Saya banyak mendapatkan pelajaran berharga sejak pertama kali
memposting cerita bersambung di grup kepenulisan ‘Komunitas Bisa Menulis’. Jujur,
lewat grup inilah kemampuan menulis saya berkembang. Disamping memperkaya diri
dengan banyak membaca dan berlatih menulis, saya mendapatkan banyak masukan
dari member lain.
Pertama-tama, saya banyak mendapatkan kritik dari member
karena karakter tokoh yang saya hadirkan kurang kuat. Terkadang deskripsi tokoh
tidak singkron dan tidak ajeg. Lebih dari itu, saya sering terjebak pada
setting yang rancu dan data yang minim.
Semua kekacauan itu berangkat dari menulis gaya asal-asalan
tanpa dilengkapi dengan outline, data yang memadai, dan peta penulisan. Lebih dari
itu saya juga tidak menghadirkan profil tokoh secara detail dan menyeluruh.
Oleh karena itu, sejak saat itu saya mulai berpikir untuk
menggarap cerita lebih serius dan tidak grasa-grusu. Mungkin saya membutuhkan
waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Tapi lebih baik lama tapi hasilnya
maksimal, daripada cepat selesai tapi hasilnya amburadul.
Yeap, saya adalah tipe penulis yang seringkali diteror oleh
tuntutan ide yang selalu berdatangan tanpa permisi. Sehingga saya terobsesi
untuk menyelesaikan tulisan secepat yang saya bisa. Masa bodoh dengan
ejaan,masa bodoh dengan struktur cerita. Dan inilah permasalahannya.
Setiap Penulis Harus Memiliki Buku Ide
Ya, terkadang kita memiliki banyak ide dan gagasan yang berletupan di kepala kita. Dan kita berpikir untuk segera mengeksekusinya sebelum ide itu hilang atau basi. Kita merasa kewalahan karena justru proyek menulis yang kemarin belum selesai, hari ini sudah ada ide baru yang mau tak mau harus segera kita tulis.
Disinilah pentingnya kita memiliki buku ‘BANK IDE.’ Buku bank
ide adalah buku catatan untuk memuat semua ide-ide yang bisa bermunculan di
kepala kita tanpa pernah kita duga. Kapan pun dan dimana pun. Mungkin suatu
malam kita menonton acara berita malam dan disana ada berita yang menarik untuk
dijadikan bahan cerita kita, maka segeralah tulis di bank ide. Atau di tengah
perjalanan pulang dari kantor kita menemukan satu ide yang melesat bersama
melajunya komuterline yang membawa kita pulang. Segera tulis saat itu juga. Kalau
bisa tulis dengan detail apa saja isi artikel/cerita tersebut untuk panduan
kita dalam menulis.
Jika kamu terlalu sibuk, kamu cukup menulis garis besar tema
dan alur ceritanya. Dan jika memiliki waktu luang, lengkapi catatanmu dengan
menulis siapa nama tokoh yang cocok untuk ceritamu, bagaimana konflik yang akan
kamu munculkan di dalamnya dan apa pesan yang akan kamu sampaikan lewat cerita
yang nanti akan kamu sajikan. Lengkapi dengan data-data yang memungkinkan,
seperti dengan memasukan kata kunci yang nanti bisa kamu cari di mesin
pencarian google.
Jika semua data sudah dimasukan ke dalam buku ‘bank ide’ maka
itu artinya ide kamu aman dan ‘terikat’ dengan baik. Kamu tidak perlu khawatir
lupa karena kamu tidak langsung mengeksekusinya saat itu juga dengan alasan
kesibukan atau fokus menyelesaikan tulisan/cerita yang belum rampung. Bahkan jika
satu tahun berlalu, ide itu akan tetap ada dengan detailnya. Sewaktu-waktu kamu
pasti memiliki kesempatan untuk menulis dan mengembangkan ide tersebut sesuai
dengan apa yang kamu harapkan.
Percaya nggak, saya sendiri dalam sepekan memiliki paling
tidak dua ide baru yang saya tulis di buku ‘bank ide’ yang saya miliki. Sementara
kemampuan saya adalah menulis satu cerbung paling cepat dalam satu bulan dan
paling lama dalam dua bulan. Dan menulis lima cerpen dalam sebulan. Belum lagi
artikel-artikel lepas yang harus saya tulis untuk blog ini. Bisa dibayangkan berapa
banyak ide yang telah mengendap di buku ‘bank ide’ saya.
Buku ide yang dilengkapi dengan kliping koran sebagai sumber tulisan
Membuat Kartu Pemandu
Terkadang kita merasa kesulitan untuk menulis novel dengan
alur yang rumit. Kita direpotkan oleh beragam tokoh yang lumayan menguras
pikiran ditambah dengan konflik yang kita mainkan membutuhkan data yang tidak
sedikit. Kondisi ini membuat kita kehilangan fokus karena pikiran yang terbagi.
Saya memiliki metode sederhana untuk menulis novel dengan
alur yang rumit dan komplek. Caranya adalah dengan menggunakan kartu pemandu
dan mind maping.
Caranya, buatlah kartu/kertas untuk setiap part, dan
deskripsikan apa yang akan anda tulis di part tersebut. Tulis dan tentukan
hingga part itu berakhir. Dan setelah itu kamu bisa mengolahnya dengan
menggunakan gaya maju-mundur, flash back atau apa pun yang kita anggap bisa
membuat cerita kita menarik.
Selain itu buatlah mind maping untuk memperjelas alur cerita
tersebut. Sehingga kita tidak kehilangan fokus terhadap alur cerita. Sebelum membuat
mind maping, tentukan seperti apa cerita yang akan kamu tulis dan bagaimana
isinya.
Ajukan pertanyaan sambil mencatat. Di mana kisah ini terjadi?
Siapa yang mungkin terpengaruh? Tahun berapa sekarang? Apa yang diinginkan
karakter utama? Apa yang dia takuti? Apa yang salah? Apa yang lebih buruk? Semakin
banyak pertanyaan, maka semakin berkembang novel yang kita tulis. Itu artinya,
semakin bagus jalan cerita yang akan kita buat.
Setelah itu, taruhlah semua catatan di atas meja. Begitu juga
dengan semua kartu part yang sudah kamu tulis sehingga kamu bisa melihat
semuanya dengan sekaligus. Kemudian susun setiap kartu sesuai dengan apa yang kita
harapkan dari jalan cerita. Sehingga cerita tersebut membentuk kronologis yang
padu.
buku ide dengan gaya mind maping
No comments:
Post a Comment