Tuhan jangan kau pindahkan gunung ituTapi berilah kami kekuatan untuk mendakinyaTuhan jangan kau enyahkan lembah ituTapi arahkan akku untuk memutarinya_Kutipan film The Pursuit of Happiness
Dikisahkan bahwa suatu ketika ada seorang anak yang sedang
mengikuti sebuah lomba lari. Sebelum pertandingan dimulai, anak kecil itu
menundukan kepala dan memanjatkan doa.
Dan ketika pertandingan dimulai, ternyata dia adalah orang
yang pertama kali mencapai garis finish dan keluar sebagai juara pertama.
Saat pembagian hadiah, ketua panitia bertanya: "Hai
jagoan, kakak tadi melihat kamu berdoa sebelum pertandingan. Biar kakak tebak,
pasti kamu berdoa supaya kamu bisa menang dalam perlombaan ini kan?”
Anak itu menggeleng. Dia menjawab sembari tersenyum, “Bukan
pa, rasanya tidak adil saya berdoa untuk bisa mengalahkan orang lain.”
Si ketua panitia mengerutkan kening tanda keheranan,
kemudian dia bertanya, “Terus tadi adik doa apa dong?”
“Aku hanya berdoa supaya tidak menangis kalau aku kalah…”
Marilah kita merenung sejenak perihal doa-doa yang biasa
kita panjatkan kepada Allah subhanahu wata'ala. Cobalah kita pikirkan, bukankah
selama ini doa-doa kita berkutat antara meminta ini dan itu? Selama ini kita
berdoa meminta semua hal yang menyenangkan dan semua hal yang bersifat
keduniawian. Lalu pernahkah kita meminta
kepada Allah supaya kita diberi kesabaran, keistiqomahan dan kekuatan?
Hendaknya kita berdoa agar diberikan kekuatan untuk
menghadapi apa pun yang terjadi. Kita tidak perlu meminta kepada Allah supaya
menghentikan hujan, tapi berdoalah supaya diberi payung untuk melindungi kita
dari hujan. Kita tidak perlu meminta kepada Allah supaya berhenti menguji kita
dengan cobaan dan penderitaan, tapi kita hendaknya meminta kepada Allah
subhanahu wata'ala supaya memberi kita ketabahan dan ketawakalan serta kekuatan
iman ketika ujian itu datang menimpa kita.
Pertanyaannya, apakah salah jika kita berdoa supaya diberi
ini dan itu? Apakah salah jika kita meminta kepada Allah supaya berhenti
memberi kita ujian? Tidak salah memang,
namun bukankah semestinya yang kita butuhkan adalah bimbingan dan hikmah-Nya
untuk dapat mengerti rencana-Nya , terutama saat kita mengalami kegagalan dan
kekalahan?
Seharusnya kita berdoa meminta kekuatan untuk bisa menerima
kehendak Allah sebagai yang terbaik dalam hidup, sekalipun mungkin itu sangat
tidak menyenangkan.
Berdoa untuk menang itu biasa, tapi berdoa untuk bisa
mengerti kehendak-Nya saat kita kalah itu luar biasa.
Mungkin jika Musa alaihi salam menuruti keinginannya, bisa
saja dia berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala supaya tidak membebankan beban
dakwah di pundaknya dan pundak saudaranya, Harun alaihi salam. Tapi itu tidak
mungkin, maka Musa alaihi salam berdoa,
قَالَ رَبِّ ٱشۡرَحۡ لِي
صَدۡرِي ٢٥ وَيَسِّرۡ لِيٓ أَمۡرِي ٢٦ وَٱحۡلُلۡ
عُقۡدَةٗ مِّن لِّسَانِي ٢٧ يَفۡقَهُواْ
قَوۡلِي ٢٨
“Duhai Robb-ku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku
urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lisanku, supaya mereka mengerti
perkataanku.” (QS. Thoha [20] : 25-28)
Marilah kita memancangkan kekuatan dan ketabahan, kemudian
meminta kepada Allah supaya kita diberi kekuatan.
Wallahu a’lam
No comments:
Post a Comment