4 Mar 2021

BUKAN HANYA AKU YANG MENDERITA

 BUKAN HANYA AKU YANG MENDERITA

Aku masih ingat bagaimana aku pernah mengalami masa sulit dalam hidupku di tanah perantauan. Sampai-sampai aku harus meminjam uang dari seorang teman yang berdomisili di Jakarta. “Maaf bro, nanti kalo sudah ada aku ganti ya.”

“Nggak usah minta maaf kali. Santuy aja,” timpal sahabatku itu dengan cepat. Ah! Aku memang mengenalnya sebagai pribadi yang santun dan gemar membantu. Maka tidaklah salah jika aku meminta bantuan kepadanya.

“Terimakasih ya.”

“Tapi kalau bisa kamu langsung aja ke sini. Ada ongkos kan?”

“Oh bisa. Insya Allah saya ke sana,” ujarku cepat.

Singkat cerita, saat itu aku tengah duduk di dalam komuter yang membawaku ke Jakarta. Entah kenapa, mataku 'jelalatan' melihat wajah demi wajah yang terpampang di hadapanku. Aku melihat wajah yang kelelahan, wajah yang mengantuk, atau wajah yang mungkin sulit aku tafsirkan. Aku juga tidak tahu bagaimana kondisi hati mereka. Aku juga tidak tahu apakah ada diantara mereka yang sedang bersedih, marah atau sedang bahagia. Atau…aku bahkan tidak tahu adakah diantara mereka yang dililit kebutuhan hidup dan sempitnya kondisi ekonomi seperti yang aku alami waktu itu.

Aku turun dari komuter dan melihat orang-orang berlalu lalang. Aku kemudian berpikir, "Dari ribuan orang yang keluar masuk, mereka memiliki dan membawa masalah mereka masing-masing yang tidak pernah aku tahu. Tapi kenapa aku selalu menganggap hanya diriku yang paling menderita?"

Bisa jadi ada diantara mereka yang baru saja ditinggal mati orang tercinta, berpisah dari sahabat, atau bahkan di-PHK. Bisa jadi ada diantara mereka yang baru saja kecopetan, kehilangan benda berharga, atau pergi ke rumah sakit karena satu penyakit yang belum juga sembuh. Atau…jangan-jangan ada diantara mereka yang memiliki maksud seperti diriku waktu itu? Safar karena ingin berhutang. Hm…

Sahabat, dari fragmen di kereta dan stasiun itu aku berpikir bahwa tidak hanya aku yang tinggal di bumi ini. Setiap orang punya cerita dan masalahnya masing-masing. Kita tidak sendiri dengan penderitaan kita. Ada jutaan orang yang membawa masalahnya masing-masing dengan segala pernak-pernik kehidupannya.

Hanya saja, kita seringkali merasa menjadi orang yang paling menderita di bumi ini karena tidak pernah mau membuka hati kita. Kita terfokus pada penderitaan kita. Kita focus pada kekurangan kita, padahal ada yang lebih kurang dari kita. Kita focus pada kecacatan pada diri kita, padahal ada yang lebih cacat dari kita. Kita focus pada kemiskinan kita, padahal ada yang lebih miskin dari kita.

Aku bersyukur masih bisa makan tiga kali dalam sehari meski dengan menu sederhana yang itu-itu saja. Karena aku sadar di luar sana ada orang yang bahkan makan satu kali dalam sehari. Aku bersyukur punya sepatu kusam yang itu-itu saja. Tak punya sepatu cadangan. Sementara disana ada yang tidak punya sepatu, bahkan kaki pun barangkali tak punya.

Ya Allah, berilah kami ilham untuk menjadi pribadi yang selalu bersyukur atas segala nikmatmu.

,,

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment