Suatu hari sedang berlangsung pameran lukisan yang
menampilkan karya para pelukis-pelukis muda di seluruh penjuru negeri. Acara
tersebut memang dilaksanakan setiap tahun dengan tema yang berbeda-beda. Tahun
ini, tema yang diusung adalah kedamaian.
Tidaklah mengherankan jika ruang pamer dipenuhi oleh
lukisan-lukisan tentang pedesaan yang tenang, atau suasana pegunungan yang
sejuk. Beberapa juga memperlihatkan suasana taman teduh dengan bunga-bunga
indah dan kupu-kupu yang menari.
Kecuali satu yang sangat kontradiksi. Yaitu sebuah lukisan
yang menggambarkan suasana badai ombak di laut yang menakutkan, serta latar
belakang langit gelap dengan kilatan petir menyambar. Sungguh bukan pemandangan
yang damai sama sekali.
Sang pelukis pun kemudian dihadirkan untuk menjelaskan
kepada para pengunjung apa korelasi dari karyanya itu,
"Bapak Ibu sekalian. Perhatikan sebuah batu karang di
pinggir pantai tersebut. Lihatlah lebih seksama lagi di tengah batu itu ada
sebuah lubang kecil dengan seekor burung yang sedang berdiam di sana!"
Memang betul, dalam lukisan tersebut ada sebongkah karang
yang diterjang ombak dari belakang, namun burung mungil yang berdiri di dalam
cekungan batu tersebut tampak tidak terusik. Sang pelukis melanjutkan
penjelasannya,
"Bapak dan Ibu sekalian, dunia di sekeliling kita tidak
pernah bisa tenang. Begitulah kenyataannya! Kalau kita menunggu suasana tenang
untuk mencari kedamaian, maka kapan kita bisa merasa damai?"
Semakin lama apa yang diutarakan pelukis muda itu semakin
menarik, "Yang perlu kita lakukan adalah mencari sebuah lubang batu yang
cekung untuk kita berlindung.
Di sanalah kita akan mendapat kedamaian hati, betapapun
gemuruhnya suasana di luar sana!"
Nah, dari kisah ini kita bisa menyadari bahwa mau tidak mau
kita akan menemukan kegaduhan dan ketidaknyamanan di sekeliling kita. Kondisi keseharian kita tidak selamanya sejuk
dan teduh. Maka orang yang menunggu dunia ini damai agar hatinya juga tenang,
tentu akan lama sekali penantiannya itu. Atau bahkan mustahil dia bisa
mendapatkan ketenangan yang dia dambakan, karena dunia ini selalu dilingkupi
oleh masalah demi masalah yang datang silih berganti.
Disinilah kita harus menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa
kedamaian itu ada di hati kita. Kedamaian datang dari jiwa kita. Sementara jiwa
kita akan merasa tenang ketika dekat dengan Allah subhanahu wata'ala. Iman kita
ibaratkan seperti lubang kecil di batu karang yang melindungi si burung dari
terpaan badai.
Mari kita simak dalam Surat Ar-Ra'du ayat 28,
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh hati menjadi
damai."
Dzikir adalah perlindungan bagi kita. Dzikir akan mewariskan
ketenangan dan keteduhan di dalam hati. Banyak orang tidak merasa damai, bukan
karena ia tidak tinggal di pedesaan atau hidup di pegunungan yang sejuk dan
tentram. Melainkan karena ia jauh dari zikir mengingat Alloh Ta'ala.
No comments:
Post a Comment