24 May 2019

Allah Cukup Bagiku


Tidak ada akhir yang menyedihkan bagi mereka yang yakin kepada Allah.

Tawakkal adalah merelakan sepenuhnya segala sesuatu yang kamu cintai, namun dengan keyakinan bahwa Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik.

Kamu bisa merasa tenang di pesawat terbang meskipun kamu tidak mengenal pilotnya. Kamu bisa merasa tenang di kapal meskipun kamu tidak mengenal sang kapten. Kamu bisa merasa tenang di bus meski tidak tahu sopirnya. Lalu mengapa kamu tidak merasa tenang dalam hidup padahal kamu tahu bahwa Allah yang mengendalikannya?

Ketika kita berada di pesawat terbang, apakah kita merasa khawatir? Kebanyakan kita tentu akan merasa tenang walaupun kita tidak tahu siapa pilot yang mengendalikan pesawat tersebut. Kita juga tidak tahu sejauh mana kemampuan pilot itu dalam mengendalikan pesawat. Tapi kita percaya bahwa pilot itu cukup kapabel. Begitu juga ketika kita berada di kapal. Kita merasa tenang meskipun tidak tahu siapa kapten yang mengendalikan kapal. Ketika kita berada di bus, kita tenang meski tidak tahu siapa sopirnya.

Lalu seberapa sering kita merasa tidak tenang dalam hidup kita. kita merasa khawatir menatap masa depan kita dengan alasan bahwa masa depan kita bisa saja suram dan menyedihkan. Kita merasa resah dengan karir yang tidak menanjak, uang yang selalu tak cukup dan segala keinginan yang belum tercapai. Kenapa kita tidak merasa tenang, padahal Allah yang mengendalikan hidup kita. Jika kita merasa tenang ketika menaiki pesawat, kapal dan bus tanpa kita tahu siapa pilot, kapten dan sopirnya, lalu kenapa sikap kita kepada Allah subhanahu wata'ala berbeda. Bukankah Allah subhanahu wata'ala sebagai pengendali dan pengatur hidup kita?

Ketika kita yakin pada kuasa Allah subhanahu wata'ala, maka kita akan mendapati bahwa hati kita tenang dan jauh dari gundah gulana. Tidak peduli dalam kondisi lapang atau sempit, dalam kondisi bahagia atau sengsara, kita akan selalu menyandarkan jiwa kita kepada Allah subhanahu wata'ala. Urusan ini bukan karena soal segala sesuatu berjalan baik-baik saja. Akan tetapi ini soal tentang tetap merasa baik-baik saja tanpa peduli bagaimana pun keadaannya. Karena apa ini bisa terjadi? Karena dia bertawakal kepada Allah subhanahu wata'ala.

Tawakkal adalah memiliki keyakinan penuh bahwa Allah akan menjaga, bahkan di saat segala sesuatu terlihat tidak mungkin sekalipun. Dia yakin dengan apa yang telah Allah subhanahu wata'ala firmankan di dalam al-Quran,

Dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (Q.S Al-Ahzab: 3)

Mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah selama ini kita sering merasakan gundah gulana, resah, gelisah dan sedih yang berkepanjangan sehingga seakan-akan kita adalah orang yang paling menderita di muka bumi? Barangkali rasa itu timbul karena kita jauh dari Allah subhanahu wata'ala dan tidak menyandarkan urusan hidup kita kepada-Nya. Jika memang benar demikian keadaannya, maka segeralah kembali kepada Allah subhanahu wata'ala dengan kepasrahan dan ketawakalan yang purna.

Betapa kita sering mendengar berita tentang orang yang bunuh diri karena tekanan hidup. Baik itu dengan bunuh diri dengan menenggak racun, menggantung diri, membakar diri atau menjatuhkan diri ke jurang atau dari atas bangunan dan lain semacamnya. Betapa kita bertanya-tanya bahwa betapa sempitnya pola pikir mereka yang mengahiri hidup mereka dengan menjemput kematian. Bahkan ada beberapa kasus yang terkesan konyol. Misal, bunuh diri karena diputus pacar atau karena tidak lulus ujian di sekolah.

Mari kita tinggalkan tentang berita bunuh diri, sekarang kita lihat data tentang Negara yang paling banyak kasus bunuh dirinya.

Sebagaimana dikutip BBC, Jepang dan Korea Selatan, dua Negara yang dijuluki macan Asia adalah Negara yang tingkat bunuh dirinya tinggi. Tak ketinggalan Amerika serikat juga tercatat sebagai Negara yang tingkat kasus bunuh dirinya tinggi.

Sementara itu laman Kompas menyatakan bahwa kebanyakan kasus bunuh diri di Jepang terjadi karena merasa terisolasi dari lingkungan sosial dan karena masalah keuangan. Sementara di Korea Selatan para pelaku bunuh diri cenderung berasal dari public figure seperti selebriti, dan anak muda yang sukses dalam karir dan orang-orang yang punya jabatan penting. Bunuh diri juga ditemukan di kalangan pelajar dan orang lanjut usia. Menurut Hwang San-Min, psikolog di Universitas Yonsei, Seoul, kecenderungan bunuh diri di kalangan orang-orang terkenal yang masih muda umumnya karena tekanan karir dan popularitas.

Sementara itu di Amerika serikat kasus bunuh diri kebanyakan karena masalah keuangan dan hubungan yang tidak harmonis.

Dari data-data itu kita kemudian bertanya-tanya, bagaimana mungkin Negara-negara yang kita anggap sebagai Negara maju memiliki angka bunuh diri yang tinggi? Apakah kemajuan ekonomi dan teknologi tidak cukup membuat mereka bahagia? Saya tidak ingin menghakimi, tapi mau tidak mau saya harus mengungkapkan bahwa kita meyakini tiga Negara yang kita sebut di awal tidak kita anggap sebagai Negara yang religious. Sebaliknya, kita tidak menemukan tingginya kasus bunuh diri pada Negara-negara yang terlihat religious. Meskipun PBB menggolongkan Negara-negara tersebut sebagai Negara berkembang (sebutan halus untuk Negara yang tidak atau kurang maju).

Dari sini kita bisa memahami bahwa kebahagiaan, ketentraman dan penerimaan akan kehidupan yang dijalani sejalan dengan nilai ketawakalan dan kepasrahan kepada Allah subhanahu wata'ala sebagai Pengatur kehidupan itu sendiri.

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment