وَإِنَّ أَبْغَضَ اْلكَلَامِ إِلَى اللهِ
أَنْ يَقُوْلَ الرَّجُلُ لِلرَّجُلِ اتَّقِ اللهَ فَيَقُوْلُ عَلَيْكَ نَفْسَكَ
Kalimat yang paling dibenci oleh Allah, seseorang menasehati
temannya, ’Bertaqwalah kepada Allah’, tapi ia menjawab,”Urus saja dirimu
sendiri.” (HR. Baihaqi dan Nasa’i).
Ada sebagian orang yang menganggap bahwa dakwah adalah
mencampuri urusan orang lain. Sehingga ketika ada seseorang yang
mengingatkannya, dia dengan pongah mengatakan, ‘Urus saja dirimu sendiri!’
Kalimat itu lahir dari kesombongan kaum munafik sebagaimana
yang Allah Subhanahu Wata'ala firmankan,
“Dan apabila
dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang
menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan
sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS.
al-Baqarah: 206)
Kalimat itu pula yang terkadang membuat para da’I terdiam. Mungkin
kalimat itu muncul dari objek yang didakwahi atau dari mereka yang tidak senang
dengan aktifitas dakwahnya. Atau bahkan kalimat itu keluar dari mulut kita
karena merasa tidak senang ketika dinasihati dan diingatkan.
Maka, terimalah setiap nasihat dengan lapang dada. Karena sejatinya
dengan nasihat itulah mereka mencintai dan peduli.
===
Sempatkan Untuk Merenungi Kalam-Nya, Meski Hanya satu Ayat dalam Sehari
“Membaca satu ayat dengan memikirkannya dan memahaminya lebih baik daripada membaca seluruh ayat sampai khatam tanpa mentadaburi dan memahaminya.”
Kutipan itu saya dapatkan dari buku ‘Air Mata Pembaca al-Quran’ yang menggugah hati saya, hingga kemudian timbul sebuah tanya; berapa menit yang saya habiskan untuk tadabur al-quran dalam sehari? Tanya itu terjawab dan saya malu untuk mengakui. Betapa hanya karena alasan kesibukan saya tidak pernah menyempatkan diri saya untuk membawa terjemah, tafsir ayat dan merenungi makna dari ayat yang saya baca.
Ya, saya rutin tilawah di setiap paginya. Tapi apakah kita cukup hanya dengan membacanya, sementara hati kita kosong. Hati kita mungkin tentram dengan tilawah. Tapi jauh lebih tentram jika kita memahami makna dari ayat yang kita baca atau yang kita hafal.
Oleh karena itulah, kita harus mengazamkan diri untuk selalu meluangkan waktu untuk tadabur al-quran. Jadikan tadabur quran sebagai amal yaumiyah atau amal harian disamping amalan-amalan lainnya. Jangan menunggu waktu luang untuk al-quran. Tapi luangkan waktu sebagai investasi akhirat kita. Jika tidak dimulai sekarang, maka selamanya akan menyesal.
Sempatkan Untuk Merenungi Kalam-Nya, Meski Hanya satu Ayat dalam Sehari
“Membaca satu ayat dengan memikirkannya dan memahaminya lebih baik daripada membaca seluruh ayat sampai khatam tanpa mentadaburi dan memahaminya.”
Kutipan itu saya dapatkan dari buku ‘Air Mata Pembaca al-Quran’ yang menggugah hati saya, hingga kemudian timbul sebuah tanya; berapa menit yang saya habiskan untuk tadabur al-quran dalam sehari? Tanya itu terjawab dan saya malu untuk mengakui. Betapa hanya karena alasan kesibukan saya tidak pernah menyempatkan diri saya untuk membawa terjemah, tafsir ayat dan merenungi makna dari ayat yang saya baca.
Ya, saya rutin tilawah di setiap paginya. Tapi apakah kita cukup hanya dengan membacanya, sementara hati kita kosong. Hati kita mungkin tentram dengan tilawah. Tapi jauh lebih tentram jika kita memahami makna dari ayat yang kita baca atau yang kita hafal.
Oleh karena itulah, kita harus mengazamkan diri untuk selalu meluangkan waktu untuk tadabur al-quran. Jadikan tadabur quran sebagai amal yaumiyah atau amal harian disamping amalan-amalan lainnya. Jangan menunggu waktu luang untuk al-quran. Tapi luangkan waktu sebagai investasi akhirat kita. Jika tidak dimulai sekarang, maka selamanya akan menyesal.
No comments:
Post a Comment