Tidak setiap pembaca adalah penulis, tapi setiap penulis pasti seorang pembaca yang ulung.
Seringkali terlontar tanya kepada saya, 'Bagaimana supaya kita bisa menulis?'
Jawabnya banyaklah membaca. Karena jika tidak membaca, apa yang akan kau tulis, kemudian bagaimana kau memahami tulisan yang bagus jika kau tidak pernah belajar dari tulisan lain?
Maka mustahil menjadi penulis jika membaca saja menjadi beban.
Penulis adalah pengamat sekaligus peniru. Pada intinya, kita sedang mengawasi dunia, mendengarkan, merasakan dan kemudian menerjemahkan dan mengungkapkan semua yang telah kita lihat, dengar dan rasa dengan menggunakan media bernama bahasa. Sehingga dengan bahasa itu kita bisa bercerita kepada yang lainnya. Kita adalah penulis sekaligus pembaca.
Oleh karena itulah kita cenderung menulis apa yang kita tahu.
Seorang dibangun dari input informasi yang masuk ke dalam pikiran kemudian
melahirkan output berupa tulisan. Input terbanyak bagi seorang penulis selain
pengalaman dan tontonan adalah apa yang dia baca. Oleh karena itulah, jika kamu
ingin menjadi seorang penulis, syarat utamanya adalah harus banyak membaca. Perhatikan
apa saja buku yang telah kau baca, maka sejauh itu aku bisa menebak sejauh mana
kemampuanmu dalam menulis. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin tinggi
kemampuan menulisnya dengan kekayaan kosakata yang purna.
Lebih dari itu terkadang kita terinspirasi dari penulis-penulis
yang pernah kita baca. Kita ingin meniru kesuksesan mereka berkubang dalam
media dan seni berbahasa.
Penulis Adalah Pembaca
Ada ungkapan bahwa ‘penulis adalah pembaca’. Dan saya sendiri
sering mengalami hal ini. Ambil contoh, kita sangat menyukai sebuah cerita dari
novel favorit kita. kemudian kita memiliki ide di kepala kita sendiri. cerita
yang berbeda dan unik dibanding apa yang kita baca. Kemudian kita
menuliskannya. Orang lain membaca karya kita dan dia juga memiliki kisah yang
berbeda dengan kita dan menulisnya. Begitulah seterusnya. Setiap penulis adalah
peniru dan pembelajar dari tulisan-tulisan yang lahir sebelumnya. Inilah sebabnya
kenapa dunia sastra selalu berkembang dari waktu ke waktu.
Jika kamu mengakui dirimu sebagai penulis, maka bisa dipastikan
kamu seorang kutubuku yang sangat antusias menghabiskan waktumu untuk membaca
buku. Dan sebagian besar penulis memang menggunakan literature mereka untuk
mencari inspirasi.
Setiap buku yang kita baca akan memengaruhi tulisan yang lahir dari
tangan kita. sehingga banyak membaca menjadi kunci sejauh mana kualitas tulisan
kita.
Ada penulis yang hanya berkutat pada satu genre, ada juga penulis
yang piawai bercerita dalam berbagai genre. Kita bisa menebak bahwa seseorang
yang berkutat pada satu genre, itu artinya dia memang hanya membaca buku yang
spesifik. Atau dia membaca banyak genre, tapi sudah terlalu nyaman untuk
menulis di genre andalannya. Tapi ada penulis yang piawai berganti-ganti genre.
Saya mengambil contoh seorang penulis indonesia Iwok Abkari. Dia seorang
penulis yang produktif menghasilkan karya dari berbagai genre. Mulai dari novel
anak-anak, remaja, dewasa dan komedi. Ketika saya tanya, apa rahasianya
sehingga dia bisa berganti genre. Jawabannya membaca banyak genre.
“Ketika saya ingin menulis fiksi anak, maka sebelumnya saya sudah
membaca beberapa buku fiksi anak untuk mendukung suasana bahasa saya. Sehingga otak
saya mendapat pemicu.” Begitu tutur kang Iwok ketika saya mengikuti seminarnya
dalam Festival Film Tasikmalaya empat tahun yang lalu.
Sumber gambar: https://appreciategoods.com/best-relationship-books/
No comments:
Post a Comment