Intinya, Amerika mengkritik Cina karena cina adalah lawan
politik yang memiliki kekuatan. Pun dengan Rusia. Untuk itulah Amerika lebih
memilih mendukung pejuang oposisi Suriah dibanding mendukung rezim Asad. Karena
Asad adalah teman mesra Iran dan Rusia, sang musuh bagi Paman Sam. Tapi tak ada
yang tahu sampai kapan permusuhan dan pertemanan itu berlangsung.
Sebagaimana
dulu, Amerika mendukung para mujahidin Afghan untuk memerangi komunis Uni
soviet. Satu alasan yang menjadi dasarnya, karena ideologi kapitalis liberalis
yang dianut Amerika berseberangan dengan ideologi sosialis komunis Uni soviet
(Rusia). Penjajahan uni soviet juga mempererat hubungan Arab Saudi dengan Ikhwanul
muslimin. Arab Saudi mengirim banyak mujahidin ke afghan, pun dengan IM. Tapi, ketika uni soviet tumbang, moncong
senjata dan meriam diarahkan kepada para mujahidin Afghan yang dahuku mereka
bantu secara finansial. Karena masalah ideologi, islam dan kapitalisme.
Kemunafikan semacam ini juga diadopsi oleh internal muslim
itu sendiri. Dahulu, ikhwanul muslimin dengan ‘wahabi’ arab Saudi boleh
dibilang sangat mesra. Sehingga, ketika IM ditindas di mesir, tokoh-tokohnya
mencari suaka ke Negara-negara tetangga, termasuk Arab Saudi. Mereka
menginfiltrasi pemerintahan, universitas dan berbagai macam profesi di arab
Saudi. Hingga suatu masa, para anggota IM yang terkenal kritis dan berpikiran
terbuka mulai membuat kerajaan gerah. Itu bermula dari ketidaksetujuan dan
kritik IM terhadap sikap lunak Arab Saudi yang mengizinkan militer Amerika beroperasi
di perang teluk. Bagi IM, meminta bantuan kafir untuk memerangi sesama muslim
adalah kesalahan. Sejak itulah, hubungan ‘wahabi’ dan IM bagai kucing dan
anjing.
Bagai de javu, hal yang sama kini terjadi lagi. Bagaimana Negara-negara
arab secara malu-malu kucing mulai bersikap mesra dengan Israel, meski hanya di
bawah meja. Satu kepentingan bersama tampaknya menjadi dasar dari kemesraan Negara-negara
arab dengan Israel dan Amerika. Mereka sama-sama memusuhi Iran. Sehingga sangat
konyol jika ada yang menganggap bahwa permusuhan antara Arab Saudi dan Iran
adalah permusuhan sunni dan syiah. Itu hanya politik. Titik.
Sekarang, yang menjadi kekuatan adalah Amerika. Tapi ada
atau tidak ada Amerika, umat muslim akan terus menjadi sasaran orang-orang
dzalim. Bagaimana mungkin bangga ketika dibela oleh pihak dzalim itu sendiri.
Seperti seorang penjajah yang memberi sebongkah roti kepada anak yang kelaparan
sembari berkata, "Lihat, aku telah berbuat baik kepadamu." Padahal,
apalah arti sebongkah roti itu dibanding sumber daya alam yang telah dia kuras
habis-habisan.
No comments:
Post a Comment