Akhir-akhir ini, berita tentang LGBT semakin mengemuka ke
permukaan dan menimbulkan kontroversi serta pro-kontra di tengah-tengah
masyarakat kita. tentu saja bagi masyarakat Indonesia, LGBT adalah penyimpangan
sosial yang tabu dan menjijikan. Tapi bagi masyarakat barat yang sekuler, LGBT
dianggap kewajaran dan termasuk dalam hak asasi manusia yang tidak bisa
diganggu gugat.
Sementara itu, dalam pandangan islam, sudah jelas bahwa LGBT
adalah penyimpangan orientasi seksual yang diancam dengan hukuman/azab yang
keras. Konon, penyuka sesama jenis adalah perilaku menyimpang yang pernah
terjadi di masa Nabi Luth, sehingga Allah mengazab kaum tersebut dengan
menjungkir balikan mereka sehingga binasa.
Tapi, disini saya tidak akan berbicara tentang LGBT dalam
hukum islam. Pada artikel ini, saya akan lebih menekankan pada bagaimana proses
penyembuhan dari penyimpangan tersebut serta faktor apa yang menyebabkan
seseorang menjadi LGBT.
Tentu saja bagi orang-orang sekuler, LGBT adalah kewajaran
yang mereka anggap tidak bisa disebut sebagai penyimpangan atau penyakit. Tapi bagi
kita, tentu saja LGBT adalah penyimpangan yang harus disembuhkan. Sebagaimana penyakit,
maka harus ada penanganan dan penyembuhan secara kontinyu demi kesembuhan yang
sempurna. Tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya, pun dengan LGBT.
Kita tidak membenci mereka karena orientasi seksual mereka
yang menyimpang. Tapi kita berusaha mengarahkan mereka untuk sembuh sebagaimana
kita melihat orang sakit dengan pandangan yang prihatin. Jelas, di dalam
pandangan kita, mereka sedang sakit dan perlu untuk disembuhkan. Adapun proses penyembuhan bagi orang-orang
jenis ini adalah dengan menasihati mereka dan melakukan terapi serta konseling
sehingga mereka benar-benar berubah. Banyak kisah yang bisa kita lihat,
bagaimana ada gay yang kembali ke jalan yang benar, menikah dan punya anak. Hal
ini saya dengar dari Kak Sinyo Egi, seorang aktifis yang begitu gigih membimbing
dan mengarahkan para lelaki yang memiliki kecenderungan SSE (Same sex
Attraction) untuk kembali kepada fitrah mereka.
Apalagi jika mereka menyadari dan mengakui apa yang mereka
lakukan adalah salah. Mereka hanya perlu bimbingan dan penyadaran. Beda lagi
dengan orang-orang yang bangga dengan penyimpangan mereka. itu bukan urusan
kita.
Lalu apa yang menjadi sebab seseorang menjadi seorang gay? Berdasarkan
penelusuran dari berbagai sumber, setidaknya ada lima sebab yang mendasari
seseorang menjadi gay.
Pertama, trauma masa kecil
Ada psikolog yang mengatakan bahwa seorang yang pernah
menjadi korban pedofil atau gay di masa kecilnya, maka besar kemungkinan di
masa mendatang dia akan menjadi gay juga. Hal ini persis seperti lingkaran
setan. Pertama, ia menjadi korban, kemudian selanjutnya menjadi pelaku. Ini terjadi
karena kebiasaan dan penerimaan dari masa lalunya yang kelam.
Kedua, Pengalaman buruk dalam masalah percintaan
Mungkin seorang lelaki pernah ditolak berkali-kali oleh
perempuan, sehingga dia merasa frustasi dan menjadi seorang gay.
Ketiga, Salah pergaulan
Dan faktor yang ketiga ini adalah faktor terbesar dari
penyimpangan orientasi seksual. Bagaimana pun juga, seorang yang salah dalam
mengambil teman atau lingkungan pergaulan, maka dia memiliki peluang untuk
melakukan kesalahan yang sama. Karena lingkungan memiliki pengaruh yang sangat
signifikan.
Saya pernah menyaksikan sendiri hal ini dalam hidup saya. Di
dalam lingkungan pesantren, dulu saya menemukan tiga kasus homoseksual yang
dilakukan oleh santri. (Maaf, ini bukan berarti saya memberikan stigma buruk
terhadap pesantren). Menurut pengamatan saya, ini terjadi karena kurangnya
penjagaan terhadap aurat dan privasi. Bagaimana hal ini terjadi karena
kebiasaan mandi bareng, tidur bareng dalam satu ranjang dan kegiatan lainnya
yang menjadi sebab munculnya penyimpangan. Tentunya hal ini bisa dicegah dengan
melakukan pencegahan. Hal ini juga
terjadi di penjara-penjara karena kurangnya fasilitas sekaligus kelebihan
kapasitas para napi.
Keempat, Kelainan hormonal
Tentunya kelainan hormonal ini bisa disembuhkan dengan
terapi hormonal. Misal, seorang lelaki menjadi kemayu dan memiliki
kecenderungan menyukai sesama lelaki karena ada kelainan para hormonal di
tubuhnya. Yang harus dilakukan adalah dengan berkonsultasi ke dokter demi
penyembuhan. Terapi medis yang diambil biasanya berupa suntik hormone atau
serangkaian terapi lainnya.
Kelima, Tidak percaya diri dengan identitasnya
Ketidakpercayaan diri terhadap identitas diri sendiri
disinyalir bisa menjadikan seseorang menjadi gay. misal, seseorang tidak pede
karena tidak memiliki wajah atau bentuk tubuh yang macho, atau tidak
mendapatkan perhatian dari lawan jenis. Faktor lainnya karena salah pola asuh. Misal,
seorang lelaki dibiarkan oleh orang tuanya bergaul banyak dengan perempuan,
bermain dengan perempuan dan bahkan tidak peduli ketika anak lelakinya
bertingkah kemayu.
Nah, itulah 5 sebab kenapa seseorang bisa menjadi gay.
intinya, jika yang dimaksud ‘merangkul para LGBT’ dengan memberikan arahan,
konseling dan nasihat supaya mereka tersadar dan sembuh dari penyimpangannya,
maka ini keharusan. Tapi jika yang dimaksud ‘merangkul’ dengan tujuan menerima
mereka apa adanya, serta mengakui penyimpangan mereka, NO WAY!
Barangkali kamu punya opini lain, silakan
No comments:
Post a Comment