5 Mar 2019

Kutipan Tentang Kematian

Kita sibuk membangun kehidupan dunia yang akan kita tinggalkan. Dan kita tak sadar merobohkan bangunan akhirat dengan kemaksiatan dan kefajiran padahal disitulah kita akan tinggal selamanya. Segalanya kita kerahkan untuk meraup sekeping kenikmatan dunia, yang nilainya tak lebih dari setetes air yang merembes dari sela-sela jemari kita yang baru diangkat dari samudera, bila dibanding dengan samudera itu sendiri.

Dunia adalah fatamorgana. Dibawah bayang-bayang fatamorgana itulah kita bernaung dan menanti peluit kematian.

Wahai manusia, panah kematian dibidikkan ke dadamu, maka waspadailah ia. Jebakan harapan dipasang di depanmu sehingga hati-hatilah dengannya. Ujian kehidupan dunia telah mengelilingimu, maka hindarilah kegagalannya di dalamnya. Jangan tersesat dengan kondisi baikmu, karena ia akan lenyap.

Kehidupan dunia dan akhirat di hati seorang manusia seperti dua skala timbangan. Ketika salahsatunya menjadi berat, yang lain akan menjadi ringan.

Nafsu itu satu saja, tapi kemauannya tak terkendali. Nyawa itu selalu penuh angan, padahal kematian terbentang di hadapan dan mengintai dari semua sisi. Tak berakhir pinta dan angan hingga sejarah menghentikannya.

Aku pernah menjumpai beberapa orang yang tidak pernah bahagia karena mendapatkan kenikmatan dunia dan tidak pernah menyesal ketika kehilangan (al-Hasan dalam Hilyat Auliya)

Bagaimana aku tidak mencintai dunia? Di dunia ini kebutuhan panganku telah diperhitungkan, yang dengannya aku bisa mendapatkan kehidupan, yang dengan kehidupan itu aku memahami sebuah ketaatan, dengan ketaatan aku bisa mendapatkan surga (Jami al-Ulum wal Hikam)

Sesungguhnya dunia ini adalah surga bagi orang kafir dan penjara bagi orang beriman. Perumpamaan seorang mukmin saat mati adalah bagaikan seorang yang dulu berada di dalam penjara kemudian dibebaskan dari penjara itu. sehingga dia pun menjadi bebas kesana kemari dan mendapatkan keleluasaan di muka bumi (Abdullah bin Umar)

6 syarat menggapai surga dan menghindari neraka
Pertama, mengenal Allah, kemudian mentaatinya
Kedua, mengenal setan kemudian mengingkarinya
Ketiga, mengenal kebenaran, kemudian mengikutinya
Keempat, mengenal kesalahan kemudian menghindarinya
Kelima, mengetahui akhirat lalu mengejarnya
Keenam, mengetahui dunia lalu meninggalkannya

Wuhaib bin al-Ward berkata, “Janganlah kamu mengutuk iblis di tengah keramaian, namun menjadikannya sebagai teman di kala sendirian (Shifat ash-Shafwah 1/422)

Sesungguhnya kebutuhkan orang kaya dan miskin saat dia mati adalah sama, yaitu selembar kain kafan. Hanya kain kafan. Tetapi bisa saja mereka berbeda di dalam kubur. Apakah kubur itu menjadi taman surga atau justru menjadi lubang neraka.

Fudhail bin Iyadh, “Sesungguhnya kemarin adalah pelajaran, hari ini adalah amalan, dan besok adalah harapan (siyar a’lam an-Nubala)


Aku saksikan para pencari dunia
Meski panjang umurnya
Mendapatkan segalanya; kesenangan dan kenikmatan rasa
Tak ubahnya seorang yang membangun
Hingga bangunan itu didirikan
Ketika sudah berdiri kokoh
Bangunan itu roboh

Sesungguhnya mahar untuk masuk surga adalah meninggalkan dunia (Tanbih al-Ghafilin)

4 Pilar tawakal
Ada orang bertanya kepada Hatim al-Asham, “Atas dasar apa Anda bertawakal?”
Hatim menjawab, “Atas empat hal. Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan dimakan orang lain, maka tenteramlah jiwaku; aku tahu bahwa amalku tidak akan bisa dikerjakan oleh orang lain, maka aku pun disibukkannya; aku tahu bahwa kematian akan datang dengan tiba-tiba, maka aku segera menyiapkannya; aku tahu bahwa diriku tidak akan lepas dari pengawasan Allah, maka aku merasa malu kepada-Nya.”

Bekerjalah untuk kehidupan duniamu sebanding dengan panjang kehidupan Anda di dunia dan beramallah untuk akhiratmu sebanding dengan panjang kehidupan Anda di akhirat (Hilyat al-Auliya)
Wahab bin Munabbih berkata, “Perumpamaan dunia dan akhirat seperti dua istri. Jika kamu menyenangkan salahsatuna, maka kamu akan membuat cemburu yang lain.”
(Hilyat al-Auliya)

Diriwayatkan dari Dhirar bin Murrah, bahwa Iblis berkata, “Jika aku berhasil menggoda manusia melakukan tiga hal, maka itulah segala yang aku butuhkan. Pertama, membuatnya lupa akan dosa. Kedua, menganggap amal baiknya terlalu banyak, dan Ketiga, berbangga dengan pendapatnya (Shifat ash-Shafwah, 3/116)

Hati-hati terhadap kehidupan dunia karena sihirnya lebih licik daripada Harut dan Marut. Keduanya hanya menceraikan suami dengan istrinya, sementara dunia telah menceraikan manusia dengan Rabbnya. (Taliyah Ahli al-Mashaib)

Di kehidupan dunia, seorang manusia ibarat seorang tahanan. Ia melakukan yang terbaik untuk kebebasannya. Dan ia tidak merasa aman sampai dia bertemu Rabb-nya (al-Hasan)
Kehidupan dunia hanya bisa disamakan dengan orang yang tidur. Dalam mimpinya ia melihat hal-hal yang dia senangi sekaligus yang dibenci. Ketika sedang menikmatinya tiba-tiba terbangun (Yunus bin Ubaid)

Nafsu itu bagaimana kita memperlakukannya. Jika diumpani, ia menagih yang lebih dan yang lain di kesempatan yang lain. Jika tidak, maka dia akan diam saja.

Segala yang tidak diniati untuk mencari keridhoan Allah, akan lenyap (Muhammad bin al-Hanafiyah)
Wahai manusia, siapkan dirimu untuk akhirat. Taatilah Allah sesuai kadar keperluanmu kepada-Nya dan marahlah kepada-Nya sesuai tingkat kemampuanmu untuk bersabar menghuni neraka (Abdullah bin Mubarak)

Mendatangi dunia adalah mudah, namun selamat darinya sangatlah sulit (Fudhail bin Iyadh)
Barangsiapa mengetahui kehidupan dunia ini, maka tidak akan merasa bahagia ketika kaya, dan tidak susah ketika menderita (Abu Hazim)


Tersebut dalam sebagian riwayat bahwa ada seorang Nabi dari nabi-nabi Allah subhanahu wata'ala, berkata kepada Malaikat Maut, apakah engkau memiliki para utusan yang engkau kirimkan dari sisi engkau agar menjadi peringatan bagi manusia?”

Malaikat tersebut menjawab, “Benar, demi Allah di sisiku ada banyak utusan; penyakit, uban, kesedihan, berubahnya pendengaran dan penglihatan.”

Allah subhanahu wata'ala berfirman,
“Dan (apakah tidak) datang kepadamu pemberi peringatan.” (Fathir (35):37)
Sebagian ulama mengatakan bahwa maksud dari pemberi peringatan dari ayat di atas adalah al-Quran. Ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah para Rasul. Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan, “Ia adalah uban.”

Ajal itu pasti, khusnul khatimah itu pilihan.

Seorang mukmin melihat dosanya seolah-olah dia duduk di sisi gunung yang dia takut gunung itu akan runtuh menimpanya (HR. Bukhori)

Anas bin Malik berkata, “Kalian melakukan amalan yang kalian anggap lebih kecil dari rambut, padahal kami menganggapnya sebagai dosa besar di zaman nabi.” (Bukhori)

Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka dia akan dimuliakan dengan tiga hal; disegerakan taubatnya, qana’ah (merasa cukup dengan pemberian yang ada padanya) dalam hatinya, semangat dalam beribadah. Dan barangsiapa yang melupakan kematian, maka dia akan ditimpa tiga hal; ditangguhkan taubatnya, tidak ridha (tidak merasa cukup) dengan pemberian yang ada dan bermalas-malasan dalam beribadah (ad-Daqaq)

Diantara tipu daya setan adalah dia merayu manusia untuk menunda taubatnya. ‘Aku akan bertaubat nanti’ adalah satu diantara godaan setan yang mengerikan.

Perumpamaan orang yang beriman –yang bertaubat kepada Alloh dari setiap dosa setiap saat- dan orang yang menunda tobatnya, seperti sekelompok orang yang melakukan perjalanan memasuki sebuah desa. Orang beriman akan membeli apa pun yanag akan membantu mereka selama dalam perjalanannya dan menunggu hari saat dia harus meninggalkan desa tersebut. Sementara si ceroboh akan mengatakan, “Aku akan bersiap-siap besok.” Kemudian pemimpin rombongan mengumumkan waktu berangkat secara tiba-tiba. Si ceroboh tidak memiliki bekal apa pun untuk melanjutkan perjalanan.

Aku heran kepada orang yang sedih karena kekurangan harta benda, namun tidak sedih karena umurnya berkurang. Aku juga heran kepada orang yang ditinggalkan dunia dan akhirat menyambutnya, namun justru dia disibukan dengan dunia yang meninggalkannya dan mengabaikan akhirat yang menyambutnya.

Jadikan dunia seperti hari dimana kamu melakukan puasa kemudian berbuka pada saatnya nanti (Daud ath-Tha’i


Kesedihan bagi orang beriman itu ada lima
Pertama, kesedihan karena dosa-dosa yang telah lalu. Alasannya dia telah berbuat dosa, namun belum jelas turunnya ampunan kepadanya, maka dia layak bersedih dan kalut.
Kedua, kesedihan karena berbuat kebaikan, namun belum pasti apakah kebaikannya itu diterima atau tidak.
Ketiga, kesedihan karena menyadari hidupnya yang telah lewat, tapi tidak tahu bagaimana nasib setelahnya
Keempat, kesedihan karena dia sadar Allah memiliki dua alam untuknya, surga dan neraka. Sementara dia belum tahu alam mana yang akan dia tuju
Kelima, kesedihan karena tidak tahu apakah Allah ridho atau marah kepadanya.

Barangsiapa yang menyibukan dirinya dengan satu kesibukan dunia, maka dunia akan datang dengan sepuluh pintu kesibukan setelahnya. Oleh karena itu, sibukan dirimu dengan akhirat dan jangan jadi budak dunia seutuhnya.

Dunia itu, halalnya perhitungan dan haramnya adalah neraka. (Ali bin Abi Thalib)

Segala keinginan orang beriman akan dicapai di akhirat, dan segala yang ada di kehidupan dunia ini mengingatkannya kepada akhirat. Kita melihat misalnya, ketika sekelompok pengrajin memasuki sebuah rumah. tiap-tiap mereka memperhatikan rumah yang menjadi bagian keahliannya. Tukang kayu melihat pintu dan jendela, tukang bangunan melihat dinding, desain interior melihat sprei dan gorden. Sedangkan, orang beriman yang melihat kegelapan, dia akan ingat alam kubur, ketika melihat pemandangan yang menyakitkan dia ingat siksa neraka, ketika dia melihat taman dia ingat surga dengan segala kenikmatannya. Ketika dia melihat orang yang tidur, dia teringat mayat di alam kubur dan seterusnya.

Pencinta dunia tidak akan pernah membenci dunia, karena dunia telah memberi kenikmatan yang semu. Pencinta akhirat juga tidak pernah membenci dunia, karena dunia adalah tempat bercocok tanam untuk kehidupan akhiratnya.

Siapa yang memilih dunia, maka dia tidak memiliki akhirat. Siapa yang memilih akhirat, dia akan mendapatkan dunia dan akhiratnya.

Zuhud di dunia adalah dengan tidak bersedih karena kehilangan sesuatu di dunia dan tidak terlalu senang dengan sesuatu yang didapatkan di dunia (Wuhaib bin al-Ward)

Kita tidak diciptakan untuk binasa, kita diciptakan untuk menjadi jiwa pengembara. Kita dipindahkan dari satu alam kea lam yang lain. Dari tulang belakang ke rahim. Dari rahim ke alam dunia, dari dunia ke alam kubur, dari kubur menuju kebangkitan, dari kebangkitan menuju pengadilan, dan pengadilan membawa kepada terminal akhir, surga dan neraka. Dan ujung dari pengembaraan kita adalah kekekalan.

Hati-hatilah terhadap murka Allah dalam tiga hal;
Pertama, melanggar larangannya dan mengabaikan perintahnya
Kedua, tidak puas dengan apa yang ditetapkan Allah dalam takdir kita
Ketiga, marah kepada Allah karena tidak mendapatkan keuntungan dunia
(Siyar a’lam an-Nubala)

Barang dagangan akhirat adalah barang yang tidak laku. Maka carilah ia sebanyak-banyaknya saat ia tidak laku, karena jika tiba masa larisnya, engkau tidak akan mampu mendapatkannya, sedikit atau banyak (Salamah bin Dinar)

Inilah kehidupan dunia. Manusia memakan makanannya dan mengonsumsinya, memakai pakaian dan melepaskannya, menumpahkan darah untuknya, menganggap halal larangan dan memutus tali persaudaraan.

Ayat-ayat
QS. Al-Kahfi ayat 45
Thaha [20]: 131

Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment