Dunia adalah fatamorgana. Dibawah bayang-bayang fatamorgana
itulah kita bernaung dan menanti peluit kematian.
Wahai manusia, panah kematian dibidikkan ke dadamu, maka
waspadailah ia. Jebakan harapan dipasang di depanmu sehingga hati-hatilah
dengannya. Ujian kehidupan dunia telah mengelilingimu, maka hindarilah
kegagalannya di dalamnya. Jangan tersesat dengan kondisi baikmu, karena ia akan
lenyap.
Kehidupan dunia dan akhirat di hati seorang manusia seperti
dua skala timbangan. Ketika salahsatunya menjadi berat, yang lain akan menjadi
ringan.
Nafsu itu satu saja, tapi kemauannya tak terkendali. Nyawa itu
selalu penuh angan, padahal kematian terbentang di hadapan dan mengintai dari
semua sisi. Tak berakhir pinta dan angan hingga sejarah menghentikannya.
Aku pernah menjumpai beberapa orang yang tidak pernah
bahagia karena mendapatkan kenikmatan dunia dan tidak pernah menyesal ketika
kehilangan (al-Hasan dalam Hilyat Auliya)
Bagaimana aku tidak mencintai dunia? Di dunia ini kebutuhan
panganku telah diperhitungkan, yang dengannya aku bisa mendapatkan kehidupan,
yang dengan kehidupan itu aku memahami sebuah ketaatan, dengan ketaatan aku
bisa mendapatkan surga (Jami al-Ulum wal Hikam)
Sesungguhnya dunia ini adalah surga bagi orang kafir dan
penjara bagi orang beriman. Perumpamaan seorang mukmin saat mati adalah
bagaikan seorang yang dulu berada di dalam penjara kemudian dibebaskan dari
penjara itu. sehingga dia pun menjadi bebas kesana kemari dan mendapatkan
keleluasaan di muka bumi (Abdullah bin Umar)
6 syarat menggapai surga dan menghindari neraka
Pertama, mengenal Allah, kemudian mentaatinya
Kedua, mengenal setan kemudian mengingkarinya
Ketiga, mengenal kebenaran, kemudian mengikutinya
Keempat, mengenal kesalahan kemudian menghindarinya
Kelima, mengetahui akhirat lalu mengejarnya
Keenam, mengetahui dunia lalu meninggalkannya
Wuhaib bin al-Ward berkata, “Janganlah kamu mengutuk iblis
di tengah keramaian, namun menjadikannya sebagai teman di kala sendirian (Shifat
ash-Shafwah 1/422)
Sesungguhnya kebutuhkan orang kaya dan miskin saat dia mati
adalah sama, yaitu selembar kain kafan. Hanya kain kafan. Tetapi bisa saja
mereka berbeda di dalam kubur. Apakah kubur itu menjadi taman surga atau justru
menjadi lubang neraka.
Fudhail bin Iyadh, “Sesungguhnya kemarin adalah pelajaran,
hari ini adalah amalan, dan besok adalah harapan (siyar a’lam an-Nubala)
Aku saksikan para pencari dunia
Meski panjang umurnya
Mendapatkan segalanya; kesenangan dan kenikmatan rasa
Tak ubahnya seorang yang membangun
Hingga bangunan itu didirikan
Ketika sudah berdiri kokoh
Bangunan itu roboh
Sesungguhnya mahar untuk masuk surga adalah meninggalkan
dunia (Tanbih al-Ghafilin)
4 Pilar tawakal
Ada orang bertanya kepada Hatim al-Asham, “Atas dasar apa
Anda bertawakal?”
Hatim menjawab, “Atas empat hal. Aku tahu bahwa rezekiku
tidak akan dimakan orang lain, maka tenteramlah jiwaku; aku tahu bahwa amalku
tidak akan bisa dikerjakan oleh orang lain, maka aku pun disibukkannya; aku
tahu bahwa kematian akan datang dengan tiba-tiba, maka aku segera
menyiapkannya; aku tahu bahwa diriku tidak akan lepas dari pengawasan Allah,
maka aku merasa malu kepada-Nya.”
Bekerjalah untuk kehidupan duniamu sebanding dengan panjang
kehidupan Anda di dunia dan beramallah untuk akhiratmu sebanding dengan panjang
kehidupan Anda di akhirat (Hilyat al-Auliya)
Wahab bin Munabbih berkata, “Perumpamaan dunia dan akhirat
seperti dua istri. Jika kamu menyenangkan salahsatuna, maka kamu akan membuat
cemburu yang lain.”
(Hilyat al-Auliya)
Diriwayatkan dari Dhirar bin Murrah, bahwa Iblis berkata, “Jika
aku berhasil menggoda manusia melakukan tiga hal, maka itulah segala yang aku
butuhkan. Pertama, membuatnya lupa akan dosa. Kedua, menganggap amal baiknya
terlalu banyak, dan Ketiga, berbangga dengan pendapatnya (Shifat ash-Shafwah,
3/116)
Hati-hati terhadap kehidupan dunia karena sihirnya lebih
licik daripada Harut dan Marut. Keduanya hanya menceraikan suami dengan
istrinya, sementara dunia telah menceraikan manusia dengan Rabbnya. (Taliyah
Ahli al-Mashaib)
Di kehidupan dunia, seorang manusia ibarat seorang tahanan. Ia
melakukan yang terbaik untuk kebebasannya. Dan ia tidak merasa aman sampai dia
bertemu Rabb-nya (al-Hasan)
Kehidupan dunia hanya bisa disamakan dengan orang yang
tidur. Dalam mimpinya ia melihat hal-hal yang dia senangi sekaligus yang
dibenci. Ketika sedang menikmatinya tiba-tiba terbangun (Yunus bin Ubaid)
Nafsu itu bagaimana kita memperlakukannya. Jika diumpani, ia
menagih yang lebih dan yang lain di kesempatan yang lain. Jika tidak, maka dia
akan diam saja.
Segala yang tidak diniati untuk mencari keridhoan Allah,
akan lenyap (Muhammad bin al-Hanafiyah)
Wahai manusia, siapkan dirimu untuk akhirat. Taatilah Allah
sesuai kadar keperluanmu kepada-Nya dan marahlah kepada-Nya sesuai tingkat
kemampuanmu untuk bersabar menghuni neraka (Abdullah bin Mubarak)
Mendatangi dunia adalah mudah, namun selamat darinya
sangatlah sulit (Fudhail bin Iyadh)
Barangsiapa mengetahui kehidupan dunia ini, maka tidak akan
merasa bahagia ketika kaya, dan tidak susah ketika menderita (Abu Hazim)
Tersebut dalam sebagian riwayat bahwa ada seorang Nabi dari
nabi-nabi Allah subhanahu wata'ala, berkata kepada Malaikat Maut, apakah engkau
memiliki para utusan yang engkau kirimkan dari sisi engkau agar menjadi
peringatan bagi manusia?”
Malaikat tersebut menjawab, “Benar, demi Allah di sisiku ada
banyak utusan; penyakit, uban, kesedihan, berubahnya pendengaran dan
penglihatan.”
Allah subhanahu wata'ala berfirman,
“Dan (apakah tidak) datang kepadamu pemberi peringatan.”
(Fathir (35):37)
Sebagian ulama mengatakan bahwa maksud dari pemberi
peringatan dari ayat di atas adalah al-Quran. Ada pula yang mengatakan bahwa ia
adalah para Rasul. Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan, “Ia adalah uban.”
Ajal itu pasti, khusnul khatimah itu pilihan.
Seorang mukmin melihat dosanya seolah-olah dia duduk di sisi
gunung yang dia takut gunung itu akan runtuh menimpanya (HR. Bukhori)
Anas bin Malik berkata, “Kalian melakukan amalan yang kalian
anggap lebih kecil dari rambut, padahal kami menganggapnya sebagai dosa besar
di zaman nabi.” (Bukhori)
Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka dia akan
dimuliakan dengan tiga hal; disegerakan taubatnya, qana’ah (merasa cukup dengan
pemberian yang ada padanya) dalam hatinya, semangat dalam beribadah. Dan barangsiapa
yang melupakan kematian, maka dia akan ditimpa tiga hal; ditangguhkan taubatnya,
tidak ridha (tidak merasa cukup) dengan pemberian yang ada dan bermalas-malasan
dalam beribadah (ad-Daqaq)
Diantara tipu daya setan adalah dia merayu manusia untuk
menunda taubatnya. ‘Aku akan bertaubat nanti’ adalah satu diantara godaan setan
yang mengerikan.
Perumpamaan orang yang beriman –yang bertaubat kepada Alloh
dari setiap dosa setiap saat- dan orang yang menunda tobatnya, seperti
sekelompok orang yang melakukan perjalanan memasuki sebuah desa. Orang beriman
akan membeli apa pun yanag akan membantu mereka selama dalam perjalanannya dan
menunggu hari saat dia harus meninggalkan desa tersebut. Sementara si ceroboh
akan mengatakan, “Aku akan bersiap-siap besok.” Kemudian pemimpin rombongan
mengumumkan waktu berangkat secara tiba-tiba. Si ceroboh tidak memiliki bekal
apa pun untuk melanjutkan perjalanan.
Aku heran kepada orang yang sedih karena kekurangan harta
benda, namun tidak sedih karena umurnya berkurang. Aku juga heran kepada orang
yang ditinggalkan dunia dan akhirat menyambutnya, namun justru dia disibukan
dengan dunia yang meninggalkannya dan mengabaikan akhirat yang menyambutnya.
Jadikan dunia seperti hari dimana kamu melakukan puasa
kemudian berbuka pada saatnya nanti (Daud ath-Tha’i
Kesedihan bagi orang beriman itu ada lima
Pertama, kesedihan karena dosa-dosa yang telah lalu. Alasannya
dia telah berbuat dosa, namun belum jelas turunnya ampunan kepadanya, maka dia
layak bersedih dan kalut.
Kedua, kesedihan karena berbuat kebaikan, namun belum pasti
apakah kebaikannya itu diterima atau tidak.
Ketiga, kesedihan karena menyadari hidupnya yang telah
lewat, tapi tidak tahu bagaimana nasib setelahnya
Keempat, kesedihan karena dia sadar Allah memiliki dua alam
untuknya, surga dan neraka. Sementara dia belum tahu alam mana yang akan dia
tuju
Kelima, kesedihan karena tidak tahu apakah Allah ridho atau
marah kepadanya.
Barangsiapa yang menyibukan dirinya dengan satu kesibukan
dunia, maka dunia akan datang dengan sepuluh pintu kesibukan setelahnya. Oleh karena
itu, sibukan dirimu dengan akhirat dan jangan jadi budak dunia seutuhnya.
Dunia itu, halalnya perhitungan dan haramnya adalah neraka.
(Ali bin Abi Thalib)
Segala keinginan orang beriman akan dicapai di akhirat, dan
segala yang ada di kehidupan dunia ini mengingatkannya kepada akhirat. Kita melihat
misalnya, ketika sekelompok pengrajin memasuki sebuah rumah. tiap-tiap mereka
memperhatikan rumah yang menjadi bagian keahliannya. Tukang kayu melihat pintu
dan jendela, tukang bangunan melihat dinding, desain interior melihat sprei dan
gorden. Sedangkan, orang beriman yang melihat kegelapan, dia akan ingat alam
kubur, ketika melihat pemandangan yang menyakitkan dia ingat siksa neraka,
ketika dia melihat taman dia ingat surga dengan segala kenikmatannya. Ketika dia
melihat orang yang tidur, dia teringat mayat di alam kubur dan seterusnya.
Pencinta dunia tidak akan pernah membenci dunia, karena
dunia telah memberi kenikmatan yang semu. Pencinta akhirat juga tidak pernah
membenci dunia, karena dunia adalah tempat bercocok tanam untuk kehidupan
akhiratnya.
Siapa yang memilih dunia, maka dia tidak memiliki akhirat. Siapa
yang memilih akhirat, dia akan mendapatkan dunia dan akhiratnya.
Zuhud di dunia adalah dengan tidak bersedih karena
kehilangan sesuatu di dunia dan tidak terlalu senang dengan sesuatu yang
didapatkan di dunia (Wuhaib bin al-Ward)
Kita tidak diciptakan untuk binasa, kita diciptakan untuk
menjadi jiwa pengembara. Kita dipindahkan dari satu alam kea lam yang lain. Dari
tulang belakang ke rahim. Dari rahim ke alam dunia, dari dunia ke alam kubur,
dari kubur menuju kebangkitan, dari kebangkitan menuju pengadilan, dan pengadilan
membawa kepada terminal akhir, surga dan neraka. Dan ujung dari pengembaraan
kita adalah kekekalan.
Hati-hatilah terhadap murka Allah dalam tiga hal;
Pertama, melanggar larangannya dan mengabaikan perintahnya
Kedua, tidak puas dengan apa yang ditetapkan Allah dalam
takdir kita
Ketiga, marah kepada Allah karena tidak mendapatkan
keuntungan dunia
(Siyar a’lam an-Nubala)
Barang dagangan akhirat adalah barang yang tidak laku. Maka carilah
ia sebanyak-banyaknya saat ia tidak laku, karena jika tiba masa larisnya,
engkau tidak akan mampu mendapatkannya, sedikit atau banyak (Salamah bin Dinar)
Inilah kehidupan dunia. Manusia memakan makanannya dan
mengonsumsinya, memakai pakaian dan melepaskannya, menumpahkan darah untuknya,
menganggap halal larangan dan memutus tali persaudaraan.
Ayat-ayat
QS. Al-Kahfi ayat 45
Thaha [20]: 131
No comments:
Post a Comment