Temannya teman saya yang memiliki teman (halaah…kayak judul
sinetron azab aja nih) punya sebuah cerita. Dia bilang bahwa dia memiliki teman
yang sekarang menjadi seorang duren (baca: duda keren). Dia seringkali
berkunjung ke rumah si duren. Sebut saja Namanya Ujang, dan si duren sebut saja
dengan nama Jaka. Emaknya si duren
selalu bilang ke Ujang, “Jang, tolong carikan calon istri buat si Jaka. Udah setahun
lebih dia ngeduda.” Pintanya.
‘Et dah.’ Gerutu Ujang dalam hati, ‘Boro-boro nyomblangin si
Jaka. Saya sendiri masih belum laku.’
Oke, lupakan kegetiran si Ujang yang tak laku-laku (jadi
inget lagu sunda ‘Hayang kawin. Eheh) dan lupakan si duda keren yang belum
punya istri lagi. Kita disini akan membahas tentang comblang, sebagaimana
emaknya jaka minta si Ujang jadi comblang buat anaknya.
Yeah, siapa sih yang nggak senang melihat ada dua orang yang
bisa saling mencintai dan ke pelaminan atas jasa kita sebagai comblang yang
luar biasa. Tentu kita ngerasa seneng dong, ‘Akhirnya, saya bisa menghadirkan
cinta untuk mereka. akhirnya, saya bisa menghadirkan kebahagiaan untuk mereka.’
Kita akan merasa bahwa kita itu menjadi pahlawan cinta. Ciee,
jadi kepikiran bikin film superhero yang ceritanya menjadi comblang buat para
jomblowers yang merana. Wkwk.
Nggak perlu sungkan untuk menjadi comblang buat temanmu atau
orang lain, meski kamu sendiri belum laku. Siapa tahu dengan menghadirkan
kebahagiaan pada orang lain, kamu juga bakal ketiban rezeki dengan menyusul
teman yang kamu comblangin. Asal jangan minta balas saja aja. misal, kamu
nodong mereka sehabis nikah dengan alasan sudah berjasa mempertemukan mereka. ‘Kasih
gue duit satu juta dong, kalo bukan karena gue, kalian nggak bakalan bisa jadi
suami istri. Walah…ini mah kesombongan double yang menafikan campur tangan
Allah sekaligus pemalakan yang tak bisa diterima.
Etapi tunggu dulu, terkadang jadi comblang itu juga ada
resikonya lho. Seenggaknya ada dua resiko buruk yang bisa membuat para jomblang
harus berpikir matang-matang sebelum benar-benar menjadi comblang bagi orang
lain.
Pertama, banyak para comblangers yang justru menjadi
fasilitator kemaksiatan. misalnya gimana? Misal, kamu nyomblagin si romeo sama
si Juliet. Kemudian kamu ngasih nomor kontak ke si romeo dan juga sebaliknya. Akhirnya,
mereka bisa bebas chatingan, mesra-mesraan via telpon, janjian ketemuan dan
ujungnya…tettt…kecelakaan fatal.
Nah makanya disini para comblangers harus mengerti syariat
(batas-batas hukum agama dalam interaksi lawan jenis dan dalam menjadi
comblang. Atau jangan-jangan saya harus membahas fiqih comblang kali ya.) boleh
lah saya mengutip judul cerbung populer di KBM dengan istilah ‘Comblang Syar’i.’
Yup, kamu harus menjadi comblang syar’I sebagai fasilitator
ta’aruf dua insan yang siap menuju jenjang kehidupan rumah tangga. Kamu bisa
menjadi fasilitator dengan memberikan informasi kepada kedua belah pihak
seperti tukeran biodata dan semacamnya. Jika sudah cocok, maka kamu harus
meyakinkan mereka untuk segera menikah. Tentunya diperbolehkan nadzor dulu ya.
Masalahnya, banyak comblang yang justru menjadi fasilitator
jalinan cinta di luar pernikahan. Ini mah sama saja kamu sedang menabung dosa.
makin banyak yang kamu comblangin dengan gaya seperti ini, maka makin bejibun
dosa yang kamu tanggung. Ih ngerinya…
Kedua, terkadang para comblanger juga dijadikan kambing
hitam (kasihan si kambing, selalu dimanusia hitamkan. Ehehe). Ketika kehidupan
rumah tangga mereka diterpa badai dan tsunami, mereka tiba-tiba menunjuk hidung
yang menjadi comblang mereka.
‘Gimana sih, kok kamu ngasih gue suami/istri kayak dia. Ternyata
dia nggak bikin gue bahagia. Lu salah ngasih orang nih.’
‘Gara-gara gue dicomblangin sama lu, kehidupan gue jadi
berantakan. Dia bukan tipe suami/istri yang ternyata selama ini gue harapkan.’ Dan
bla…bla..bla…
Meskipun mungkin mereka tidak mengungkapkan hal itu secara
langsung, tapi kamu sebagai perantara jalinan cinta mereka tentu akan merasa
malu dan merasa bersalah ketika orang yang kamu comblangin kehidupan rumah
tangganya berantakan.
Nah, biar nggak terjadi kayak gini, harusnya kamu sejak awal
harus memastikan bahwa mereka akan ‘baik-baik saja.’ yah, kita memang tidak
bisa memastikan dengan tepat, tapi jika dengan melihat track record kehidupan
mereka, kita bisa memberi jaminan kepada pasangannya bahwa dia orang baik dan
semacamnya.
Kamu juga harus meyakinkan bahwa kamu tidak sepenuhnya
bertanggungjawab ketika kehidupan cinta mereka tidak sesuai harapan. Jangankan yang
jatuh cinta lewat jalur comblangers, yang jatuh cinta karena usaha sendiri aja
kadang-kadang ada aja ujiannya. Emang rumah tangga itu nggak selamanya enak.
Makanya bilang saja, ‘Isi diluar tanggung jawab percetakan,
eh maksudnya para comblang. Saya cuman pengantar cinta. Ehehe.
No comments:
Post a Comment