KEMARIN, ada seseorang yang
curhat kepada saya bahwa dia ragu untuk melangkah ke pelaminan karena belum
merasa mengenal calon suaminya. Dia berpikir bahwa lelaki itu cenderung cuek
dan arogan. Dia juga berpikir takut menyesal di kemudian hari jika dia
tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Meski dia sudah istikarah berkali-kali,
dia merasa ada keraguan dan merasa takut kisah cintanya gagal.
Sebenarnya saya merasa tidak
percaya diri jika ada orang lain yang consult kepada saya tentang cinta,
perjodohan, atau hal semacamnya. Pertama, karena usia pernikahan saya masih
seumur jagung sehingga belum memiliki banyak pengalaman dalam hal ini. Kedua,
saya juga belum merasa menjadi suami yang baik menurut penilaianku sendiri.
Tapi apalah daya, aku tidak bisa
mengabaikan.
Sebenarnya, mengenal calon
pasangan itu bukan hanya ketika kita taaruf dengannya dengan bertukar biodata.
Atau –jika mereka menemukan pasangan di media sosial- biasanya disertai dengan
stalking di dumay, atau tanya ke teman-temannya tentang kebiasaan, karakter san
sifat dia. Bla…bla..bla…kemudian kita beranggapan setelah itu kita sudah 100%
mengenalnya luar dan dalam sehingga kita mantap untuk menikah.
Tidak! Perjalanan mengenal
pasangan itu tidak mengenal batas waktu. Ya, kita perlu mengenalnya ketika
proses ta’aruf, tapi itu bukan jaminan kita mengenal dia seutuhnya. Kelak, kita
akan mengetahui fakta baru tentang dirinya setelah kita benar-benar menikah
dengannya. Tentang kebiasaannya, sifatnya, kecenderungannya, keunikannya dan
semacamnya.
Mungkin sebelum menikah kamu tak
tahu dia mendengkur ketika tidur. Dan setelah menikah, baru kau sadar bahwa kau
terganggu dengan dengkurannya. Sebelum menikah mungkin kamu berharap dia
humoris, tapi ternyata setelah menikah kau baru menyadari dia terlalu pendiam,
meski pada dasarnya dia bertanggungjawab. Yakinlah, tidak ada pribadi yang
sempurna. Termasuk bakal pasanganmu itu.
Maka sadarilah bahwa memahami dan
mengenal pasangan itu adalah perjalanan sepanjang hidup. Itulah kenapa ada
orang yang begitu gampang memutuskan bercerai. Itu bisa jadi karena mereka
tidak bisa memahami diri mereka masing-masing. Mereka gampang memutuskan kata ‘pisah’
karena gagal memahami dan mengerti belahan jiwanya. (Meski saya tidak
menghakimi bahwa setiap mereka yang bercerai itu gagal dan buruk. Bisa jadi ada
sebagian yang memilih bercerai karena tidak ada lagi jalan lain selain menempuh
perceraian. Tapi kita tentu tidak membahas tentang hal ini di artikel ini)
Ada orang yang bilang, “Makanya
pacaran dulu, biar bisa kenal luar dalam.’ Istilahnya penjajakan.
Kita lihat mereka yang pacaran. Seorang
perempuan diperlakukan seperti piala bergilir. Putus dari A jadian dengan B.
Putus dari B jadian dengan C. Mereka ‘putus’ ketika ada satu ketidakcocokan. Begitu
terus menerus tiada akhir. Hingga akhirnya mereka menyesal. Entah menyesal
karena menghabiskan waktu dan energy dalam cinta semu. Entah menyesal karena
kehormatan terenggut atau penyesalan lainnya.
Tapi ketika sudah menikah kita
sadar bahwa kita sudah berkomitmen sehingga tidak segampang itu mengatakan
‘putus atau cerai.’ Karena cinta itu selalu mengenal yang namanya ujian. Kita
pikir ujian itu hanya ada di sekolah? Kita pikir ujian itu hanya ada di dalam
pekerjaan dengan gaji yang minim atau bos yang galak misalnya. Ujian itu
termasuk dalam urusan cinta. Ada kalanya kita kesal pada pasangan. Ada kalanya
kita marah, tapi disitulah cinta diuji untuk sebuah pembuktian akan
kesejatiannya.
Buat kalian yang mungkin merasa
ragu dan menarik mengulur rencana pernikahan sebelum atau setelah ta’aruf,
sadarilah bahwa kalian harus memutuskan untuk melangkah dan melanjutkan episode
ke jenang pernikahan. Hilangkan keraguan karena itu adalah umpan setan untuk
menghalangimu dari pernikahan. Setan akan membisikan keraguan di hatimu;
‘Bagaimana jika dia ternyata
begini dan begitu.’
‘Bagaimana jika dia ternyata tak
sebaik yang kamu bayangkan.’
‘Bagaimana jika kamu salah
pilih.’
‘Bagaimana jika kamu menyesal
nanti.’
‘Bagaimana jika dia ternyata
malas, pemarah, jutek, bla…bla…
Dan bagaimana-bagaimana lainnya
bermunculan di benakmu.
Yakinlah, bahwa jika secara
lahiriyah kamu mengenal dia sebagai orang yang baik dan bertanggungjawab maka
bismillah. Go ahead. Jangan hiraukan keraguan yang dibisikan setan di benakmu
itu.
No comments:
Post a Comment