13 Jul 2020

Menulis Itu Harus Baper

Menulis itu membutuhkan totalitas dan kondisi yang prima. Jangan kau anggap profesi menulis itu profesi yang enak hanya karena mengandalkan jemari yang menari di atas tuts computer dan duduk dengan nyaman. Jangan pula menganggap remeh menulis hanya karena penghasilannya yang tidak menjanjikan. Kalo masalah penghasilan sih tergantung dari keberuntungan dan hoki. Kalau laku keras di pasaran, bisa jadi dia beruntung. Tapi kalau bukunya hanya numpuk di gudang penerbit, ya bisa dikatakan buntung. 

Menulis itu butuh kejelian dan kondisi otak yang prima sehingga kamu harus membutuhkan ketenangan mental yang optimal. Saya pernah mencoba melanjutkan menulis novel di tengah kondisi yang tidak memungkinkan. Saat itu saya sedikit stress karena urusan kuliah dan uang yang menipis. saya juga pernah menulis dalam kondisi lapar atau mungkin dalam kondisi hati yang tidak nyaman. Nah, bisa dipastikan tulisan kita tidak akan pernah memiliki ruh. Hasilnya kering, garing dan nggak ada gregetnya sama sekali.

Lalu bagaimana supaya tulisan kita terasa hidup? Kita harus baper dalam menulisnya. Sekarang, simak tiga tips berikut.

Pertama, libatkan dirimu ke dalam cerita

Ketika kamu menulis, pastikan kamu masuk ke  dalam cerita yang kamu tulis. Seakan-akan kamu bagian dari cerita tearsebut atau menjadi tokoh utamanya. Apa yang kamu rasakan ketika itu adalah dirimu? Apa jadinya jika kamu menjadi seorang yang didzalimi sebagaimana si tokoh utama yang kamu tulis. Jujur saja, saya pernah menangis ketika menulis sebuah cerita yang menceritakan tentang penderitaan si tokoh utama yang amat sangat. Saya membayangkan bahwa tokoh itu adalah nyata dan benar-benar ada, bahkan saya sendiri adalah tokoh tersebut. Saya hanyut ke dalam cerita dan menjadi bagian darinya. Inilah totalitas kita sebagai seorang pengarang. Kita akan mampu membedakan antara cerita yang benar-benar melibatkan si pengarang, dengan cerita yang hanya ditulis begitu saja.

Kedua, iringi dengan suasana dan soundtrack yang pas

Ketika saya sedang menulis romance, biasanya saya menuliskannya dengan diiringi lagu-lagu yang bertempo lambat dan membuai. Biasanya sih lagu india bisa menjadi pilihan. Hueheh. Di saat yang lain, jika saya menulis thriller, saya akan menyetel music yang menghentak semacam soundtrack film ertugrul. Entah kenapa, mendengar hentakan-hentakan soundtrack tersebut jemari saya semakin lincah, seakan mendapatkan energinya kembali.

Ketiga, Tentukan cast atau ‘pemeran’

Sebenarnya saya mengenal istilah cast ini setelah membaca wattpad. Jadi, banyak sekali anak wattpad yang menyertakan cast di part pertama. Misalnya si nganu diperankan oleh siapa, dan si ngono diperankan oleh siapa. Jadi kita bisa membayangkan sejak awal bagaimana rupa dan karakter tokoh yang kita garap. Jadinya lebih baper deh jika kita membayangkan setiap adegan yang kita tulis dengan mimic wajah si karakter yang terbayang sempurna di benak kita.
Gitu aja sih. barangkali kamu punya pengalaman yang lain bisa share di kolom komentar.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment