30 Dec 2019

Tabrez Ansari, Korban Keganasan Ekstrimis Hindu India



Pada 17 Juni 2019, Tabrez Ansari yang berusia 24 tahun diserang oleh gerombolan di Jharkhand, India. Dia diikat ke pohon, dipukuli secara brutal karena dicurigai mencuri sepeda. Dia kemudian dipaksa untuk mengucapkan mantra Hindu "Jai Shri Ram" dan "Jai Hanuman", yang diterjemahkan dari bahasa Hindi menjadi "salam dewa Ram" atau "kemenangan untuk dewa Ram". Ansari meninggal beberapa hari kemudian. Insiden itu terungkap setelah video penyiksaan itu menyebar. 

Tabrez Ansari adalah seorang yatim piatu. Dia tinggal di Pune dan bekerja di sana selama tujuh tahun. Dia mengunjungi kampung halamannya di Kadamdih sesekali ketika idul fitri tiba. Selama kunjungan, pada tanggal 17 Juni, ia pergi ke Jamshedpur dengan dua teman dengan menggunakan sepeda milik temannya. Saat kembali dari Jamshedpur, dia ditangkap di desa Dhatkidih oleh segerombolan lelaki, dekat Kadamdih. Dia diikat ke pohon oleh massa dan dipukuli dengan brutal karena dicurigai mencuri sepeda. Ketika massa memukulinya, salah satu diantara mereka membuat video dengan ponselnya. Dia dipaksa untuk mengatakan slogan agama seperti "Jai Shri Ram" dan "Jai Hanuman".
Pada pagi hari tanggal 18 Juni, polisi diberi tahu. Alih-alih membawanya ke rumah sakit langsung, Ansari ditangkap dan dikurung di Kantor Polisi Saraykela. Istrinya menerima telepon kemudian istrinya memberi tahu kerabatnya.
Paman Anshari mengunjungi stasiun dan melihat bahwa keponakannya terluka parah. Dia meminta polisi untuk memberikan perawatan medis, tetapi Ansari malah dikirim ke penjara tanpa perawatan. Dua hari kemudian. Ketika pamannya pergi menemuinya di penjara, kondisi Anshari semakin parah. Dia tidak bisa berbicara sama sekali. Pamannya kembali menghubungi polisi untuk mendapatkan bantuan medis, tetapi ia ditolak. Dia mencoba menghubungi petugas medis penjara, tetapi tidak dapat bertemu dengannya. Pada pagi hari tanggal 22 Juni, keluarga Ansari menerima kabar bahwa kondisinya sangat parah, dan ia dirawat di Rumah Sakit Sadar. Kerabatnya tiba di rumah sakit pada pukul 7:30 pagi, tetapi pada saat itu, Anshari sudah meninggal.
Keluarga Tabrez menuntut agar para pelaku diadili berdasarkan pasal 302 (Hukuman untuk pembunuhan) KUHP India. Istri Ansari mengatakan bahwa suaminya dipukuli tanpa ampun karena dia adalah seorang Muslim. Dia menuntut keadilan.
Pada tanggal 25 Juni, 11 orang ditangkap, sementara dua polisi yang tidak melaporkan masalah serius kepada otoritas yang lebih tinggi ditangguhkan dari pekerjaannya. Tim SIT ditugaskan untuk menyelidiki kasus ini. Polisi distrik Saraikela-Kharsawan mendakwa 11 dari 13 nama yang dituduh dalam kasus tersebut pada 29 Juli. Tuduhan pembunuhan kemudian dibatalkan, tetapi kemudian diberlakukan kembali.
Panel medis beranggotakan lima orang dibentuk untuk memeriksa kematian. Laporan medis yang dihasilkan menyimpulkan bahwa Tabrez Ansari menderita patah tulang tengkorak yang disebabkan oleh "benda keras dan tumpul", pendarahan subarakhnoid, dan pembekuan darah di lapisan bawah tengkorak; dan menunjukkan bahwa cedera ini menyebabkan berhentinya kinerja jantung yang mengakibatkan kematian Ansari.
Pada 9 September 2019, polisi membatalkan tuduhan pembunuhan dengan memberikan alasan bahwa serangan jantung sebagai alasan kematian. Hal ini memicu keributan. Karena hal ini, polisi dituduh memperlemah kasus ini.
Penindasan tersebut menghasilkan kemarahan publik, termasuk satu di New Delhi yang diadakan di dekat gedung parlemen, di mana pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan terhadap partai Hindu berkuasa, BJP dan Perdana Menteri Narendra Modi dan menuntut diakhirinya kekerasan anti-Muslim.

Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Tabrez_Ansari_lynching
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment