Menulis itu membutuhkan totalitas dan kondisi yang prima. Jangan
kau anggap profesi menulis itu profesi yang enak hanya karena mengandalkan
jemari yang menari di atas tuts computer dan duduk dengan nyaman. Jangan pula
menganggap remeh menulis hanya karena penghasilannya yang tidak menjanjikan. Kalo
masalah penghasilan sih tergantung dari keberuntungan dan hoki. Kalau laku
keras di pasaran, bisa jadi dia beruntung. Tapi kalau bukunya hanya numpuk di
gudang penerbit, ya bisa dikatakan buntung.
Menulis itu butuh kejelian dan kondisi otak yang prima
sehingga kamu harus membutuhkan ketenangan mental yang optimal. Saya pernah
mencoba melanjutkan menulis novel di tengah kondisi yang tidak memungkinkan. Saat
itu saya sedikit stress karena urusan kuliah dan uang yang menipis. saya juga
pernah menulis dalam kondisi lapar atau mungkin dalam kondisi hati yang tidak
nyaman. Nah, bisa dipastikan tulisan kita tidak akan pernah memiliki ruh. Hasilnya
kering, garing dan nggak ada gregetnya sama sekali.
Lalu bagaimana supaya tulisan kita terasa hidup? Kita harus
baper dalam menulisnya. Sekarang, simak tiga tips berikut.
Pertama, libatkan dirimu ke dalam cerita
Ketika kamu menulis, pastikan kamu masuk ke dalam cerita yang kamu tulis. Seakan-akan kamu
bagian dari cerita tearsebut atau menjadi tokoh utamanya. Apa yang kamu rasakan
ketika itu adalah dirimu? Apa jadinya jika kamu menjadi seorang yang didzalimi
sebagaimana si tokoh utama yang kamu tulis. Jujur saja, saya pernah menangis
ketika menulis sebuah cerita yang menceritakan tentang penderitaan si tokoh utama
yang amat sangat. Saya membayangkan bahwa tokoh itu adalah nyata dan
benar-benar ada, bahkan saya sendiri adalah tokoh tersebut. Saya hanyut ke
dalam cerita dan menjadi bagian darinya. Inilah totalitas kita sebagai seorang
pengarang. Kita akan mampu membedakan antara cerita yang benar-benar melibatkan
si pengarang, dengan cerita yang hanya ditulis begitu saja.
Kedua, iringi dengan suasana dan soundtrack yang pas
Ketika saya sedang menulis romance, biasanya saya
menuliskannya dengan diiringi lagu-lagu yang bertempo lambat dan membuai. Biasanya
sih lagu india bisa menjadi pilihan. Hueheh. Di saat yang lain, jika saya
menulis thriller, saya akan menyetel music yang menghentak semacam soundtrack
film ertugrul. Entah kenapa, mendengar hentakan-hentakan soundtrack tersebut
jemari saya semakin lincah, seakan mendapatkan energinya kembali.
Ketiga, Tentukan cast atau ‘pemeran’
Sebenarnya saya mengenal istilah cast ini setelah membaca
wattpad. Jadi, banyak sekali anak wattpad yang menyertakan cast di part
pertama. Misalnya si nganu diperankan oleh siapa, dan si ngono diperankan oleh
siapa. Jadi kita bisa membayangkan sejak awal bagaimana rupa dan karakter tokoh
yang kita garap. Jadinya lebih baper deh jika kita membayangkan setiap adegan
yang kita tulis dengan mimic wajah si karakter yang terbayang sempurna di benak
kita.
Gitu aja sih. barangkali kamu punya pengalaman yang lain
bisa share di kolom komentar.
No comments:
Post a Comment