Sistem liberalisme dan kapitalisme telah mengeksploitasi wanita sehingga menjadikan mereka sebagai komoditi dibalik jubah bernama feminisme. Tapi disini terkadang wanita tidak sadar dengan posisinya yang dijadikan sebagai sapi perah oleh taring-taring kapitalisme. Mereka terbius dan mabuk oleh propaganda-propaganda yang membuat mereka mabuk kepayang. Hilang ingatan akan kodrat yang sesungguhnya.
Maka timbulah wanita-wanita yang memberontak terhadap sistem; sistem sosial, agama dan norma-norma dengan alasan feminisme. Anak dari semua itu termasuk ke dalam pembangkangan terhadap suami dan tugas kodratinya sebagai seorang istri yang harus mengabdi.
Banyak wanita-wanita kosmopolitan dan aktifis feminisme yang menganggap bahwa pengabdian seorang wanita terhadap suaminya adalah bentuk penjajahan dalam rumah tangga dan bentuk perendahan martabat wanita. Tapi benarkah demikian?
Tidak. tidak demikian adanya. Baca tulisan Saya berjudul Feminisme Justru Merendahkan Wanita di blog ini.
Saya sebenarnya terdorong untuk menulis artikel ini karena membaca sebuah status teman facebook yang sangat indah dan romantis. Dia bilang, “Istri hendaknya menganggap suami sebagai raja, dan membayangkan dirinya sebagai hamba sahaya di hadapan suaminya. Sebaliknya, suami hendaknya memperlakukan istri sebagai permaisuri yang harus dijaga, bukan hamba sahaya.”
Nah, inti dari semua ini adalah adanya tidak pengertian dan tidak mau melengkapi satu sama lain. Laki-laki butuh peran wanita dan wanita butuh bahu lelaki sebagai tempat bersandarnya. Kedua-duanya adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan kodrat dan fungsi yang berbeda. Hikmahnya adalah agar saling melengkapi kekurangan yang ada pada masing-masing mereka. Inilah hakikat indah yang banyak dilupakan oleh para aktifis feminisme yang telah keblinger dengan dogma-dogma sekulerisme.
No comments:
Post a Comment