Tunggu dulu, artikel ini bukan untuk menjudge atau nyinyirin para K-Popers. Sama sekali saya tidak bermaksud jahat dan saya bukan orang julid. Ehehe. Saya hanya ingin menyoroti fenomena yang tengah terjadi di sekitar kita.
Urusan hobi dan idola itu urusan masing-masing dan tentunya hak individual yang tidak perlu diributkan. Toh setiap orang juga punya selera yang berbeda-beda. Ada yang seleranya K-Pop, lagu India, dan lagu barat. Silakan, terserah kalian.
Tapi...agaknya jangan sampai hal itu disikapi berlebihan dan melebihi takaran yang seharusnya. Kemudian saya bertanya-tanya: kenapa sih selalu K-Popers yang diserang di group atau postingan? Kenapa tidak diserang para Bollywood mania atau yang doyan nonton serial barat? Kenapa juga tidak diserang para penyuka serial-serial Turki.
Hmm, agaknya ini yang menjadi misteri dan saya hanya mencoba menganalisis dari pengamatan dan kacamata saya. Jika tidak setuju tidak apa-apa, toh saya juga membuka kesempatan teman-teman untuk mengeluarkan uneg-uneg di kolom komentar.
Mungkin sebagian teman ada yang risih dengan sikap para K-Popers yang berlebihan. Karena setahu saya, hanya k-popers yang begitu kesengsem dengan para idolanya sampai-sampai ada yang memory hapenya penuh dengan gambar-gambar Oppa, bahkan posting foto Oppa di medsos (majas) tiga kali sehari layaknya resep obat dokter. Saya belum pernah menemukan para penyuka serial barat yang melakukan hal seekstrim ini. Tapi tidak menutup kemungkinan ada juga diantara mereka yang memiliki sikap ekstrim yang sama.
Masih mending sih jika hal itu dilakukan oleh para jomblowati. Tapi apa jadinya jika para penggemar Oppa garis ekstrim itu ibu-ibu yang bersuami. Mereka posting wajah-wajah Oppa di medsos hampir setiap hari, bahkan di handphonenya bejibun foto-foto Oppa yang seabrek. Bagaimana perasaan sang Suami.
Biar lebih dipahami, saya akan analogikan dari sudut pandang wanita. Bagaimana perasaan emak-emak K-Popers jika emak melihat di gadget suami bejibun foto ayu tingting dan Nikita Mirzani. Wuih, saya yakin ada asap yang keluar dari kedua lubang telinga emak-emak. Bagaimana jika emak-emak menemukan suami posting foto-foto Nikita Mirzani di facebooknya? Jangan tanya saya, tanya hati masing-masing.
Lha, nggak papa tho, Suami Saya tidak tahu. Justru itu, mentang-mentang suami tidak tahu lantas bebas melakukan semua hal sesuka hati. Karena ini adalah bibit ketidakjujuran dalam hubungan.
Nasihat ini tentu saja bukan hanya untuk emak-emak penyuka K-Popers dan drama Korea, tapi juga mereka yang penyuka Bollywood dan Hollywood. Saya pernah dapat curhat dari bapak-bapak yang istrinya doyan lihat serial India. Istrinya itu kesengsem sama aktor India yang brewokan dan begitulah...bejibun foto-foto sang aktor di gadgetnya.
Nah, btw, buat para fans idol, tak perlulah saling lempar cacian atau nyinyirin. Kalau sekedar kasih masukan atau nasihat yang nggak logical fallacy seperti opini saya ini, mungkin tidak jadi soal. Jangan pula melontar body shaming dengan sebutan 'plastik, lelaki kemayu, lelaki cantik atau semacamnya. Hargai perasaan para fans.
Mohon maaf jika ada yang merasa tersinggung, karena itulah tujuan saya. Tapi niat saya tak lebih hanya mengingatkan saja.
Urusan hobi dan idola itu urusan masing-masing dan tentunya hak individual yang tidak perlu diributkan. Toh setiap orang juga punya selera yang berbeda-beda. Ada yang seleranya K-Pop, lagu India, dan lagu barat. Silakan, terserah kalian.
Tapi...agaknya jangan sampai hal itu disikapi berlebihan dan melebihi takaran yang seharusnya. Kemudian saya bertanya-tanya: kenapa sih selalu K-Popers yang diserang di group atau postingan? Kenapa tidak diserang para Bollywood mania atau yang doyan nonton serial barat? Kenapa juga tidak diserang para penyuka serial-serial Turki.
Hmm, agaknya ini yang menjadi misteri dan saya hanya mencoba menganalisis dari pengamatan dan kacamata saya. Jika tidak setuju tidak apa-apa, toh saya juga membuka kesempatan teman-teman untuk mengeluarkan uneg-uneg di kolom komentar.
Mungkin sebagian teman ada yang risih dengan sikap para K-Popers yang berlebihan. Karena setahu saya, hanya k-popers yang begitu kesengsem dengan para idolanya sampai-sampai ada yang memory hapenya penuh dengan gambar-gambar Oppa, bahkan posting foto Oppa di medsos (majas) tiga kali sehari layaknya resep obat dokter. Saya belum pernah menemukan para penyuka serial barat yang melakukan hal seekstrim ini. Tapi tidak menutup kemungkinan ada juga diantara mereka yang memiliki sikap ekstrim yang sama.
Masih mending sih jika hal itu dilakukan oleh para jomblowati. Tapi apa jadinya jika para penggemar Oppa garis ekstrim itu ibu-ibu yang bersuami. Mereka posting wajah-wajah Oppa di medsos hampir setiap hari, bahkan di handphonenya bejibun foto-foto Oppa yang seabrek. Bagaimana perasaan sang Suami.
Biar lebih dipahami, saya akan analogikan dari sudut pandang wanita. Bagaimana perasaan emak-emak K-Popers jika emak melihat di gadget suami bejibun foto ayu tingting dan Nikita Mirzani. Wuih, saya yakin ada asap yang keluar dari kedua lubang telinga emak-emak. Bagaimana jika emak-emak menemukan suami posting foto-foto Nikita Mirzani di facebooknya? Jangan tanya saya, tanya hati masing-masing.
Lha, nggak papa tho, Suami Saya tidak tahu. Justru itu, mentang-mentang suami tidak tahu lantas bebas melakukan semua hal sesuka hati. Karena ini adalah bibit ketidakjujuran dalam hubungan.
Nasihat ini tentu saja bukan hanya untuk emak-emak penyuka K-Popers dan drama Korea, tapi juga mereka yang penyuka Bollywood dan Hollywood. Saya pernah dapat curhat dari bapak-bapak yang istrinya doyan lihat serial India. Istrinya itu kesengsem sama aktor India yang brewokan dan begitulah...bejibun foto-foto sang aktor di gadgetnya.
Nah, btw, buat para fans idol, tak perlulah saling lempar cacian atau nyinyirin. Kalau sekedar kasih masukan atau nasihat yang nggak logical fallacy seperti opini saya ini, mungkin tidak jadi soal. Jangan pula melontar body shaming dengan sebutan 'plastik, lelaki kemayu, lelaki cantik atau semacamnya. Hargai perasaan para fans.
Mohon maaf jika ada yang merasa tersinggung, karena itulah tujuan saya. Tapi niat saya tak lebih hanya mengingatkan saja.
No comments:
Post a Comment