Semasa tinggal di Solo, saya dan Deni, teman saya seringkali
singgah ke pasar Klewer untuk melihat-lihat baju batik. Di pasar klewer saya
menemukan banyak took-toko batik, dimulai dari pintu masuk hingga terus masuk
ke dalam pasar, semua pedagang batik. Hingga
kemudian terbitlah sebuah tanya, "Aneh ya, semua toko disini jual batik.
Emang batik yang di dalem masih dapet pembeli juga? Kan pedagang batik di luar
deretan kios ini juga banyak.
Teman saya bilang, "Setiap toko punya rezekinya
masing-masing.” Subhanallah, saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga
dari jawaban singkat teman saya itu.
Setiap kita, telah Allah tentukan rezekinya. Setiap kita,
tak akan pernah tertukar rezekinya satu sama lain. Usaha boleh sama, cara
bolehlah mirip, tapi rezeki punya alamat masing-masing. Yang membedakan
ikhtiarnya saja.
Dulu, teman saya pernah mengeluh, "Jualan di Facebook
sama WA nggak mempan. Jadi nggak mood." Saya bilang, "Ini bukan
masalah mood atau tidak mood. Ini soal ikhtiar kita dalam menjemput rezeki.
Kita tidak tahu, pada sisi mana dan dalam kondisi apa Allah akan kirimkan
pembeli kepada kita. Hanya saja, kita harus ikhtiar. Mungkin di postingan atau
broadcast pertama, Allah belum gerakan hati customer, tapi siapa yang tahu jika
di broadcast atau postingan yang kedua dan kesekian, Allah gerakan mereka untuk
membeli produk kita.
Yakinlah, sebelum Allah mencabut nyawa ini, telah Allah
sempurnakan rezekinya hingga suapan terakhir. Teringat kisah tetua yang
meninggal. Beberapa menit sebelum meninggal ianya meminta sesuap bubur. Maka
emak bilang, "Sesuap bubur itulah pamungkas dari rezekinya di dunia ini.
Sungguh filosofis apa yang emak bilang.
Quotes
Usaha boleh sama, pesaing dimana-mana. Mungkin mereka
banting-banting harga. Bahkan ada yang memakai cara-cara kotor dalam usaha.
Tapi ingat, rizki tak akan pernah tertukar, karena berkah
itulah yang harus dikejar. Mungkin sedikit, tapi seringkali yang sedikit itu
yang berkah hingga membawa kita kepada kekalnya kebahagiaan dunia dan akhirat.
.
Manusia tidak pernah tahu dimana dia harus menjemput
rezekinya, tapi rezeki pasti tahu dimana pemiliknya.
Imam Asy-Syafi'i berkata, "Aku yakin bahwa jatah
rezekiku tidak akan diambil oleh orang lain, maka hatiku pun selalu tenang
karenanya.
.
Rezeki itu Allah yang punya
Dan Dia sudah menentukan kadar rezeki kita masing-masing
Yang lebih jangan bangga dengan yang kurang
Yang kurang pula jangan dengki dengan yang lebih
Yang lebih itu untuk dibagi-bagi
yang kurang pula untuk diusahakan lagi
Syukuri rezeki kita hari ini
Hakikatnya rezeki kita sama rata
Jika tidak ada di dunia, pasti ada di akhirat nanti
Allah itu Maha Adil
(Ibnu Mussal)
Seandainya kalian betul-betul percaya (tawakal) kepada
Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung
mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar
dan kembali pada sore hari dalam keadaan perut kenyang.
No comments:
Post a Comment