13 Dec 2019

Derita Umat Islam dan Kepentingan Kaum Munafik

Derita umat islam hanya dijadikan bahan perang politik. Di satu sisi, Amerika mengkritik Cina karena telah menindas muslim uighur, kemudian juga memberi sanksi kepada Myanmar yang telah melakukan genosida terhadap muslim arakan. Tapi di sisi lain, Amerika mendukung etnic cleansing dan penjajahan muslim Palestina dengan memberi dukungan penuh kepada Israel.  Pun di afghanistan, telah belasan tahun rakyat afghan menderita dibawah campur tangan militer Amerika.
Intinya, Amerika mengkritik Cina karena cina adalah lawan politik yang memiliki kekuatan. Pun dengan Rusia. Untuk itulah Amerika lebih memilih mendukung pejuang oposisi Suriah dibanding mendukung rezim Asad. Karena Asad adalah teman mesra Iran dan Rusia, sang musuh bagi Paman Sam. Tapi tak ada yang tahu sampai kapan permusuhan dan pertemanan itu berlangsung. 

Sebagaimana dulu, Amerika mendukung para mujahidin Afghan untuk memerangi komunis Uni soviet. Satu alasan yang menjadi dasarnya, karena ideologi kapitalis liberalis yang dianut Amerika berseberangan dengan ideologi sosialis komunis Uni soviet (Rusia). Penjajahan uni soviet juga mempererat hubungan Arab Saudi dengan Ikhwanul muslimin. Arab Saudi mengirim banyak mujahidin ke afghan, pun dengan IM.  Tapi, ketika uni soviet tumbang, moncong senjata dan meriam diarahkan kepada para mujahidin Afghan yang dahuku mereka bantu secara finansial. Karena masalah ideologi, islam dan kapitalisme.

Kemunafikan semacam ini juga diadopsi oleh internal muslim itu sendiri. Dahulu, ikhwanul muslimin dengan ‘wahabi’ arab Saudi boleh dibilang sangat mesra. Sehingga, ketika IM ditindas di mesir, tokoh-tokohnya mencari suaka ke Negara-negara tetangga, termasuk Arab Saudi. Mereka menginfiltrasi pemerintahan, universitas dan berbagai macam profesi di arab Saudi. Hingga suatu masa, para anggota IM yang terkenal kritis dan berpikiran terbuka mulai membuat kerajaan gerah. Itu bermula dari ketidaksetujuan dan kritik IM terhadap sikap lunak Arab Saudi yang mengizinkan militer Amerika beroperasi di perang teluk. Bagi IM, meminta bantuan kafir untuk memerangi sesama muslim adalah kesalahan. Sejak itulah, hubungan ‘wahabi’ dan IM bagai kucing dan anjing.

Bagai de javu, hal yang sama kini terjadi lagi. Bagaimana Negara-negara arab secara malu-malu kucing mulai bersikap mesra dengan Israel, meski hanya di bawah meja. Satu kepentingan bersama tampaknya menjadi dasar dari kemesraan Negara-negara arab dengan Israel dan Amerika. Mereka sama-sama memusuhi Iran. Sehingga sangat konyol jika ada yang menganggap bahwa permusuhan antara Arab Saudi dan Iran adalah permusuhan sunni dan syiah. Itu hanya politik. Titik.

Sekarang, yang menjadi kekuatan adalah Amerika. Tapi ada atau tidak ada Amerika, umat muslim akan terus menjadi sasaran orang-orang dzalim. Bagaimana mungkin bangga ketika dibela oleh pihak dzalim itu sendiri. Seperti seorang penjajah yang memberi sebongkah roti kepada anak yang kelaparan sembari berkata, "Lihat, aku telah berbuat baik kepadamu." Padahal, apalah arti sebongkah roti itu dibanding sumber daya alam yang telah dia kuras habis-habisan.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment