18 Nov 2020

RACUN PUJIAN

 Suatu hari, saya melihat seorang pemuda yang bisa berjalan di atas air. Dia bisa menjangkau kampung sebelah yang dibelah dengan hamparan danau tanpa perlu mendayung perahu. Bagi orang-orang, pemuda itu disebut wali dan sangat luar biasa dengan kemampuannya yang tidak umum. Tapi bagi pemuda itu, kemampuannya dia anggap biasa-biasa saja. Bahkan dia tidak tahu orang-orang memujinya. Atau jangan-jangan dia tidak peduli dengan pujian.

 

Hingga kemudian aku datang disaat pemuda itu hendak menyeberang di suatu senja yang tenang. Seperti biasa, dia telah melangkah ke pinggiran danau. Tapi langkahnya terhenti ketika aku menyapanya.

 

“Kisanak sungguh luar biasa. Kisanak bisa berjalan di atas air, padahal tidak ada orang biasa yang melakukan hal sama.”

 

Tiba-tiba saja, ada senyum terulas di bibir si pemuda dan rona merah tersipu di pipinya. Dia tersanjung.

 

“Terimakasih,” cicitnya pelan dengan kebanggaan yang menyeruak di dada. Kemudian dia hendak melanjutkan lakunya. Kakinya pun mulai menjejak air. Sayang sekali, kali ini kaki itu mencelos ke dalam air. Dia tak lagi bisa menjejak dan melayang di atas air. Berkali-kali pemuda itu mencoba, tapi tetap gagal. Kesaktiannya telah sirna begitu saja.

 

Itu hanyalah sebuah cerita imajinasi untuk ilustrasi bahwa betapa buruknya pengaruh pujian. Terkadang, karena pujian seseorang menjadi jumawa. Karena pujian seseorang menjadi terlena sehingga stagnan di tempat. Karena pujian seseorang menjadi lupa diri dan tidak peduli dengan kekurangannya. Karena pujian, seseorang mudah meremehkan yang lainnya.

 

Bukan berarti kita tidak boleh memuji atau mengapresiasi. Bukan pula berarti kita anti pujian sehingga tidak menghargai apresiasi. Bahkan memarahi orang yang memuji. Wah, kalau begitu, berabe jadinya.

 

Hendaknya yang memuji bisa mawas diri dan mampu menempatkan diri. Begitu juga orang yang dipuji. Yang memuji jangan memuji dengan berlebih-lebihan. Jangan pula menjilat. Jangan pula memuji sesuatu yang tidak dimiliki oleh yang dipuji.

 

Di zaman sekarang, betapa kita banyak menemukan orang yang gila pujian. Bahkan dia meminta dan berharap dipuji tentang hal-hal yang tidak dimilikinya. Pembohong tapi dipuji sebagai seorang yang jujur. Pemarah tapi dipuji bak seorang pemurah.

 

Sejatinya, satu kritikan yang membangun itu lebih berharga dibandingkan dengan ribuan pujian yang melenakan. Sejatinya, seseorang yang menunjukan kekurangan itu lebih baik daripada seseorang yang menyembunyikan kekurangan dan menutupinya dengan banyak pujian.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment