5 Mar 2019

Penulis adalah Pembaca


Tidak setiap pembaca adalah penulis, tapi setiap penulis pasti seorang pembaca yang ulung.

Seringkali terlontar tanya kepada saya, 'Bagaimana supaya kita bisa menulis?'

Jawabnya banyaklah membaca. Karena jika tidak membaca, apa yang akan kau tulis, kemudian bagaimana kau memahami tulisan yang bagus jika kau tidak pernah belajar dari tulisan lain? 
Maka mustahil menjadi penulis jika membaca saja menjadi beban.

Penulis adalah pengamat sekaligus peniru. Pada intinya, kita sedang mengawasi dunia, mendengarkan, merasakan dan kemudian menerjemahkan dan mengungkapkan semua yang telah kita lihat, dengar dan rasa dengan menggunakan media bernama bahasa. Sehingga dengan bahasa itu kita bisa bercerita kepada yang lainnya. Kita adalah penulis sekaligus pembaca.

Oleh karena itulah kita cenderung menulis apa yang kita tahu. Seorang dibangun dari input informasi yang masuk ke dalam pikiran kemudian melahirkan output berupa tulisan. Input terbanyak bagi seorang penulis selain pengalaman dan tontonan adalah apa yang dia baca. Oleh karena itulah, jika kamu ingin menjadi seorang penulis, syarat utamanya adalah harus banyak membaca. Perhatikan apa saja buku yang telah kau baca, maka sejauh itu aku bisa menebak sejauh mana kemampuanmu dalam menulis. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin tinggi kemampuan menulisnya dengan kekayaan kosakata yang purna.

Lebih dari itu terkadang kita terinspirasi dari penulis-penulis yang pernah kita baca. Kita ingin meniru kesuksesan mereka berkubang dalam media dan seni berbahasa.

Penulis Adalah Pembaca

Ada ungkapan bahwa ‘penulis adalah pembaca’. Dan saya sendiri sering mengalami hal ini. Ambil contoh, kita sangat menyukai sebuah cerita dari novel favorit kita. kemudian kita memiliki ide di kepala kita sendiri. cerita yang berbeda dan unik dibanding apa yang kita baca. Kemudian kita menuliskannya. Orang lain membaca karya kita dan dia juga memiliki kisah yang berbeda dengan kita dan menulisnya. Begitulah seterusnya. Setiap penulis adalah peniru dan pembelajar dari tulisan-tulisan yang lahir sebelumnya. Inilah sebabnya kenapa dunia sastra selalu berkembang dari waktu ke waktu.

Jika kamu mengakui dirimu sebagai penulis, maka bisa dipastikan kamu seorang kutubuku yang sangat antusias menghabiskan waktumu untuk membaca buku. Dan sebagian besar penulis memang menggunakan literature mereka untuk mencari inspirasi.

Setiap buku yang kita baca akan memengaruhi tulisan yang lahir dari tangan kita. sehingga banyak membaca menjadi kunci sejauh mana kualitas tulisan kita.

Ada penulis yang hanya berkutat pada satu genre, ada juga penulis yang piawai bercerita dalam berbagai genre. Kita bisa menebak bahwa seseorang yang berkutat pada satu genre, itu artinya dia memang hanya membaca buku yang spesifik. Atau dia membaca banyak genre, tapi sudah terlalu nyaman untuk menulis di genre andalannya. Tapi ada penulis yang piawai berganti-ganti genre.

Saya mengambil contoh seorang penulis indonesia Iwok Abkari. Dia seorang penulis yang produktif menghasilkan karya dari berbagai genre. Mulai dari novel anak-anak, remaja, dewasa dan komedi. Ketika saya tanya, apa rahasianya sehingga dia bisa berganti genre. Jawabannya membaca banyak genre.

“Ketika saya ingin menulis fiksi anak, maka sebelumnya saya sudah membaca beberapa buku fiksi anak untuk mendukung suasana bahasa saya. Sehingga otak saya mendapat pemicu.” Begitu tutur kang Iwok ketika saya mengikuti seminarnya dalam Festival Film Tasikmalaya empat tahun yang lalu.

Sumber gambar: https://appreciategoods.com/best-relationship-books/
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment