Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat
sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari)
Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan
seorang muslim. Bahkan islam itu sendiri telah memberikan perhatian besar
terhadap masalah kesehatan. Kenapa? Karena kesehatan adalah modal utama
produktifitas kita dalam menjalankan ibadah-ibadah kita kepada Allah subhanahu
wata'ala. Mayoritas amaliah yang dilakukan membutuhkan stamina dan tenaga. Sementara
ketika kita sakit, stamina dan tenaga berkurang atau bahkan tidak memiliki
stamina sama sekali. Sehingga menjaga kesehatan sama wajibnya dengan
menjalankan ibadah itu sendiri.
Selain itu, dengan tubuh yang sakit, kita tidak bisa
menjalankan ibadah dengan khusyu dan sempurna. Meskipun islam sendiri
memberikan keringanan bagi mereka yang sakit dalam hal peribadatan. Seperti kewajiban
untuk melaksanakan shalat sesuai dengan kemampuannya. Jika dia hanya mampu
shalat sembari duduk (karena sakit) maka dia bisa melaksanakannya sembari
duduk. Pun ketika dia hanya mampu shalat sembari berbaring atau bahkan hanya
isyarat kedipan mata sekalipun.
Terlepas dari keringanan yang telah diberikan, tetap saja
kesehatan adalah hal yang utama yang harus kita jaga. Memang sakit adalah
takdir Allah, kita tidak bisa menolak takdir tersebut. Tapi selalu ada peluang
dimana seseorang sakit karena dia tidak menjaga pola hidup sehat dalam
kehidupannya.
Imam asy-syatibhi dalam Kitabnya Fi Ushul Al-Ahkam,
mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama Islam dalam rangka menjaga agama, jiwa,
akal, jasmani, harta dan keturunan. Oleh karena itu dalam melaksanakan tujuan
kehadiran agama Islam tersebut, maka kesehatan memegang peranan yang sangat
urgen. Tanpa adanya kondisi kesehatan seseorang , maka dengan sendirinya
berbagai upaya untuk memenuhi kewajiban pokok akan sulit dilaksanakan.
Dalam khasanah Islam ada dua terminologi populer yang artinya
sehat yaitu Ash Shihah dan Al Afiat. Menurut salah satu ulama bahwa makna Ash
Shihah itu adalah bentuk kesehatan yang meliputi jasmani atau lahiriyah.
sedangkan Al Afiat adalah bentuk kesehatan yang meliputi rohani atau batiniyah.
Islam jauh-jauh hari sudah memberikan petunjuk secara jelas, komplit dan
terpadu tentang konsep pentingnya menjaga kesehatan baik seara jasmani maupun
rohani.
Jaga Kesehatan Tubuhmu
Hasan al-Bana pernah mengatakan, ‘Sesungguhnya nikmat
kesehatan hanya bisa dilihat oleh mereka yang sakit.” Sungguh benar apa yang
diungkapkan oleh beliau, karena kebanyakan dari kita lalai dengan nikmat yang
begitu besar ini. Kita baru benyadari anugerah kesehatan itu ketika kita mulai
sakit dan Allah subhanahu wata'ala cabut nikmat sehat itu dari tubuh kita.
Maka yang terjadi adalah penyesalan yang berkepanjangan
karena tidak memanfaatkan waktu sehat kita untuk amal-amal kebaikan. Selain itu
kita juga menyesal karena tidak menjaga kesehatan tubuh yang diamanahkan oleh
Allah subhanahu wata'ala kepada kita.
Maka tak heran di dalam salah satu haditsnya Rasulullah
shollallahu 'alaihi wasallam mewanti-wanti dengan kalimat ‘sehatmu sebelum
sakitmu.’
Ya, karena nikmat sehat ini seringkali tidak membuat kita
sadar.
Ibnul Jauzi mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam
kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan
dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam
kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat
sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah
manusia yang telah tertipu (terperdaya).”
Tidak ada kata terlambat untuk menyadari semua ini. Kita bisa
memulainya sejak detik ini. Ketika kamu membaca buku ini –di bagian ini- maka
tekadkan di hatimu untuk selalu menjaga kesehatan yang telah Allah subhanahu
wata'ala amanahkan untukmu. Ingat, setiap amanah yang diberikan akan ditanyakan
pertanggungjawabannya. Termasuk tubuh yang kuat dan sehat, untuk apa dia
digunakan.
Lalu bagaimana kita bisa mengukur sejauh mana tanggung jawab
kita terhadap amanah berupa kesehatan?
Pertama, lihatlah apa yang kita makan
Syariat islam selalu menekankan agar setiap kita memakan
makanan yang thayyib (baik) dan halal. Baik dan halal itu baik secara dzatnya
maupun secara mendapatkannya. Pisang itu memang halal, tapi ketika didapat
dengan jalan mencuri di kebun orang, maka statusnya menjadi haram.
Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang halal dan
baik sebagaimana dalam Firman Allah Subhanahu wata'ala di dalam Alquran,
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa
yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya”(Q.S. Al Maidah : 88).
“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan;
karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Q.S Al Baqarah:
168).
Aturan terhadap makanan yang dikonsumsi ini adalah sebagai
barometer dan penentu sehat atau tidaknya seseorang. Karena betapa banyak
penyakit yang muncul dari makanan yang tidak tayyib (baik) yang digandrungi
oleh manusia.
Kita harus memperhatikan apa yang kita makan. Ada beberapa
pertanyaan yang hasur benar-benar kita perhatikan demi kehalalan dan ketayiban.
Pertama, apakah asupan makanan yang kita makan terjamin
kehalalannya?
Kedua, apakah nilai gizi sudah tercukupi lewat asupan makanan
harian yang dikonsumsi?
Ketiga, apakah membutuhkan suplemen tambahan untuk kebugaran?
Jika memang membutuhkan suplemen tambahan, maka kita bisa
mengonsumsi vitamin atau obat herbal semisal madu, habbatus sauda/jinten hitam
dan minyak zaitun.
Kedua, Jangan lupa untuk berolahraga
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam menganjurkan ummatnya
untuk menjaga kebugaran dan kekuatan tubuh. Diantara olahraga yang dianjurkan
oleh Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam di dalam banyak riwayat adalah olahraga
berenang, memanah, berlari, berkuda dan bergulat. Sehingga tidak ada alasan
bagi kita untuk tidak berolahraga.
Memanah, berkuda dan berenang adalah tiga jenis olah raga yang
dianjurkan Nabi Muhammad Shollallahu 'alaihi wasallam. Bahkan dapat dianggap
sebagai sumber dari semua jenis olah raga yang ada pada zaman sekarang.
Ketiganya, mengandung aspek kesehatan, keterampilan, kecermatan, sportivitas,
dan kompetisi.
Sebagaimana Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam “Ajarkan
putera-puteramu berenang dan memanah.” (HR. Ath-Thahawi).
“Lemparkanlah panahmu itu, saya bersama kamu.” (Riwayat
Bukhari).
“Kamu harus belajar memanah karena memanah itu termasuk
sebaik-baik permainanmu.” (Riwayat Bazzar, dan Thabarani).
“Lemparkanlah (panah) dan tunggangilah (kuda).” (Riwayat
Muslim). “Berlari-lari kecillah kamu” (HR Bukhari)
Maka melalui anjuran Nabi shollallahu 'alaihi wasallam ini,
dari mulai sekarang kita bisa meniatkan untuk selalu rutin berolahraga. Jika
memang memiliki kesempatan, ikutilah olahraga sanggar panah atau berkuda. Jika tidak
memungkinkan, setidaknya sisihkan waktu untuk berolahraga di setiap hari. Boleh
dengan lari pagi, atau melakukan exercise homework melalui aplikasi smartphone.
Ini pun jika memang tidak memungkinkan untuk exercise di gymnastic.
Ketiga, Jangan lupa untuk beristirahat
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya
Tubuhmu Punya Hak atas Dirimu.’ (HR. Bukhori dan Muslim)
Hak bagi tubuh kita adalah istirahat yang cukup dan
mendapatkan ketenangan serta kedamaian dari berbagai tekanan. Selama ini
mungkin kita sering tenggelam dalam pekerjaan yang menumpuk yang membuat kita
pening dan tidak bisa menundanya sama sekali. Sehingga tidak heran ada orang
yang mengorbankan waktu istirahatnya karena dikejar deadline. Ada juga orang
yang memang pada dasarnya maniak kerja sehingga dia begitu bersemangat dalam
bekerja dan melupakan istirahat dan rehat bagi tubuhnya.
Memang tidak masalah jika hal ini terjadi sesekali (karena
deadline yang menuntut kita untuk segera menuntaskan pekerjaan). Tapi jika hal
ini sering dilakukan, maka sama saja kita telah menyiksa tubuh kita dan
mengabaikan kesehatan. Maka jangan menyesal jika di kemudian hari menemukan
banyak keluhan dan penyakit berdatangan. Yang dirugikan adalah kita sendiri.
kita tidak lagi memiliki kemampuan untuk bekerja karena badan yang sudah ‘hancur’
karena diforsir secara terus menerus.
Tubuh kita memiliki hak. Maka mulai sekarang niatkan untuk
melakukan rehat dan istitahat. Ada banyak hal yang harus kita lakukan untuk
menunaikan hak tubuh kita. diantaranya adalah dengan tidur malam yang cukup
selama 5-7 jam. Kemudian ditambah dengan tidur siang kurang lebih 20 menit dan
rehat di sela-sela kerja. Saya biasanya berdiri dari kursi dan mondar mandir
selama lima menit untuk meluruskan punggung dan menyegarkan pandangan mata,
sehingga tidak terus menerus terpaku pada layar monitor di depan saya.
Setelah itu, kita juga bisa membuat agenda rehat pekanan
dengan berwisata bersama keluarga.
No comments:
Post a Comment