16 Nov 2020

RINDU MASAKAN EMAK

Saya yakin jika semua orang ditanya tentang masakan favoritenya, pasti semua bilang, ‘Masakan emak!’

Entah kenapa, masakan emak, mama, mami, ibu, bunda atau apa pun sebutanmu terhadap wanita yang melahirkanmu, selalu memiliki satu ruang khusus di memori nostalgia kita. Karena lidah kitalah yang pertama kali bisa menyecap dan beradaptasi dengan masakan ibu kita.

Konon, selera kita juga ditentukan oleh jenis dan kekhasan masakan ibu kandung kita. Jika kamu suka makanan pedas, bisa dipastikan ibumu juga doyan masakan pedas dan masakan yang sehari-hari kamu konsumsi lewat kreasi tangan ibumu juga dominan pedas. Begitu juga sebaliknya.

Tapi, bagi yang sudah menikah mungkin juga sudah jatuh cinta pada masakan sang istri. Jika pun tidak, tinggal beli di warteg atau rumah makan padang. Lagi pula, tak jadi soal jika istri tak bisa masak, bukan?

Tapi, ngobrolin tentang masakan, tetap saja, emak jagonya.

Entahlah, meski masakan emak saya terkesan sederhana dan apa adanya, tapi saya selalu jatuh cinta pada masakannya. Ketika di pondok pesantren dulu, saya selalu kesengsem sama masakan emak berupa sambal terasi spesial lengkap dengan lalapannya dan serundeng yang gurih renyah itu.

Maka tak heran jika semasa mondok dulu, saya selalu bahagia luar biasa ketika bapak datang dengan membawa kardus yang diikat tali raffia. Sudah saya bayangkan dan sudah pasti bahwa isi kardus mie instans tersebut adalah nasi timbel tiga buah yang dibungkus oleh daun pisang, lengkap dengan sambal, goreng ikan mujair, lalapan berupa pucuk daun singkong dan daun dewa, plus serundeng kelapa yang mengundang selera. Yummy.

Jika sudah begitu, teman-teman sudah pasti mengerubuti saya, minta jatah dan berharap kecipratan sambal spesial bikinan emak di piring mereka.

Pun ketika saya merantau ke Jakarta, berbagai menu yang terhidang di warteg tak ada apa-apanya dibandingkan dengan nasi timbel emak yang dibungkus oleh daun pisang alum yang digarang di depan tungku sehingga menghasilkan harum yang khas. Sambal terasi sachet kemasan juga tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sambal terasi bikinan emak yang cara membuatnya cukup khas. Pertama terasi dibakar di atas bara, kemudian ditumbuk bersama bawang merah, bawang putih dan cabe merah segar. Tak lupa ditambah dengan kelapa panggang yang udah agak gosong. Semakin harum semerbak. Apalagi lalapnya jengkol, pete dan terong mentah. Lengkap sudah.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment