17 Feb 2019

Setiap Penulis Harus Memiliki Buku ‘Bank Ide’


Saya banyak mendapatkan pelajaran berharga sejak pertama kali memposting cerita bersambung di grup kepenulisan ‘Komunitas Bisa Menulis’. Jujur, lewat grup inilah kemampuan menulis saya berkembang. Disamping memperkaya diri dengan banyak membaca dan berlatih menulis, saya mendapatkan banyak masukan dari member lain.

Pertama-tama, saya banyak mendapatkan kritik dari member karena karakter tokoh yang saya hadirkan kurang kuat. Terkadang deskripsi tokoh tidak singkron dan tidak ajeg. Lebih dari itu, saya sering terjebak pada setting yang rancu dan data yang minim.
Semua kekacauan itu berangkat dari menulis gaya asal-asalan tanpa dilengkapi dengan outline, data yang memadai, dan peta penulisan. Lebih dari itu saya juga tidak menghadirkan profil tokoh secara detail dan menyeluruh.

Oleh karena itu, sejak saat itu saya mulai berpikir untuk menggarap cerita lebih serius dan tidak grasa-grusu. Mungkin saya membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Tapi lebih baik lama tapi hasilnya maksimal, daripada cepat selesai tapi hasilnya amburadul.

Yeap, saya adalah tipe penulis yang seringkali diteror oleh tuntutan ide yang selalu berdatangan tanpa permisi. Sehingga saya terobsesi untuk menyelesaikan tulisan secepat yang saya bisa. Masa bodoh dengan ejaan,masa bodoh dengan struktur cerita. Dan inilah permasalahannya.

Tapi sekarang saya tahu bagaimana rahasia mengatasi semua itu.

Setiap Penulis Harus Memiliki Buku Ide

Ya, terkadang kita memiliki banyak ide dan gagasan yang berletupan di kepala kita. Dan kita berpikir untuk segera mengeksekusinya sebelum ide itu hilang atau basi. Kita merasa kewalahan karena justru proyek menulis yang kemarin belum selesai, hari ini sudah ada ide baru yang mau tak mau harus segera kita tulis.

Disinilah pentingnya kita memiliki buku ‘BANK IDE.’ Buku bank ide adalah buku catatan untuk memuat semua ide-ide yang bisa bermunculan di kepala kita tanpa pernah kita duga. Kapan pun dan dimana pun. Mungkin suatu malam kita menonton acara berita malam dan disana ada berita yang menarik untuk dijadikan bahan cerita kita, maka segeralah tulis di bank ide. Atau di tengah perjalanan pulang dari kantor kita menemukan satu ide yang melesat bersama melajunya komuterline yang membawa kita pulang. Segera tulis saat itu juga. Kalau bisa tulis dengan detail apa saja isi artikel/cerita tersebut untuk panduan kita dalam menulis.

Jika kamu terlalu sibuk, kamu cukup menulis garis besar tema dan alur ceritanya. Dan jika memiliki waktu luang, lengkapi catatanmu dengan menulis siapa nama tokoh yang cocok untuk ceritamu, bagaimana konflik yang akan kamu munculkan di dalamnya dan apa pesan yang akan kamu sampaikan lewat cerita yang nanti akan kamu sajikan. Lengkapi dengan data-data yang memungkinkan, seperti dengan memasukan kata kunci yang nanti bisa kamu cari di mesin pencarian google.

Jika semua data sudah dimasukan ke dalam buku ‘bank ide’ maka itu artinya ide kamu aman dan ‘terikat’ dengan baik. Kamu tidak perlu khawatir lupa karena kamu tidak langsung mengeksekusinya saat itu juga dengan alasan kesibukan atau fokus menyelesaikan tulisan/cerita yang belum rampung. Bahkan jika satu tahun berlalu, ide itu akan tetap ada dengan detailnya. Sewaktu-waktu kamu pasti memiliki kesempatan untuk menulis dan mengembangkan ide tersebut sesuai dengan apa yang kamu harapkan.

Percaya nggak, saya sendiri dalam sepekan memiliki paling tidak dua ide baru yang saya tulis di buku ‘bank ide’ yang saya miliki. Sementara kemampuan saya adalah menulis satu cerbung paling cepat dalam satu bulan dan paling lama dalam dua bulan. Dan menulis lima cerpen dalam sebulan. Belum lagi artikel-artikel lepas yang harus saya tulis untuk blog ini. Bisa dibayangkan berapa banyak ide yang telah mengendap di buku ‘bank ide’ saya.

Buku ide yang dilengkapi dengan kliping koran sebagai sumber tulisan

Membuat Kartu Pemandu

Terkadang kita merasa kesulitan untuk menulis novel dengan alur yang rumit. Kita direpotkan oleh beragam tokoh yang lumayan menguras pikiran ditambah dengan konflik yang kita mainkan membutuhkan data yang tidak sedikit. Kondisi ini membuat kita kehilangan fokus karena pikiran yang terbagi.

Saya memiliki metode sederhana untuk menulis novel dengan alur yang rumit dan komplek. Caranya adalah dengan menggunakan kartu pemandu dan mind maping.

Caranya, buatlah kartu/kertas untuk setiap part, dan deskripsikan apa yang akan anda tulis di part tersebut. Tulis dan tentukan hingga part itu berakhir. Dan setelah itu kamu bisa mengolahnya dengan menggunakan gaya maju-mundur, flash back atau apa pun yang kita anggap bisa membuat cerita kita menarik.

Selain itu buatlah mind maping untuk memperjelas alur cerita tersebut. Sehingga kita tidak kehilangan fokus terhadap alur cerita. Sebelum membuat mind maping, tentukan seperti apa cerita yang akan kamu tulis dan bagaimana isinya.

Ajukan pertanyaan sambil mencatat. Di mana kisah ini terjadi? Siapa yang mungkin terpengaruh? Tahun berapa sekarang? Apa yang diinginkan karakter utama? Apa yang dia takuti? Apa yang salah? Apa yang lebih buruk? Semakin banyak pertanyaan, maka semakin berkembang novel yang kita tulis. Itu artinya, semakin bagus jalan cerita yang akan kita buat.

Setelah itu, taruhlah semua catatan di atas meja. Begitu juga dengan semua kartu part yang sudah kamu tulis sehingga kamu bisa melihat semuanya dengan sekaligus. Kemudian susun setiap kartu sesuai dengan apa yang kita harapkan dari jalan cerita. Sehingga cerita tersebut membentuk kronologis yang padu. 

buku ide dengan gaya mind maping
Husni
Husni

Husni Magz adalah blog personal dari Husni Mubarok atau biasa dipanggil kang Uni. Cowok Sunda yang bibliomania. Menyukai dunia seni dan tentunya doyan nonton baca dan nulis.

No comments:

Post a Comment