Kita membutuhkan Lembaga sensor buku untuk memastikan semua
buku yang terbit dan ber-ISBN bebas dari ide-ide sampah dan menyesatkan. Keren kan!
Ide ini muncul selepas membaca sebuah novelet contemporary romance yang isinya
tak lebih dari sampah. Bayangkan saja, dari semua jalinan cerita, hampir 30%
isinya berisi adegan ranjang yang vulgar. Lebih miris lagi, novel terjemahan
tersebut diterbitkan oleh penerbit besar di negeri kita. (saya tidak bisa
menyebutkan nama penerbitnya). Well, selama membaca saya harus melewatkan
bagian-bagian ‘panas’. Jadi, saya bisa memangkas waktu yang saya habiskan untuk
membaca buku tersebut.
Sebenarnya banyak buku-buku dengan plot dan setting yang
bagus, tapi deskripsi sampahnya juga tidak sedikit. Saya jadi berpikir andai
ada Lembaga sensor buku (selama ini kita hanya mengetahui lembaga sensor film)
tentunya bagian-bagian tak senonoh itu bisa dipangkas. Tidak perlu
diterjemahkan. Para pembaca kita tidak membutuhkan bagian cerita yang mengotori
otak.
Kalian yang tidak sependapat dengan saya mungkin akan
beralasan begini, “Lho, kan semua sudah ada genre masing-masing. Di cover
belakang buku ditulis ‘novel dewasa, romance, dll. Di toko buku juga genre buku
dipisah sesuai dengan rak masing-masing.”
Iya sih. Tapi siapa yang bisa menjamin anak culun ingusan
tidak ikut membaca? Siapa yang menjamin mereka tidak membeli novel-novel
contemporary romance atau harlequin di tokobuku? Siapa yang menjamin setelah
membaca novel-novel picisan itu mereka kemudian mempraktekannya dengan pacar
mereka.
Setidaknya, saya sangat berharap penerjemah/penerbit tidak
secara mentah-mentah menerjemahkan semua bagian buku jika seandainya buku
tersebut harus tetap diterbitkan dan diterjemahkan. Buang sampahnya, ambil yang
bisa diambil. Jujur, saya sendiri banyak belajar dari kekuatan alur/plot
novel-novel terjemah. Dan memang tidak semuanya jelek.
Lembaga Sensor buku juga dibutuhkan untuk mencounter
paham-paham menyimpang, nyeleneh dan sesat. Sehingga dengan adanya lembaga ini,
aliran sesat dan nyeleneh tidak berani menerbitkan buku dan memasarkannya
kepada khalayak ramai.
Nah, bagaimana, apakah kamu setuju?
No comments:
Post a Comment