Fadi dan Yara harus menghadapi banyak rintangan yang tidak sedikit untuk menggapai kebahagiaan mereka. Akan tetapi rencana pernikahan harus hancur seiring serangan Israel ke jalur gaza.
Pada hari selasa itu warga gaza memberanikan diri keluar
rumah setelah serangan Israel berhenti memborbardir dari udara. Dan disana
mereka melihat pemandangan yang luar biasa diantara sisa puing yang berserakan
di bangunan al-Rahma yang beberapa jam yang lalu telah terkena bom Israel.
Di ruangan –yang sepertinya bekas kamar tidur apartemen-
tergantung gaun pengantin yang tertutup oleh kotoran dan debu-debu dan pecahan
tembok bangunan. Ketika itu orang-orang hanya memandangnya dan sedikit diantara
mereka yang tahu bahwa gaun itu membawa satu kisah cinta, tragedy, keteguhan
dan kesabaran selama lima tahun lamanya.
Dia adalah Fadi al-Ghazali, seorang pemuda Palestina yang
jatuh cinta pada seorang gadis Suriah bernama Yara al-Zoubi. Pada tahun 2013,
Fadi berusia 22 tahun dan gadis yang dicintainya terpaut lebih muda satu tahun
darinya. Gadis itu dari kota Khan Sheikhon dan mereka bertemu lewat facebook.
“Aku tahu dia adalah belahan jiwaku sejak pertama kali kami
saling mengenal,” itu yang dikatakan Fadi tentang Yara.
“Dia telah menyaksikan hal-hal yang tidak bisa dibayangkan
oleh pikiran manusia karena perang yang melanda Suriah. Dan saya juga mengalami
hal yang sama di Gaza. Saya mengalami perang pada tahun 2008, 2012, dan 2014. Jadi
saya juga memahami bagaimana penderitaannya.”
Meskipun harus menghadapi hambatan geografis dan politik,
pasangan itu bertekad untuk saling bertemu dan mengikat hubungan mereka dalam
pernikahan.
“Impian saya adalah bisa bertemu dan menikah dengan Yara. Betapa
banyak orang mengejek saya dan menganggap hubungan ini mustahil. Kau bisa
bayangkan saya di jalur gaza yang terkepung dan dia di Suriah yang dilanda
perang. Itu tidak mungkin.” Fadi menuturkan bagaimana orang-orang begitu pesimis
melihat kisah cintanya.
Fadi menghabiskan lima tahun untuk bekerja lebih giat sebagai
penjual manisan untuk biaya pernikahannya dengan Yara dan untuk membeli
berbagai perlengkapan dan perabot rumah tangga.
Singkat cerita, Fadi melamar Yara dan keluarga Yara
menghubungi Fadi dan mengatur pernikahan mereka. Segalanya sudah disiapkan dari
mulai rumah, perabotan, gaun pengantin. Dan Fadi menunggu hari ulang tahunnya
untuk menyambut hari bahagia.
Sementara itu, Yara akhirnya diberikan persetujuan oleh
otoritas Mesir untuk memasuki Jalur Gaza melalui penyeberangan perbatasan
Rafah. Gaza telah berada dalam blockade menyedihkan selama 11 tahun lamanya dengan
penduduk sebanyak dua juta jiwa. Blockade yang membatasi pergerakan orang
Palestina di dalam dan diluar wilayahnya. Baik Israel ataupun Mesir sama-sama
membatasi pergerakan masuk dan keluar bagi warga Gaza.
“Butuh keajaiban untuk membawa Yara dari suriah ke Gaza.” Kenang
Fadi. “Dan kami bisa melawan kemustahilan itu.”
“Ketika Yara tiba di Rafah, saya begitu senang seakan-akan
saya terbang saking senangnya. Dan orang-orang kagum dengan cerita kami
sehingga mereka merayakan kedatangan Yara hingga ke rumah kami.”
Keluarga Yara tidak dapat pergi ke Gaza untuk menyaksikan pernikahan
karena pembatasan Israel dan Mesir tentang kebebasan bergerak di wilayah
Palestina yang diduduki. Yara membawa gaun pengantin seharga $ 2.000 dari
Suriah. Dan setelah itu mereka bersemangat menghabiskan beberapa hari
berikutnya untuk berbelanja keperluan pernikahan mereka yang akan diadakan pada
tanggal 18 November, hari ulang tahun Fadi yang ke-22.
"Semua yang kami butuhkan sudah siap; rumah kami,
perabotan, gaun pengantin ... Kami hanya menunggu hari ulang tahun saya untuk
menjadi pasangan paling beruntung yang pernah berjalan di muka bumi ini,"
katanya.
Pengantin perempuan itu tinggal di rumah ibu Fadi, sementara
pengantin pria menunggu di rumah masa depan mereka karena mereka berdua sangat
menantikan hari pernikahan mereka.
Namun, pada hari Senin, keluarga Fadi menerima panggilan
sekitar tengah malam bahwa bangunan yang berdekatan dengan rumah mereka akan
menjadi sasaran serangan udara Israel.
Israel Menghancurkan Impian Kami
Fadi dan keluarganya berlari mencari perlindungan ke rumah bibinya, ketika bangunan lima lantai al-Rahma, di samping rumah Fadi, dihancurkan oleh rudal yang ditembakkan dari langit. Mereka kembali keesokan harinya dan disanalah mereka menemukan rumah mereka sudah menjadi puing-puing.
“Yara sangat terkejut. Mimpi kami dihancurkan oleh serangan
Israel yang menyerbu rumah kami dan menyebabkan kerusakan besar terhadapnya.” Ujar
Fadi dengan sisa kesedihan yang begitu kentara di wajahnya.
"Semua jendela rusak, perabotan kami dan beberapa
dinding luar menjadi puing-puing, dan gaun pengantin itu robek.”
"Semua uang yang saya simpan selama bertahun-tahun
sekarang hilang," Fadi menambahkan bahwa kerusakan itu berjumlah lebih
dari 5.000 Dinar Yordania ($ 7.000).
Menurut Fadi, Yara menghabiskan sepanjang malam dengan tangisan
karena peristiwa tersebut. Yara mengatakan bahwa dia harus melarikan diri dari
perang tapi ternyata di gaza harus menerima keadaan yang sama.
Tahun lalu, kampung halaman Yara, Khan Sheikhoun Suriah menjadi
target serangan kimia yang merenggut nyawa sedikitnya 83 orang, sepertiga dari
mereka anak-anak.
Ketika penduduk setempat mendengar cerita Yara dan melihat
apa yang terjadi pada rumah dan pakaiannya, seluruh komunitas bersatu. Seorang
perencana pernikahan, seorang pengusaha hotel, penjual bunga, fotografer,
penjahit, dan lainnya menawarkan layanan mereka secara gratis.
Sekelompok filantropis memberi mereka hadiah untuk memastikan
pernikahan mereka akan dilaksanakan tepat waktu.
Namun, dengan masa depan Gaza yang masih belum pasti dan
kekerasan yang sering terjadi, pasangan itu masih memiliki rasa takut akan masa
depan mereka.
Oleh Walid Mahmoud & Muhammad Shehada/ Aljazeera
Artikel ini dimuat di Kompasiana.com dengan link >>https://www.kompasiana.com/kangunimubarok0679/5bf61ecd12ae941199517d24/serangan-israel-menghancurkan-kisah-cinta-kami?page=2
No comments:
Post a Comment