Perang urat syaraf dan kegaduhan telah kita saksikan
semenjak beberapa bulan yang lalu. Antara dua kubu saling serang dan saling
menjatuhkan. Tidak di media sosial, tidak ditelevisi, tidak di warung-warung
kopi, semua berdebat dan saling mengejek. Sepertinya, pemilu kali ini adalah
pemilu tergaduh dan terumit sepanjang sejarah perjalanan pemilu indonesia.
Pemilu kali ini mencuat ke permukaan menjadi isu yang santer antara perjuangan
golongan islamis dengan sekuler. Meski senyatanya, paslon 01 (yang sekarang
disinyalir menjadi pemenang) juga menggandeng ulama untuk meraup suara ummat
(wabil khusus warga nadhiyin), tetap saja kesan yang ditimbulkan begitu adanya.
sehingga pancasila dibenturkan dengan
khilafah, isu komunis mencuat dan ketegangan semakin tak terbendung.
Saya selalu pendukung Prabowo menyadari bahwa usaha
terkadang tidak sesuai dengan harapan. Jikapun Prabowo kalah, itu tidak akan
membuat saya putus harapan. Jika Jokowi menang, maka itu sudah takdir yang telah
digariskan.
Bagi saya, mendukugn Prabowo adalah perwujudan dari
deklarasi para ulama hanif yang menginginkan masa depan indonesia yang lebih
baik. Saya melihat bahwa ulama-ulama hanif itu datang dan bersuara untuk
kepentingan umat islam. Siapa yang tidak kenal Aa Gym yang santun, Ust. Abdus
shomad yang kocak, Ust Adi Hidayat yang kapabel, Ust, Bachtiar Nasir yang
tegas, Ust, Arifin Ilham yang menyejukan, Ust. Felix yang bernas, Ust. Hanan
Attaki yang gaul, Ust Salim yang bijak dan Ustadz-ustadz lainnya. Saya yakin
mereka tidak salah dalam menempatkan harap dan mengeluarkan nasihat.
Tersebab itulah saya mendukung Prabowo. Karena saya berdiri
di belakang kalam-kalam ulama dan ustadz yang terhormat. Saya berdiri di
belakang barisan yang hanif dalam bimbingan ilahi. Terlepas Prabowo kalah atau
menang itu urusan nanti.
Tapi ada tanda-tanda Prabowo kalah. Bagaimana? Saya
tegaskan, saya BERTAWAKAL KEPADA ALLAH, BUKAN KEPADA PRABOWO. Jika Allah
berkehendak menghancurkan negeri ini dengan jalan penguasanya, maka hancurlah. Hanya
saja, akankah kita diam? Tidak. Meski kita harus leghowo menerima kembali
presiden yang sama untuk lima tahun kedepan, kita tidak akan surut dalam doa.
Moga Allah menjaga negeri kita dari angkara penguasa durjana.
Tak putus doa untuk negeri tercinta.
No comments:
Post a Comment