7 Jul 2020

Aku Bangga Menjadi 'Wahabi'


(Bantahan teruntuk saudaraku Atep Abdul Rohman di grup Komunitas Bisa Menulis)
Sejujurnya saya malas untuk menulis artikel balasan ini. Tapi demi kehidupan yang penuh dengan kedamaian dan jauh dari syak wasangka, saya harus menulisnya. Demi ukhuwah dan saling pengertian satu sama lain, saya butuh untuk menelurkan uneg-uneg saya disini. Semoga artikel bantahan ini bisa menjadi renungan kita semua untuk bisa saling toleransi dan pengertian antar sesama ummat islam.

Ada beberapa point yang ingin saya sampaikan lewat artikel bantahan ini.

Pertama. Ya, kami memang tidak sungkan-sungkan mengkaji tentang bidah dan kesyirikan di pengajian-pengajian. Sama persis seperti kalian membahas tentang wahabi di pengajian-pengajian kalian. Tapi itu tidak lepas dari majlis ilmiyah yang  tidak kami bawa ke kehidupan nyata. Kami tidak pernah langsung menuding hidung orang dengan sebutan ‘kamu bid’ah, kamu musyrik. Kamu sesat. Bla...bla...bla... karena kami yakin bahwa dakwah itu ada adabnya. Karena kami yakin bahwa kalian masih saudara semuslim kami. Karena kami yakin bahwa kalian adalah saudara seaqidah yang tidak layak dijadikan musuh. Sementara, saya seirng mendengar kabar tentang kajian saudara-saudara yang kalian cap wahabi, dibubarkan oleh massa kalian. Bahkan pimpinan kalian nyinyir kepada kami. Siapa yang tidak toleran?

Keluarga dari pihak ibu saya NU. Tapi saya sangat akrab dan mesra dengan mereka semua terlepas adanya perbedaan diantara kami. Saya tidak pernah menuding mereka. Pun tetangga-tetangga saya mayoritas NU. Tapi kami bisa hidup berdampingan. Sebenarnya si TS hanya memperkeruh ukhuwah diantara kami. Anda harus bertobat. 

Kedua, siapa sebenarnya yang tidak toleran terhadap sesama umat islam. Selama ini klaim aswaja (ahlus sunnah wal jamaah) ada pada kalian. Kalian menganggap mereka yang tidak tahlilan, tidak qunut subuh, dan tidak maulidan bukan ahlus sunnah. Padahal, diversitas atau perbedaan dalam fiqih itu keniscayaan. Sampai-sampai tidak qunut subuh saja dianggap aneh.  Sekali lagi saya hanya ingin mengatakan, siapa yang selama ini selalu mempersekusi? Sepertinya kita sudah tahu jawabannya. 

Ketiga, banyak diantara kami yang bisa bahasa arab, yang mengkaji arab gundul, bahkan belajar ke timur tengah di mekah, madinah, mesir dan sudan. Tapi kenapa selalu saja kalian berkoar-koar, “ngaji dari internet”. Apakah semua ‘orang kalian jago bahasa arab? Kami hanya mengikuti ustadz dan syaikh kami yang memiliki banyak ilmu seperti kalian mengikuti kyai-kyai kalian. Ustadz dan kyai-kyai kami juga paham bahasa arab, membaca ratusan kitab arab gundul, dan bahkan menulis kitab. Sama seperti kyai-kyai kalian. Diantara kami juga ada yang belajar daring lewat youtube. Sama seperti orang-orang awam kalian mengaji di chanel youtube milik gus atau habib kalian. Apa bedanya???

Keempat. Jujur, saya memiliki banyak teman dari berbagai macam latar belakang agama, aliran dan sekte. Saya punya teman yang nasrani, yahudi dan hindu. Meski kami berbeda satu sama lain, tapi kami saling menghormati. Saling menghormati dan toleransi dengan orang nasrani bukan berarti saya mengakui ketuhanan yesus, tapi saya mengakui kebebasan mereka untuk memiliki kepercayaan yang mereka yakini. Terkadang kami terlibat ke dalam perdebatan dan diskusi yang panas. Tapi itu dalam urusan ilmiyah, bukan muamalah. 

Nah, lalu bagaimana mungkin sikap yang sama tidak bisa kita terapkan terhadap sesama umat islam yang memiliki nabi yang sama, kitab yang sama, tuhan yang sama, dan tentu saja agama yang sama.
Kenapa kamu harus repot-repot nyinyirin salafi-wahabi yang mengkaji tentang bid’ah dan kesyirikan dalam kajian-kajian ilmiah mereka? Sementara disaat yang sama kalian juga melakukan hal yang sama di pengajian-pengajian kalian. 

Kelima, nyatanya klaim wahabi ini seringkali salah sasaran dan terkesan bombastis tanpa perhitungan. Yang jelas, ada anggapan bahwa siapa saja yang tidak tahlilan, tidak qunut shalat subuh, tidak beraqidah asy’ariyah, dan tidak bertasawuf ghazali, maka bisa dipastikan mereka wahabi. wah, bahaya! Kalau begitu, begitu banyak wahabi di negeri tercinta ini. Muhammadiyah adalah wahabi, pun dengan persis, al-irsyad, hidayatullah dan organisasi-organisasi lainnya. Maka tak heran jika di masa lalu kita mendengar berita tentang masjid muhammadiyah yang dibakar atau jamaah muhammadiyah yang dipersekusi oleh warga nadhiyin. Dan saya tahu itu hanya beberapa gelintir. 

Saya juga memiliki pengalaman yang sama tentang hal ini. Dulu, bapak saya sering dicap PERSIS hanya karena tidak pernah maulidan. Padahal bapak saya bukan orang PERSIS. Dulu, di SMP saya sering dibully karena memang keluarga saya beda dari yang lain. Kakak perempuan saya dibilang sok suci hanya karena memakai jilbab lebar dan berkaus kaki. Sebenarnya siapa yang tidak pernah toleran disini??
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment