2 Aug 2019

Rahasia Hidup Produktif; Menjaga Kesehatan


Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari)

Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim. Bahkan islam itu sendiri telah memberikan perhatian besar terhadap masalah kesehatan. Kenapa? Karena kesehatan adalah modal utama produktifitas kita dalam menjalankan ibadah-ibadah kita kepada Allah subhanahu wata'ala. Mayoritas amaliah yang dilakukan membutuhkan stamina dan tenaga. Sementara ketika kita sakit, stamina dan tenaga berkurang atau bahkan tidak memiliki stamina sama sekali. Sehingga menjaga kesehatan sama wajibnya dengan menjalankan ibadah itu sendiri.

Selain itu, dengan tubuh yang sakit, kita tidak bisa menjalankan ibadah dengan khusyu dan sempurna. Meskipun islam sendiri memberikan keringanan bagi mereka yang sakit dalam hal peribadatan. Seperti kewajiban untuk melaksanakan shalat sesuai dengan kemampuannya. Jika dia hanya mampu shalat sembari duduk (karena sakit) maka dia bisa melaksanakannya sembari duduk. Pun ketika dia hanya mampu shalat sembari berbaring atau bahkan hanya isyarat kedipan mata sekalipun.

Terlepas dari keringanan yang telah diberikan, tetap saja kesehatan adalah hal yang utama yang harus kita jaga. Memang sakit adalah takdir Allah, kita tidak bisa menolak takdir tersebut. Tapi selalu ada peluang dimana seseorang sakit karena dia tidak menjaga pola hidup sehat dalam kehidupannya.

Imam asy-syatibhi dalam Kitabnya Fi Ushul Al-Ahkam, mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama Islam dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Oleh karena itu dalam melaksanakan tujuan kehadiran agama Islam tersebut, maka kesehatan memegang peranan yang sangat urgen. Tanpa adanya kondisi kesehatan seseorang , maka dengan sendirinya berbagai upaya untuk memenuhi kewajiban pokok akan sulit dilaksanakan.

Dalam khasanah Islam ada dua terminologi populer yang artinya sehat yaitu Ash Shihah dan Al Afiat. Menurut salah satu ulama bahwa makna Ash Shihah itu adalah bentuk kesehatan yang meliputi jasmani atau lahiriyah. sedangkan Al Afiat adalah bentuk kesehatan yang meliputi rohani atau batiniyah. Islam jauh-jauh hari sudah memberikan petunjuk secara jelas, komplit dan terpadu tentang konsep pentingnya menjaga kesehatan baik seara jasmani maupun rohani.

Jaga Kesehatan Tubuhmu

Hasan al-Bana pernah mengatakan, ‘Sesungguhnya nikmat kesehatan hanya bisa dilihat oleh mereka yang sakit.” Sungguh benar apa yang diungkapkan oleh beliau, karena kebanyakan dari kita lalai dengan nikmat yang begitu besar ini. Kita baru benyadari anugerah kesehatan itu ketika kita mulai sakit dan Allah subhanahu wata'ala cabut nikmat sehat itu dari tubuh kita.

Maka yang terjadi adalah penyesalan yang berkepanjangan karena tidak memanfaatkan waktu sehat kita untuk amal-amal kebaikan. Selain itu kita juga menyesal karena tidak menjaga kesehatan tubuh yang diamanahkan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada kita.

Maka tak heran di dalam salah satu haditsnya Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam mewanti-wanti dengan kalimat ‘sehatmu sebelum sakitmu.’

Ya, karena nikmat sehat ini seringkali tidak membuat kita sadar.

Ibnul Jauzi mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).”

Tidak ada kata terlambat untuk menyadari semua ini. Kita bisa memulainya sejak detik ini. Ketika kamu membaca buku ini –di bagian ini- maka tekadkan di hatimu untuk selalu menjaga kesehatan yang telah Allah subhanahu wata'ala amanahkan untukmu. Ingat, setiap amanah yang diberikan akan ditanyakan pertanggungjawabannya. Termasuk tubuh yang kuat dan sehat, untuk apa dia digunakan.
Lalu bagaimana kita bisa mengukur sejauh mana tanggung jawab kita terhadap amanah berupa kesehatan?

Pertama, lihatlah apa yang kita makan

Syariat islam selalu menekankan agar setiap kita memakan makanan yang thayyib (baik) dan halal. Baik dan halal itu baik secara dzatnya maupun secara mendapatkannya. Pisang itu memang halal, tapi ketika didapat dengan jalan mencuri di kebun orang, maka statusnya menjadi haram.

Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang halal dan baik sebagaimana dalam Firman Allah Subhanahu wata'ala  di dalam Alquran,

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”(Q.S. Al Maidah : 88).

“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Q.S Al Baqarah: 168).

Aturan terhadap makanan yang dikonsumsi ini adalah sebagai barometer dan penentu sehat atau tidaknya seseorang. Karena betapa banyak penyakit yang muncul dari makanan yang tidak tayyib (baik) yang digandrungi oleh manusia.

Kita harus memperhatikan apa yang kita makan. Ada beberapa pertanyaan yang hasur benar-benar kita perhatikan demi kehalalan dan ketayiban.

Pertama, apakah asupan makanan yang kita makan terjamin kehalalannya?
Kedua, apakah nilai gizi sudah tercukupi lewat asupan makanan harian yang dikonsumsi?
Ketiga, apakah membutuhkan suplemen tambahan untuk kebugaran?

Jika memang membutuhkan suplemen tambahan, maka kita bisa mengonsumsi vitamin atau obat herbal semisal madu, habbatus sauda/jinten hitam dan minyak zaitun.

Kedua, Jangan lupa untuk berolahraga

Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam menganjurkan ummatnya untuk menjaga kebugaran dan kekuatan tubuh. Diantara olahraga yang dianjurkan oleh Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam di dalam banyak riwayat adalah olahraga berenang, memanah, berlari, berkuda dan bergulat. Sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berolahraga.

Memanah, berkuda dan berenang adalah tiga jenis olah raga yang dianjurkan Nabi Muhammad Shollallahu 'alaihi wasallam. Bahkan dapat dianggap sebagai sumber dari semua jenis olah raga yang ada pada zaman sekarang. Ketiganya, mengandung aspek kesehatan, keterampilan, kecermatan, sportivitas, dan kompetisi.

Sebagaimana Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam “Ajarkan putera-puteramu berenang dan memanah.” (HR. Ath-Thahawi).

“Lemparkanlah panahmu itu, saya bersama kamu.” (Riwayat Bukhari).

“Kamu harus belajar memanah karena memanah itu termasuk sebaik-baik permainanmu.” (Riwayat Bazzar, dan Thabarani).

“Lemparkanlah (panah) dan tunggangilah (kuda).” (Riwayat Muslim). “Berlari-lari kecillah kamu” (HR Bukhari)

Maka melalui anjuran Nabi shollallahu 'alaihi wasallam ini, dari mulai sekarang kita bisa meniatkan untuk selalu rutin berolahraga. Jika memang memiliki kesempatan, ikutilah olahraga sanggar panah atau berkuda. Jika tidak memungkinkan, setidaknya sisihkan waktu untuk berolahraga di setiap hari. Boleh dengan lari pagi, atau melakukan exercise homework melalui aplikasi smartphone. Ini pun jika memang tidak memungkinkan untuk exercise di gymnastic.

Ketiga, Jangan lupa untuk beristirahat

Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya Tubuhmu Punya Hak atas Dirimu.’ (HR. Bukhori dan Muslim)

Hak bagi tubuh kita adalah istirahat yang cukup dan mendapatkan ketenangan serta kedamaian dari berbagai tekanan. Selama ini mungkin kita sering tenggelam dalam pekerjaan yang menumpuk yang membuat kita pening dan tidak bisa menundanya sama sekali. Sehingga tidak heran ada orang yang mengorbankan waktu istirahatnya karena dikejar deadline. Ada juga orang yang memang pada dasarnya maniak kerja sehingga dia begitu bersemangat dalam bekerja dan melupakan istirahat dan rehat bagi tubuhnya.

Memang tidak masalah jika hal ini terjadi sesekali (karena deadline yang menuntut kita untuk segera menuntaskan pekerjaan). Tapi jika hal ini sering dilakukan, maka sama saja kita telah menyiksa tubuh kita dan mengabaikan kesehatan. Maka jangan menyesal jika di kemudian hari menemukan banyak keluhan dan penyakit berdatangan. Yang dirugikan adalah kita sendiri. kita tidak lagi memiliki kemampuan untuk bekerja karena badan yang sudah ‘hancur’ karena diforsir secara terus menerus.

Tubuh kita memiliki hak. Maka mulai sekarang niatkan untuk melakukan rehat dan istitahat. Ada banyak hal yang harus kita lakukan untuk menunaikan hak tubuh kita. diantaranya adalah dengan tidur malam yang cukup selama 5-7 jam. Kemudian ditambah dengan tidur siang kurang lebih 20 menit dan rehat di sela-sela kerja. Saya biasanya berdiri dari kursi dan mondar mandir selama lima menit untuk meluruskan punggung dan menyegarkan pandangan mata, sehingga tidak terus menerus terpaku pada layar monitor di depan saya.

Setelah itu, kita juga bisa membuat agenda rehat pekanan dengan berwisata bersama keluarga.
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment