak demikian dengan kasus yang lainnya. Seringkali kita harus memakai sudut pandang dan pendapat orang lain dalam menilai. Ketika kita melihat orang lain, lihatlah dia dengan sudut pandangnya, bukan sudut pandang kita. Karena, seringkali menilai seseorang dengan sudut pandang pribadi acapkali terjerumus pada prasangka dan pikiran negative. 


‘Kenapa dia begini dan begitu? Kenapa dia seperti itu?’


Ketika kata itu terlontar, pikirkanlah satu hal yang memberikan permakluman. ‘Oh, barangkali dia melakukan ini dan itu karena alasan begini dan begitu.’


Selalu positive thinking terhadap sesuatu atau orang lain. Dan tanggalkan kacamata sendiri. Pakai kacamata mereka sehingga kita memahami mengapa mereka seperti itu. 


Intinya, Kita melihat orang lain atau sesuatu tidak dengan identitas mereka, tapi dengan kacamata dan identitas kita sendiri.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment