Kantor dimana tempat saya bekerja berbagi ruangan dengan divisi yayasan lain yang masih berada dalam satu Naungan. Divisi kami berada di pojok, sehingga ketika saya ingin keluar, saya selalu melewati meja-meja para karyawan dari divisi lain.
Perhatian saya selalu tertuju pada rekan dari divisi lain yang tengah asyik menonton Youtube. Saat itu juga timbul rasa iri di hati saya sembari berbisik, "Enak betul ya jadi dia. Bisa punya banyak waktu luang di kantor sehingga punya kesempatan buat nge-Youtube. Sementara aku…”
Kemudian saya berpikir tentang tugas harian saya yang mengharuskan duduk menekuri kalimat demi kalimat di layar monitor sehingga membuat mata terkadang sakit dan tengkuk kaku. Belum lagi kecepatan internet yang boleh dikatakan seperti kecepatan maksimal kura-kura. Boleh dikatakan pekerjaaan saya berpotensi membuat saya menderita. Jadi, jangan harap bisa menonton Youtube seperti rekan beda divisi itu.
Tapi kemudian saya berpikir beberapa hal.
Aku berpikir bahwa tidak sepantasnya aku merasa iri dengan kehidupan orang lain. Karena sebagaimana pepatah bilang ‘rumput tetangga selalu lebih hijau’, aku tidak tahu bagaimana kondisi orang lain yang sesungguhnya. Barangkali, rekan beda divisi main youtube bukan karena iseng. Bukan pula karena tidak punya tugas harian ‘seberat’ saya. Barangkali memang tugasnya menonton youtube sebagai inspirasi untuk pekerjaannya. Barangkali saja, karena saya tidak pernah menanyakannya.
Jangan pernah membandingkan hidup kita dengan kehidupan orang lain. Karena kita punya peran masing-masing yang telah Allah tentukan.
Jangan pernah merasa iri dengan ‘kemudahan’ yang tampak dalam kehidupan orang lain. Karena boleh jadi mereka memiliki ‘kesulitan dan penderitaan’ yang tersembunyi yang tidak bisa kita lihat.
Syukuri hidup kita. Lakukan yang terbaik dan jangan lupa untuk tetap bersandar kepada Allah. Insya Allah Allah mudahkan hidup kita karena-Nya.
//
No comments:
Post a Comment