24 Mar 2021

Resensi Novel 'Ayah, Aku Rindu: Seburuk Apa pun, Ayah tetaplah Ayah


 

Judul buku : Ayah, Aku Rindu

Penulis : S. Gegge Mappangewa

Penerbit : Indiva Media Kreasi

Tahun terbit : Cetakan Pertama, Sya’ban 1441 H/Maret 2020

Tebal halaman : 192 halaman ; 19 cm

ISBN : 978-602-495-290-7

Harga : Rp. 45.000,00

 ==

Ayah, Aku Rindu adalah novel yang meraih juara pertama dalam kompetisi Menulis Novel Remaja Indiva 2019. Setelah membaca bukunya, saya paham kenapa buku yang ditulis oleh S. Gegge Mappangewa ini keluar menjadi pemenang.

 

Ada empat kelebihan yang akan saya soroti dari novel 'Ayah, aku rindu.'

 

Pertama, Mengangkat tema cinta yang universal

 

Novel ini mengangkat tema cinta, tapi bukan sekedar cinta picisan ala anak-anak remaja yang seringkali dikisahkan dalam novel-novel teenlit pada umumnya. Novel ini mengangkat tema cinta terhadap orangtua, cinta terhadap guru dan cinta dalam persahabatan yang begitu kental.

 

Cinta terhadap orangtua digambarkan dengan begitu gamblang bagaimana hubungan yang erat terjalin dengan baik antara Rudi dengan mendiang ibunya yang memberikan banyak pengaruh dalam kehidupannya. Pun dengan ayahnya, hubungan yang baik antara Rudi dan sang ayah di masa lalu meninggalkan kenangan manis antara mereka berdua. Sayangnya, sang ayah harus menderita sakit jiwa. Karena sakitnya itulah, sang ayah membenci Rudi dengan kebencian yang begitu sangat.  Tapi itu bukan alasan bagi Rudi untuk balik membenci sang ayah. Hal itu dibuktikan Rudi dengan kecintaan yang tak pernah surut untuk sang ayah. 

 

Kedua, Mengangkat kisah yang penuh kegetiran

 

Sebagaimana ciri khas dari karya-karya S. Gegge Mappangewa yang lain, novel ini mengangkat tentang kisah yang penuh dengan kegetiran hidup. Sebelumnya saya sudah membaca novel penulis seperti ‘Sayat-Sayat Sunyi’ dan ‘Sabda Luka’ yang lumayan menguras air mata dan mengaduk-aduk jiwa melankolis saya. 

 

Penulis seringkali mengeksplor kehilangan seperti meninggalnya orang tercinta, tak lengkapnya rasa cinta akibat dari tragedi kehidupan dan semacamnya. Rudi harus kehilangan sosok ibu di usia yang belia, kemudian dia harus kehilangan cinta ayah karena sakit yang ayahnya derita. Tapi semua kepedihan itu tidak menyurutkan cinta di hatinya. 

 

Ketiga, Mengangkat kisah yang sarat nilai kolal

 

Gegge Mappangewa selalu punya ciri khas berupa mengangkat nilai lokalitas yang kental dan kentara. Maka di novel ini juga kita akan menemukan 'rasa' orang-orang Bugis dari jalinan kisah, kebiasaan orang-orang hingga percakapan. Sangat jarang novel remaja yang mengangkat kisah dengan bumbu lokalitas dan kearifan lokal. Agaknya hal ini juga menjadi nilai tambah kenapa novel ini keluar sebagai pemenang dalam Kompetisi.

 

Keempat, Plot twist yang ciamik

 

Dari awal cerita saya tidak pernah berpikir bahwa Rudi memiliki keterkaitan yang begitu dekat dengan sang wali kelas. Pun saya juga tidak habis pikir dengan reaksi marah dari Ibu Rudi ketika Pak Ramli mencoba masuk menerobos pagar rumah mereka. Dan tentu saja tentang cincin yang dimiliki Pak Sadli menjadi satu hal yang membuat saya mengangguk-angguk di akhir cerita.  Menurut saya, novel ini memiliki plot twist yang membuat saya tercenung sembari berpikir, ‘oh, jadi begitu?’

 

Novel ini juga mengajarkan kejujuran kepada para remaja. Hal ini bisa kita lihat ketika Rudi harus bergulat dengan nuraninya sendiri. Antara ego dan nurani harus dipertaruhkan ketika Rudi harus mengembalikan uang hadiah 10 juta yang ia dapatkan dari lomba fotografi. Pak Sadli memberi nasihat kepada Rudi bahwa kemenangan itu bukan murni kemenangannya, karena foto yang dikirim Rudi adalah foto milik sang ayah yang saat itu dirawat di rumah sakit jiwa. 

 

Terakhir, ada kutipan paling filosofis yang saya temukan dari buku ini. Berikut kutipannya, 

 

"Luka, duka, derita, tak menunggu orang dewasa dulu untuk kemudian ditimpanya. Semua kepahitan itulah yang akan menempa kedewasaan.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment